Chapter 2

13.7K 507 10
                                    

Ketika ingin menyalakan motor trailnya, tiba-tiba Diva mendapatkan panggilan telepon dari Refall. Refall adalah kakak Diva. Lebih tepatnya stranger yang sekarang sudah dianggap seperti kakak oleh Diva.


“Halo! Assalamualaikum ada apaan, Bang?” tanya Diva

“Waalaikumsalam. Besok abang pulang. Mau minta oleh-oleh apa?” jawab Refall diseberang sana.

“Emmmm nggak tau Bang... Diva bingung mau minta apa”

“Abang?” hallo Diva ketika Refall tidak merespon ucapannya.

“Iya ... Gimana? Mau apa hm?” tanya Refall.

“Bawain makanan yang buanyak. Oke? Jangan lupa coklatnya bang, kan kurang lengkap kalo nggak bawa coklat dari Jerman,” jawab Diva dengan girang.

Itu doang? Masa nggak mau dibeliin baju gitu? Atau sweater, hoodie, atau barang branded.

“Yaelah bang. Barang branded apaan coba? Gue masih sekolah, belum mau jadi sosialita.”

Ya buat holiday lah... Temen lo juga kan orang kaya semua. Yakali adik gue cuma modal cantik doang kalo mau jalan.

“Lagian mau holiday kemana Bang? Sekolah sekarang udah full day terus sabtu minggu juga kadang ekstra. Kalaupun gue di luar kota itu karena ada race,” ucap Diva.

“Em iya juga sih... Jadi beneran nih? Sepatu nggak tertarik?” tawar Refall lagi. Seketika membuat wajah Diva berseri.

“Boleh boleh,” ucap Diva.

Oke. Sepatu sama coklat.”

“Makanan apa gitu kan tadi Diva juga pesen makanan,” koreksi Diva.

Oke. Ditunggu ya tuan putri.

“Siaaaapp,” jawab Diva.

Diva pun memasukkan telfonnya ke saku rok dan mulai menjalankan motornya pulang ke rumah.

-oOo-

Sekarang Diva berada di rumah sendiri. Ayahnya bilang jika dia sedang kerja menjadi mandor di sebuah proyek pembangunan.

Kondisi ekonomi keluarga Diva bisa dibilang cukup. Ibunya merantau sejak ia kelas empat SD. Hubungan antara kedua orangtuanya sedikit bermasalah. Jadi ia berinisiatif untuk membantu ayahnya dengan menjadi seorang pembalap lewat Refall.

Butuh uang yang banyak untuk menjadi seorang pembalap. Diva sempat putus asa sampai akhirnya ia bertemu dengan Refall yang mau menjadi manager-nya segaligus yang mencarikan Diva sponsor.

Sejak saat itu hubungan antara Diva dan Refall sangat dekat seperti kakak adik. Refall itu seorang pengusaha muda yang sukses di umurnya yang masih 24 tahun.

Refall yang memasukkan Diva di kelas balap motor trail. Dia juga kadang mengajari Diva secara langsung karena dia juga dulu seorang pembalap.

Diva mendapatkan izin dari ayahnya walaupun sempat ditolak dengan alasan Diva adalah perempuan dan ayahnya lebih ingin Diva menjadi guru atau dokter. Dengan bantuan Refall, akhirnya Diva diizinkan oleh ayahnya.

Diva belum mengatakan kepada ibunya kalau ia sekarang menjadi pembalap. Atau tidak akan pernah mengatakannya. Karena hubungannya dengan ibunya juga sedikit buruk karena lost contact.

Diva selalu menginginkan keluarga yang harmonis seperti para sahabatnya. Dia sudah pernah menyuruh ibunya untuk pulang, tapi yang ibunya katakan adalah ia merantau mencari uang untuk dirinya, dan itu selalu diucapkan ketika Diva mencoba membujuk ibunya pulang.

Dia tahu bahwa itu tidak akan pernah terjadi pada keluarganya. Bukan Diva putus asa tapi memang tidak bisa. Semua hal yang ada diangan-angan Diva, dia selalu berusaha untuk jadikan hal tersebut nyata dan itu pasti bisa. Tapi tidak dengan ini, sekuat apapun ia coba tapi memang tidak bisa.

Dengan bantuan Refall dan profesi Diva sebagai pembalap ia dan ayahnya bisa membeli rumah yang lebih besar dan lebih lengkap dari rumah sebelumnya.

Diva berjalan menuju dapur untuk mengambil camilan dan membawanya ke sebuah kamar dengan pintu yang dihiasi berbagai tulisan tulisan yang dibuat oleh para sahabatnya.

Di kamar yang berukuran 5x4 itu terdapat sofa berukuran sedang, 3 komputer, sebuah tv besar yang menempel di dinding, stik PS, karpet bulu yang lebar juga ada dipan untuk meletakkan barang barang tertentu dan kamar mandi.

Di ruangan itulah Diva menghabiskan waktu senggangnya. Kadang para sahabatnya juga bergabung. Sambil menunggu sahabatnya, ia mulai membuka tv yang bisa tersambung lewat bluetooth itu dan membuka youtube untuk mendengar lagu.

“Eiyoo what's up baby!!” teriak Raka yang sudah membuka pintu kamar sambil merentangkan tangan lalu ikut bergabung dengan Diva duduk di karpet.

Diva yang terganggu itu sekarang tersenyum manis kepada para sahabatnya.

“Bau kaki siapa nih?” ucap Aya lantang. Sontak membuat mereka mengendus endus sekitar. Dan mulai menutup hidung mereka masing masing.

“Eh lebih baik kalian cuci kaki sana,” usul Diva dengan suaranya yang menjadi kecil karena masih mengapit hidungnya.

Mereka mulai memasuki kamar mandi secara bergantian sementara Diva menyalakan AC agar tidak gerah dan meminimalisir bau tadi.

.
.
.

TBC...

-oOo-

[ revisi - 01 Juni 2022 ]

Dukungan kalian sangat berarti untukku
Terimakasih ^.^

Salam sayang

Marchya05

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang