Biaskan vote terlebih dahulu
Happy Reading!!***
Lima hari berlalu setelah acara penangkapan mata-mata itu. Pagi ini, Diva bangun dengan jiwa Disa. Bukan seragam putih abu-abu yang ia pakai, namun pakaian serba hitam. Sangat pas di tubuh Diva.
Disa keluar dari closet sudah memakai sepatu yang sama hitamnya. Rambutnya digerai seperti style Diva. Sebenarnya ia lebih suka jika diikat namun, ia malas mencari ikat rambut milik Diva.
Tangannya mengambil ponsel Diva di ranjang kemudian beranjak keluar dari kamar.
Di ruang tengah, William sudah sibuk dengan tabletnya. Disa menuruni tangga dengan santai hingga kakinya mendekat ke arah William.
Ia berdehem sedikit keras. “Ekhem!”
William mendongak. Sejenak pria itu terkejut sekaligus bingung dengan penampilan Diva. Namun melihat tatapan mata elang dari gadis itu dan tidak adanya senyum ramah, William bisa menduga jika yang ada dihadapannya adalah Disa.
William tersenyum. “Kau ingin kemana? Ini masih pagi,” ujarnya.
Disa duduk di sofa panjang sambil melipat tangannya di dada. “Aku memang morning person,” balas Disa.
William terkekeh. “Ada misi?” tanyanya.
“Mengurus tikus-tikus yang menjadi hama Eagle Hell saat ini,” sahut Disa.
“Sarapan terlebih dahulu,” pinta William.
Disa memandang William lekat dengan mata elangnya.
“Aku ... umm, haruskah aku ke sekolah Diva?” tanya Disa.
“Kenapa harus bertanya? Saat ini kau yang memegang kendali tubuhnya,” sahut William tanpa memandang Disa.
Disa memilih beranjak dan berjalan ke arah meja makan. Melihat nona mereka, para pelayan segera menyiapkan sarapan untuk Disa.
Tak lama setelah Disa duduk, pelayan membawakan satu piring berisi nasi goreng plus sosis goreng sebagai toping. Satu pelayan lagi membawa susu putih.
Disa memandang makanan tersebut kemudian berganti pada dua pelayan di depannya. Dipikirannya terbesit mungkin mereka tidak mengetahui Disa.
Kepala Disa mengangguk kaku dan berucap, “Terimakasih.”
Mereka beranjak dari sana dan kembali ke dapur. Sedangkan Disa mulai mengambil sendok dan menyuapkan nasi itu ke mulutnya. Ia mengunyahnya dengan perlahan, menikmati segala rasa nasi goreng tersebut.
“Not bad,” komentarnya.
Kembali ia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya hingga tandas dan mengambil gelas air putih lalu menengguknya.
“Ini bukan sarapan,” gumamnya mengelus perutnya yang tampak sangat kenyang.
Sejenak ia berdiam di kursi, tubuhnya terlalu malas untuk beranjak. Mungkin efek memakan makanan berat itu.
Tak lama ia meraih gelas susu dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas. Ia berjalan keluar rumah.
“Mau kemana?” tanya William ketika melihat Disa melewatinya.
“Halaman depan,” kata Disa.
“Go to school?”
“Terserahku, bukan?”
“Ya... aku akan lebih senang jika kau pergi ke sekolah. Raya juga pasti senang.”
“Dan membuat keributan,” cela Disa tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...