Jangan lupa vote n coment 😉
Part ini mungkin sedikit bikin bingung, jadi jangan lompat-lompat bacanya.
***
Pukul 15.00 Alaska bersama teman-temannya ada di parkiran yang ada di belakang sekolah. Parkiran yang mayoritas anak laki-laki dan nakal-nakal.
Alaska memandang salah satu motor trail berwarna biru. Disalah satu bagian motornya terdapat stiker bertulisan ‘RDF’.
“Ka! Kayak motor Diva,” ujar Tegar menunjuk motor yang sama.
Alaska diam tapi matanya mengikuti arah tunjukan Tegar. Sejak kapan Diva parkir disini, dirinya tak begitu tahu.
Samar-samar terdengar suara tertawa dari arah pintu masuk parkiran. Beberapa anak kelas sepuluh berjalan memasuki area parkir.
“Cewek!” sapa Damar melihat Diva, Lia, Imel, dan Aya. Berniat menggoda mereka.
Diva dan yang lainnya menoleh termasuk Tama dan temannya yang lain.
“Gebetan lo, Ka,” ujar Tegar.
Mereka tahu siapa yang Tegar maksud. Sedangkan yang dibicarakan hanya berlalu mengambil motornya.
Kegiatan Diva tak luput dari pandangan Alaska. Sementara Diva dan temannya melajukan motor mereka meninggalkan area parkir.
Alaska mengingat kembali sikap Diva. Sangat berbeda dari biasanya. Diva yang tadi begitu datar, tatapan tajam, dan seolah tak mengenal Alaska. Tidak ada senyum ramah seperti yang biasanya ia lakukan ketika bertemu orang.
-oOo-
Diva memberhentikan motornya di depan rumah tua di ujung desa. Besar, bertingkat tiga dengan pohon-pohon besar yang berada di depan area rumah itu. Pagar menjulang tinggi ditumbuhi tanaman rambat yang sangat lebat.
Pagar terbuka memperlihatkan bangunan besar dari rumah itu. Cat kusam, berlumut tak terurus. Motor Disa melaju di jalan beraspal mulus menuju pekarangan rumah itu.
Beberapa orang berhenti sejenak dan menunduk ketika Diva melewati mereka.
Pria paru baya menyambutnya ketika ia turun dari motor. Banyak pria berbadan besar dan atletis yang ada di depan dan sekitar pintu utama. Mereka menunduk hormat kepada Diva.
“Mari, Nona Disa,” ucap pria berbaju navy lengkap dengan senjata yang terletak di sabuknya.
Diva memimpin. Pintu terbuka memperlihatkan megahnya interior rumah yang terlihat tua itu. Para pelayan yang sedang bekerja menunduk ketika melihat Diva memasuki rumah.
Diva berjalan menuju lift diikuti pria berbaju navi tadi.
Tiba dilantai tiga, Diva berjalan dengan raut wajah datar dan tajam. Masuk ke sebuah ruangan yang dijaga oleh 4 orang bodyguard.
“Apa yang membuat mereka menyerang kita?” tanyanya duduk di kursi kebesarannya dengan meja yang di atasnya terdapat tulisan; The Leader of Eagle Hell.
“Mereka meminta Nona agar segera menandatangani perjanjian itu,” jawab pria itu.
“Hanya itu?” tanya Diva.
“Dan meminta kita untuk bergabung melawan musuh mereka,” jawab bawahannya.
“Jack, kapan terakhir aku muncul?” Diva berdiri dan berjalan mendekati tembok kaca memperlihatkan hijaunya sawah tang membentang luas di area rumah itu.
“Sekitar tiga bulan yang lalu, Nona,” balas pria bernama Jack itu.
“Kapan mereka menyerang?”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...