Chapter 55

4K 205 4
                                    

-oOo-

“Kamu ikut Papa ke Meksiko,” tutur William.

Mata Diva seketika menajam tak suka. Alisnya saling berdekatan menandakan ia tidak suka dengan penuturan William.

“Meksiko?” ulang Diva.

“Papa enggak ngomongin ini dulu sama Raya!” sentak Diva. Ia memandang William sengit.

Mereka terdiam. Membiarkan keduanya saling berargumen.

“Raya bahkan udah bilang, Raya gak mau pindah! Kenapa enggak diomongin dulu? Papa anggap Raya anak bukan sih? Papa bahkan gak minta persetujuan Raya,” tutur Diva emosi.

William menghela nafas. Perlahan ia memegang tangan Diva. “Papa ingin kamu tumbuh di Meksiko. Kamu boleh kok ke sini lagi. Papa enggak akan larang kamu,” jelas William memberi pengertian.

“Bukan masalah itu, Pah. Raya cuma gak suka aja Papa ambil keputusan sepihak. Aku emang anak Papa, tapi bukan berarti semua juga harus sesuai kehendak Papa. Aku punya rencana hidup sendiri Pah.”

“Raya—” Diva mencela ucapan William.

“Papa enggak bisa anggap aku barang yang hilang terus setelah Papa temuin bisa Papa bawa pergi sesuka hati. Raya enggak suka sama keputusan Papa yang sepihak.”

Setelah mengatakan itu, Raya bangkit dan berjalan keluar ruangan. Segera mereka menyusulnya.

“Raya!” seru William sambil menarik tangan Diva.

“Selama Papa ambil keputusan sepihak, Raya enggak akan pernah setuju sama apapun itu.” Diva menyentak tangan William dengan pelan. Ia berusaha sopan pada William yang berstatus sebagai ayahnya.

Siswa siswi yang berada disana sejenak berhenti melakukan aktivitas, melihat kejadian yang terjadi antara siswi berprestasi SMK Barsel dan CEO terkenal itu.

Alaska yang menyadarinya segera berseru, “Ngapain lo semua hah?!”

Lelaki itu memandang mereka dengan tajam, memperingatkan dengan cara halus. Segera ia menyusul kemana Diva pergi.

Diva, gadis itu mendudukan dirinya di belokan tangga. Ia menunduk memegangi kepalanya yang berdenyut. Napasnya tersengal akibat berlari tadi.

Alaska menaiki tangga berniat menuju kelas Diva. Ia terkejut melihat seorang gadis duduk di belokan tangga. Mengetahui jika gadis tersebut ialah kekasihnya, Alaska perlahan mendekat dan berjongkok di hadapan Diva yang menunduk sambil memegangi kepalanya. Rambut yang tergerai membuat sebagian menutupi wajahnya.

Dengan pelan Alaska menyentuh tangan Diva. Gadis itu bergerak mendongak, melihat siapa yang ada di depannya.

Raut wajahnya lelah. Itu yang dapat Alaska lihat dari Diva. Gadis itu kembali menunduk. Dengan lembut Alaska memegang rahang Diva. Mengusap pipi gadis itu menggunakan jempolnya. Tangan kanannya bergerak membawa rambut Diva ke belakang telinga membuat wajah kekasihnya itu kini terlihat.

“Aku gak mau pindah.”

Lirih dan menyayat hati Alaska. Lelaki itu merasakan hatinya tergoser. Dadanya menyempit seolah tidak membiarkannya bernafas.

“I know,” balas Alaska. Tangan lelaki itu masih setia di rahang Diva. Kini malah menangkup pipi gadis itu.

Mata mereka saling memandang. Bertukar paham satu sama lain. Alaska merasakan apa yang Diva rasakan. Ia tak menginginkan Diva pergi. Namun, mau bagaimana pun ingin mencegah, Alaska tau seorang William Jorge sangat mutlak untuk dilawan. Entah mengapa ia menjadi lemah, padahal disaat ini seharusnya ia membuktikan keseriusannya pada Diva.

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang