Chapter 38

4.6K 233 2
                                    

“Aku adalah ayah Diva,” ujar William.

Alaska hanya diam. Semua terasa sangat membingungkan baginya.

Alih-alih menemukan jawaban tentang ini semua, tapi kembali ia dibuat terkejut. Dirinya benar-benar terjebak dalam semua rahasia Diva.

“Kau belum cukup mengenal putriku, boy,”

William berdiri, merapikan setelan tuxedonya sebentar lalu berkata, “Lain kali kita akan berbincang lagi. Saat ini aku sedang sibuk.”

Belum jauh William melangkah, ucapan Alaska membuatnya berhenti. “Om Gio?” tanya Alaska.

William berbalik dan menjawab, “Dia ayah Diva, hanya saja ....”

“Ya... lain waktu aku akan menjawabnya. Jaga putriku dengan baik, Boy,” ujar William lalu berbalik dan meneruskan langkahnya.

Napas panjang terdengar gusar saat Alaska memejamkan matanya sambil mendongak.

-oOo-

Tengah malam Diva terbangun, dirinya merasa lapar karena belum sempat makan ketika pulang tadi.

Ia mencoba duduk dengan hati-hati mengingat pergelangan kaki kirinya yang masih sakit.

Ditolehkan kepalanya ke kiri, terlihat Alaska tidur sambil memeluk boneka RJ miliknya. Entah memang sudah kebal dingin atau memang merasa panas, Alaska selalu tidur dengan menanggalkan kaosnya. Membiarkan tubuh atletisnya bersentuhan langsung dengan udara dingin yang keluar dari AC.

Perlahan Diva turun dari ranjang seraya memperhatikan kakinya, ia juga bergerak hati-hati supaya Alaska tak terbangun.

Namun perkiraannya salah, baru saja Diva ingin berdiri, suara serak milik Alaska membuatnya menoleh.

“Ingin apa, Sayang?” matanya masih terpejam.

“Ingin pipis, hm?” tanyanya sekali lagi, kini dirinya menggeliat sambil mengucek matanya.

“Laper,” cicit Diva yang duduk di tepi ranjang.

Senyum tipis terbit di bibir Alaska. Tanganya bergerak merangkul perut Diva dan menariknya duduk di pangkuannya.

“Mau makan apa?” tanyanya pelan dengan dagu yang bertumpu di bahu gadisnya

“Terserah. Tadi kamu makan apa? Delivery?” tanya Diva.

“Bikin nasi goreng,” sahut Alaska.

“Masih ada?”

“Ada, tapi udah dingin ... nggak enak.”

“Nggak pa apa, itu aja. Udah laper aku nya.”

“Tapi asin,” sentak Alaska.

Diva terkekeh geli, mengacak rambut legam Alaska. “Nggak apa-apa.”

Berakhir dengan Alaska yang berhati-hati mendudukkan Diva di kursi ruang makan. Ia berjalan ke dapur mengambil alat makan untuk Diva.

Sedangkan Diva membuka tudung saji dan melihat mangkok besar dengan isi nasi goreng yang tersisa sedikit, tapi masih bisa mengenyangkan perut Diva. Disebelahnya ada omelet dan juga sebotol saos sambal.

Dengan cekatan Alaska mengambilkan nasi goreng tadi untuk Diva lalu membawanya ke hadapan gadis itu.

Diva makan dengan tenang begitu pula Alaska yang dalam diam memperhatikan Diva dengan tangan yang menumpu dagu tegas miliknya.

“Udah belajar, Al?” tanya Diva tanpa melihat lelaki di depannya.

“Udah.”

“Kapan?”

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang