Chapter 45

4.2K 215 0
                                    

Beberapa minggu terakhir ini Diva sedikit merasa tak nyaman. Dirinya merasa seperti ada yang mengintainya. Belum lagi pikiran dan emosinya yang kadang-kadang labil. Sebentar diam sebentar tertawa. Berusaha keras Diva selalu memikirkan hal yang positif.

Akhir-akhir ini kata teman-temannya ia sedikit aneh. Sehari ceria sehari dingin. Sehari banyak bacot sehari bungkam. Tapi mereka memahami kondisi Diva. Mungkin Diva banyak pikiran-pikir mereka.

Alaska juga bilang jika beberapa minggu ini Disa muncul. Ya mungkin itu yang membuat teman-temannya merasa aneh dengan sikap Diva.

Beberapa minggu yang lalu Disa kembali membuat ulah. Seperti biasa, Disa mengendarai motornya melewati para siswa siswi yang berjalan. Sedikit berbeda, ia menggunakan Ninja Kawasaki Vulcan-salah satu koleksinya.

Pakaiannya juga berbeda. Memakai celana jeans yang robek di kedua lututnya. Sepatu hitam tinggi melekat di kakinya. Jaket kulit membuat kesan semakin terlihat bad.

Beberapa murid mencuri pandang padanya, terutama para siswa. Membuat mereka merasa semakin jatuh cinta pada 'Diva|Disa'.

Di parkiran ia melepas helm full face nya membuat rambut yang ia gerai sedikit berantakan. Tak lupa jam tangan hitam yang bertengger di lengan kiri dan gelang hitam di lengan kanan.

Selang beberapa menit mobil Alaska berhenti di sebelah motor Disa membuat perempuan judes itu menyorot mobil itu tajam.

Alaska turun. Melihat tatapan gadisnya yang mengintimidasi membuat Alaska menebak jika yang ada dihadapannya ialah Disa.

“Kau... hampir membuat beberapa murid terserempet,” tutur Alaska.

Dengan mudah Disa memainkan alisnya. “Lalu?” katanya tenang.

“Mereka belum tau jika kau bukan Diva. Jangan membuat mereka mengumpat karena perbuatanmu itu pada gadisku,” sungut Alaska tenang.

Jengah. Disa turun dari motor lalu berjalan menuju lab atas-kelas Diva hari ini. Alaska hanya bisa menghela nafas. Semoga ia tak membuat ulah batinnya.

Bel istirahat pertama berbunyi. Murid-murid berkeliaran di luar ruangan. Sedangkan Disa duduk di tepian pembatas paling pojok. Tak mempedulikan tingginya bangunan sekolah. Siswa siswi yang melewatinya bahkan bergidik ngeri dengan perbuatan Disa. Bagaimana tidak, dengan santai ia duduk di tepian tembok pagar sekitar 1 ½ meter, sedangkan ia tengah berada di lantai empat.

Teman-teman Diva sudah memperingatkan tapi ini Disa. Ia tak suka diperintah.

Tempat yang ia duduki tak jauh dari kamar mandi dan tangga penghubung. Disana biasa dijadikan tongkrongan anak-anak TBSM dan TKRO.

Dan benar saja ... sisa 10 menit waktu istirahat, suara bising membuat Disa terusik.

“Wezzz ada cewek,” ucap salah satu siswa.

“Kok nggak pakaian seragam?” bingung yang lain.

“Cewek,” panggil Duta. Masih ingat dengannya?

Zainal Arif Duta. Kelas 11 TKRO 5 yang terkenal berkat kepandaian dalam hal bela diri. Dan juga ke playboy an nya. Berprestasi, ganteng, tapi playboy. Emm oke lah ... yang penting masih ada yang bisa diandalkan selain ketampanannya.

Disa menoleh dengan santai. Satu kakinya menggantung dan satu kakinya bertengger di atas pagar pembatas itu. Wajahnya datar, alisnya terangkat sebelah menambah kesan bad tapi cantik.

“Eeh! Diva,” ucap Duta.

“Lama nggak latihan bareng nih,” godanya mendapat sorakan dari teman-temannya.

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang