Chapter 66

4.1K 243 25
                                    

Biasakan vote terlebih dahulu
Mohon ingatkan jika ada typo atau semacamnya
Happy Reading!!

-oOo-

Beberapa mobil berhenti tak jauh dari sebuah rumah. Tidak jauh dari kota, namun sedikit menepi. Jarak antar rumah sangat renggang. Di mobil pertama ada Disa dan Zico dengan pria itu sebagai pengemudi. Aya dan Meisya di mobil kedua dengan Aya sebagai pengemudi.

Mereka memasang earphone yang terhubung dengan kotak wireless yang dipasang di celana mereka. Itu digunakan agar mereka bisa berkomunikasi antar sesama maupun dengan sistem pintar mereka.

“Lo yakin sekarang?” tanya Zico memastikan. Ia melirik jam digital yang melingkar di tangan kirinya. Pukul 7.15 PM waktu setempat.

“Hm,” sahut Disa dengan pandangan fokus pada rumah yang mereka incar.

“Semua sudah diatur dengan rapi, bukan?” tanya Disa.

Zico mengangguk, menoleh pada gadis 18 tahun itu.

“Anggota juga udah bergerak ngepung kok,” ujar Zico.

“Beberapa orang berjaga di depan gang. Ini bakal sampai malem. Gue ramal pasti bakal ada kejar-kejaran. Dan kalo sampai ke jalan raya, bisa aja polisi turun tangan,” tambah Zico.

Disa merenungi apa yang Zico katakan. Ia tidak yakin jika ini hanya akan berakhir dengan pertarungan. Pasti tikus itu akan kabur.

“Suap pihak kepolisian,” cetus Disa.

Zico sontak menoleh. “Yeah, suap pihak kepolisian pusat. Aku tidak ingin masalah ini sampai ke telinga mereka. Hanya akan membuang waktu,” lanjut Disa.

“Okay,” sahut Zico.

“Soal markas—” Zico sengaja menjeda kata-katanya. Ia kembali menoleh pada Disa seolah meminta penjelasan.

“Jack dan lainnya menjaganya dengan baik,” ucap Disa.

“Bukannya lo curiga sama Jack?” tanya Zico karena ia tau Disa curiga pada tangan kanannya itu.

“Awalnya memang. Tapi aku yakin dia tidak akan melakukannya. Apapun spekulasi yang pernah ku pikirkan, semua terpatahkan dengan kesetiaannya. Lagipula aku menggajinya dengan mahal, aku yakin tikus sialan itu tidak ada apa-apanya jika ingin menyogok Jack,” jelas Disa.

“Leader yang sangat pengertian,” puji Zico bermaksud menggoda Disa.

Zico memberikan Disa pistol yang ia ambil dari kursi belakang. Gadis itu menerima dengan baik dan memasukannya ke belakang celana.

“Kurang?” tanya Zico.

“Aku butuh belati,” ungkap Disa.

Zico mengambil barang di dashboard. Menyodorkan sebuah belati dan pisau lipat kepada Disa.

“Lo ... bakal membunuh dia?” tanya Zico lirih.

Kepala Disa menoleh pada Zico. Dalam hatinya ia ingin sekali menjawab dengan tegas sebuah kata ‘Iya’ namun kembali lagi pada janjinya pada Diva.

Sebisa mungkin aku akan berhenti membunuh orang. Aku bersumpah untukmu, Raya Diva.

“Ah sudahlah. Gak seharusnya gue nanya gitu pas situasi begini,” cela Zico diakhiri kekehan.

“Sekarang,” kata Disa.

Ia bergerak membuka pintu mobil. Suara Zico menghentikan tangannya.

“Kerjasama tim,” ucap Zico.

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang