Esok hari Diva sudah bersekolah seperti biasa.
“Diva, lo kemarin kemana?” tanya Raka yang baru saja datang.
Diva mendongak. Otaknya berfikir alasan apa yang akan ia keluarkan. “Anu ... itu ... ada urusan ama nyokap,” ucap Diva.
“Nyokap lo pulang?” Raka terkejut.
“I-iya” Diva mengangguk kaku. “Tapi nggak pulang ke rumah, cuma ngajak gue ketemuan doang,” alibi Diva.
“Masih belum baikan, ya?” ujar Raka.
“Ya gitu. Gue juga agak canggung pas ngomong,” ucap Diva.
Halu lo Div halu. Nggak bakalan mama pulang batin Diva menjerit.
“Sabar ya. Gue sama anak-anak tetep jadi sahabat baik lo. Nggak ada fake-fake an. Suer,” ucap Raka menunjukan jari tengah dan telunjuknya. Diva tersenyum dan memberi anggukan.
-oOo-
Pelajaran kimia kosong. Guru pengajar sedang pergi ke luar kota. Sungguh surga dunia untuk anak TKJ 3.
Diva duduk menghadap ke Lia. “Lia gue mau curhat,” katanya.
Lia yang tadi terfokus pada gamenya kini mulai memandang Diva penasaran. “Curhat apaan?” antusiasnya.
Diva menelan ludahnya dan mulai berkata lirih dan hati-hati. “Kemarin malam. Alaska. Nembak. Gue.”
Mata Lia seketika membulat. “What!?!” pekiknya.
“BENERAN?! A–!” pekikannya terhenti ketika Diva hendak melayangkan sebuah kepalan kepadanya.
“Eh! Iya iya iya maaf,” ucap Lia.
“Oke. Emm, jadi beneran?” tanya Lia masih dengan antusias.
“Iya.” Diva mengangguk.
“Berarti lo udah pacaran dong sama Alaska,” ujar Lia.
“Be-lum,” ucap Diva.
“Hah?” bingung Lia.
“Gue belum jawab. Dia ngasih gue waktu satu minggu,” jelas Diva.
“Kenapa nggak langsung lo jawab sih?!” ucap Lia gemas dengan Diva.
“Ya ... gue introspeksi lah. Terus juga kita nggak terlalu deket. Kaget lah tiba-tiba dia ngomong gitu,” ucap Diva terbata.
“Nggak deket gimana? Jelas-jelas Alaska itu pertama kali deket sama cewek itu ya sama elo!” tekan Lia lirih.
“Terus gimana?” bingung Diva menggaruk kepalanya.
“IIIHHH! gemes tau nggak!” Lia bersikap seolah ingin mencakar Diva.
“Ya lo bilang ke Alaska. Kita bisa jalani dulu kek apa kek. Gue yakin lo juga nyaman sama Alaska, iya kan?” Lia mendelik.
“Dengerin gue. Ibarat Alaska itu sebuah undian yang diinginkan banyak orang dan keberuntungan berpihak sama lo, apa lo juga bakal nokal itu undian?” tanya Lia.
Diva menggeleng.
“Nah. Ya gitu. Dan misalkan lo dapat tas atau barang yang nggak cocok buat lo. Kalo lo setiap hari pakai itu barang, lama kelamaan pasti bakal cocok sendiri dan malah bakal cocok banget sama lo,” tutur Lia.
“Jalani dulu. Kalaupun nggak nyaman pasti Alaska juga bakal tetep bikin lo nyaman sama dia,” ujar Lia memegang pundak Diva.
Diva mengangguk. Mungkin ia akan berusaha terbiasa dengan Alaska. Tapi apakah ia juga harus jujur dengan apa yang ia sembunyikan dari semua orang. Dan apakah Alaska akan tetap bersamanya ketika tahu siapa Diva dan apa saja rahasianya. Diva hanya mampu berjalan sesuai alur yang tuhan ciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...