Tiga gadis dengan aura berbeda berjalan bersama di jam istirahat pertama. Mereka menuju kantin lewat pintu utama, keadaan sangat ramai seperti biasa. Para murid menyerbu masing-masing kedai langganan mereka.
Pandangan murid-murid sejenak tertuju pada ketiga gadis yang kini menempati meja di dekat warung milik Ibuk.
“Mas Ijal! Cilok lima ribu-an tiga!” seru Aya sambil mengacungkan tiga jarinya.
“Siap!” sahut Mas Ijal mengacungkan jempol.
“Minum apaan nih?” tanya tanya Aya.
“Beli sprite tiga sana,” suruh Meisya sambik menyodorkan uang duapuluh ribu.
Segera Aya mengambilnya dan berajak, berjalan menuju kedai sebelah dimana lemari es terpampang di depan kedai.
Mas Ijal membawa nampan berisi tiga porsi cilok dengan botol kecap, saus, dan sambal. Bersamaan dengan itu, Aya datang membawa tiga botol Sprite dingin.
“Suwun, Mas,” kata Meisya dan Diva.
Aya hanya tersenyum tanda terimakasih pada Mas Ijal.
Mereka memakannya dengan tenang. Sesekali mengobrol untuk mencairkan suasana.
Aya menusuk ciloknya dengan tusuk panjang yang dipegang dengan tangan kiri sedangkan tangan kanania gunakan untuk menggulir laman instagram.
“What what what!” pekiknya melepaskan tusuk ciloknya lalu memegang ponselnya dengan kedua tangan.
Diva dan Meisya saling berpandangan bingung.
“Eh! Eh! Kok ilang?! Eh! Anjir!” pekik Aya bingung sambil mengotak-atik ponselnya.
“Lo kenapa sih?!” cerocos Diva.
“Tadi! Tadi tuh si lambe lemes posting di instagram, gambar....” Aya kemudian memelankan suaranya. “Om William sama Diva!” pekiknya tertahan gemas. Melihat kedua temannya dengan raut wajah tak terdefenisikan karena terkejut, bingung, dan khawatir.
Diva melebarkan matanya, memandang Aya tak percaya. “Jangan bercanda lo, nyet!” ketus Diva dengan masih melebarkan mata.
“Seriusan anjing! Ngapain gue bohong,” timpal Aya sedikit ngotot.
“Sekarang udah dihapus. Pokoknya foto lo sama Om William disandingin gitu, atasnya ada tulisan ‘They have a relationship?’ gitu. Terus captionnya ‘Mirip kan!! Mereka ayah dan anak, guysss.’ yang nge-like masih tiga terus langsung dihapus,” jelas Aya.
Hati Diva merasa tidak nyaman. Kebenaran memang pasti terungkap. Tapi bukan melalui orang lain, ia ingin semua diungkap gamblang lewat William sendiri. Diva bahkan tak habis pikir dengan akun gosip itu. Hanya bisa menyusahkan saja. Dia benar-benar butuh ketenangan untuk saat ini, tapi sekarang mereka mengusik privasinya.
Ia tidak tau darimana akun itu mengetahui berita ini. Terhitung belum ada satu minggu setelah kejadian penculikan Diva, tapi fakta hubungannya dengan ayah kandungnya sudah terpublish secara lancang.
Diva ingin bangkit namun ditahan oleh Meisya yang memandangnya datar. Mengerti arti tatapan itu, Diva kembali mendudukan dirinya di kursi.
“Jangan bersikap gusar. Kita tidak tau siapa saja yang sudah melihat postingan itu. Lebih baik lo diam dulu, mencoba seolah-olah gak tau apa-apa. Jangan membuat mereka yang sudah melihat bahkan yang menyukai postingan itu semakin penasaran. Kalian tau sendiri tidak semua postingan akun sampah itu benar. Mereka tidak akan langsung percaya, apalagi ini berhubungan dengan seorang CEO terkenal. ”
-oOo-
Bel masuk tiga menit yang lalu berbunyi. Diva, Meisya, dan Aya berjalan kembali menuju kelas mereka. Di persimpangan tangga mereka bertemu dengan Nabila and The Gang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...