Chapter 48

4K 214 1
                                    

Liburan telah usai. Hari ini para murid masuk sekolah seperti biasa. Semester genap dimulai.

Euphoria masih terasa karena mereka baru saja merayakan tahun baru 3 hari lalu.

Senin pagi diadakan apel seperti biasa. Apel berlangsung selama hampir dua jam, karena banyak siswa yang masih membolos. Kalo kata Pak Johan mereka punya penyakit senin. Karena selalu tidak masuk di hari Senin entah itu dengan alasan apapun.

“Hawanya panas,” eluh Lia mengibaskan topi abu-abu putihnya.

“Yang penting udah nggak dijemur lagi,” sahut Diva.

“Gimana liburan lo? Asik nih pasti? Ya iyalah bareng doi,” goda Lia.

Diva tertawa mendengarnya. “Ya gitu... greget,” tandas Diva.

“Lo ngirim foto kissing cuma ke Aya doang. Kenapa nggak di post di IG?”

“Siapa bilang nyium. Orang nggak nyentuh bibir kok,” bela Diva.

“Males aja gue, nggak suka kalo ada spam komentar negatif.” Diva menengguk air yang berwadah taperware itu. “Lagian juga hal kayak gituan nggak harus diumbar,” lanjutnya.

“Oh iya. Inikan baru pindah kelas ya? Pantesan kok ada anak kelas TKJ lain kesini, lupa gue,” ujar Lia.

“Eh Curut kemana?” tanya Diva.

“Lo nggak dikabarin? Dia izin,” ungkap Lia.

Diva menggeleng.

“Ga sempat mungkin,” tandas Lia.

-oOo-

Di kelas Alaska, ia memikirkan beberapa hal. Tadi pagi sebelum menjemput Diva, ia mendapatkan pesan dari Aya.

«– Aya

Bang gue minta tolong
Jagain Diva
Gue izin nggak masuk sekolah
Ada kepentingan.

Jagain gmn mksd lo? √√


Untuk sekedar membalas saja Aya tidak melakukannya. Membuat Alaska bingung.

Ia juga teringat kejadian kemarin dimana ia bertemu dengan Gio dan William. Kini Alaska tahu alasan William kerap mengunjungi SMK Barsel.

Waktu itu di dekat gerbang kompleks rumah Diva, Alaska bertemu dua pria itu.

“Kau jaga anakku baik-baik. Ada beberapa pengawalku yang akan berjaga di sekitar rumah. Dan jangan sampai Diva curiga dan membuat dia khawatir. Aku percaya padamu,” titah William.

“Berapa lama kau akan pergi?” tanya Gio.

“Entahlah. Mungkin sampai aku bisa membereskan tikus pengganggu itu. Semua ini berawal dari dia. Tapi dia juga yang menyimpan dendam padaku,” jelas William.

Alaska cukup paham dengan pembicaraan mereka. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri mereka.

“Om, jadi Raya anak Mr. William?” ujar Alaska tanpa berbelit-belit.

Keduanya terkejut bukan main.

“Ya, dia putriku,” jawab William tegas.

“Lalu bagaimana bisa—”

“Simpan pertanyaanmu itu dulu. Kau bisa tanyakan itu padaku atau pada Gio nanti. Saat ini, sedang apa kau disini?” cela William.

“Aku akan ke rumah Raya,” tutur Alaska memandang mereka bergantian.

Alaska berfikir, mungkin pesan Aya ada hubungannya dengan percakapan antara William dan Gio waktu itu.

Pundak lebarnya di tepuk membuat Alaska terkaget.

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang