“Woi! Bangke Lo berdua! Dramanya ntar aja, Cuk!” teriak Aya sambil terus beradu tonjok dengan Martin.
Diva dan Alaska sama-sama menoleh. Melihat semua yang tidak kondusif, Diva berusaha bangkit.
“Kuat nggak?” tanya Alaska.
Diva menganggukinya, lalu bangkit dan berusaha memulihkan kesadaran sepenuhnya. Tak ada satu menit, ia sudah menendang anak kubu lawan yang ingin memukul Alaska dari belakang.
“Ayo, Al. Kapan lagi bisa ikut tawuran ala gangster. Ini gak boleh dilewatin.” Gadis itu kini seperti yang Alaska kenal. Penuh semangat, antusias, dan pantang menyerah. Alaska tersenyum melihatnya.
“Pake belati di saku belakang celana kamu. Setidaknya bisa jadi alat pertahanan,” ujar Alaska lalu ia bergerak meninju perut lawan yang bertarung dengannya.
Percayalah tidak ada rasa khawatir di benak Diva. Ia memandang musuhnya seperti lawan yang bukan untuk disakiti, lawan main dalam berkompetisi bukan taruhan siapa yang mati dan siapa yang hidup.
“Berani-beraninya bos lu nyulik gue. Nggak ngerti apa kalo gue ini jago silat. Gue patahin tangan dia baru tau rasa tuh!” Sambil bertarung, Diva mengomel menggerutu pada bos mereka yang tak lain David.
“Bilangin ya ke bos lu itu! Popularitasnya kagak bakal naik cuma gara-gara megang saham RJ Entertainment. Pansos tau NGGAK!” diakhir kalimatnya, Diva menyikut punggung lawan dengan keras.
“Lu kenapa nggerutu ke gua! Sono bilang sendiri bego!” balas si lelaki itu yang kini terduduk sambil berusaha menghindari pukulan Diva.
“Ya elu kan anak buahnya goblok!” timpal Diva tak kalah nyolot.
“Kagak ada akhlak nih cewek. Nyesel gue suka sama lo pas pandangan pertama.” Si lelaki bangkit dan berusaha memukul perut Diva namun segera ditangkis dengan menampar tangan itu hingga membuat sang empu berputar.
“Dih! Udah jatuh ama pesona gue, masih aja ngeles lo! Dasar buaya!” Kaki kanan Diva menendang lutut belakang bagian kiri membuat lelaki itu oleng.
“Bos gue salah target nih mesti. Cewek gila gini cuma bikin pusing,” gumam lelaki itu.
“Gue denger ya! Bangsat!” Diva menjambak rambut lelaki yang berlutut itu.
“Aduh! Cuk!” eluh lelaki itu.
Alaska membantu Aya yang tampak kewalahan menghajar Martin, ditambah lagi David yang kini juga ikutan.
“Cewek lo kagak ada akhlak, Bang.” Aya menepis tangkisan Martin.
“Masa iya lagi gelud, musuhnya malah diajak ngobrol?!”
“Kagak ada bedanya sama elo!” cetus Alaska membuat Aya mengerut kesal.
“Bangke lo! Kagak cewek kagak cowoknya sama aja.”
“AKHH!” Teriakan Yosi membuat Diva, Aya maupun Meisya menoleh. Yosi terluka akibat tusukan belati di tangannya. Diva yang tadi masih bergulat kini menarik salah satu anggota Eagle Hell untuk menggantikannya melawan pria sialan itu.
“Mas, gantiin bentar. Jangan kasih ampun ye! Dia tadi bilang kalo gue cewek gila, kan anjing!” tutur Diva lalu meninggalkan tempat dan segera berlari ke arah Yosi yang kini dilindungi Jack.
“Kau menghina Nona kami hah?!” cetus anggota Eagle Hell yang Diva suruh tadi. “Kalau begitu, terima ini!” Tangan berbalut sarung tangan itu memukul wajah lelaki itu dengan keras.
“Bangsat!” umpat Diva menendang orang yang ingin menyakiti Yosi.
“Minta digorok nih?!” Imbuh Aya menggerakkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...