Chapter 15

7.1K 326 7
                                    

Mobil Alaska berhenti di sebuah cafe. Memasuki tempat parkir, banyak sekali kendaraan bermotor maupun mobil yang terparkir disana. Diva menebak sepertinya cafe ini cukup terkenal dan kondisi di dalam ramai.

Setelah memarkirkan mobil, Alaska menggandeng Diva lewat pintu samping. Terbuat dari besi berbentuk seperti sel tahanan dengan tanaman rambat yang melingkari setiap besi.

Diva mengikuti arah gandengan Alaska. Masuk ke area cafe, ternyata cafe ini bertema outdoor. Tumbuhan hijau, bunga berwarna-warni, taman kecil, kolam ikan yang tidak terlalu besar dengan jembatan lengkung, tak lupa meja dan kursi untuk para pengunjung.

Alaska tetap melanjutkan langkahnya. Berbeda dengan Diva yang kini tengah menatap sekeliling. Melihat apa saja yang ada disana. Membiarkan kakinya melangkah karena gandengan Alaska.

Berhenti di meja kasir untuk memesan makanan juga minuman. Mereka duduk di salah satu meja panjang berbahan kayu sedikit berbentuk abstrak, mungkin memang dibuat seperti itu. Kursi dari semen yang dicor membentuk potongan kayu dan diwarnai seperti warna kayu pada umumnya.

“Ini daerah mana sih, Kak?” Diva membuka mulutnya yang sedari tadi ingin menanyakan banyak hal.

“Deketnya Hutan Pinus,” jawab Alaska melepas jaketnya dan meletakkan di meja.

“Kok gue nggak pernah liat ya. Padahal gue sering ke Hutan Pinus, temenin Dhinar buat vlog,” ungkap Diva, “emang ini cafe baru buka?”

“Nggak. Dulu cuma di dalam ruangan doang. Sekarang ditambah kawasan outdoor,” tutur Alaska melipat tangan di meja.

“Bazeng.” Diva berniat untuk menyandarkan punggungnya ke kursi, tapi dirinya lupa jika kursi itu tidak ada sandaran. Jadilah dirinya menarik kembali tubuhnya ke depan disertai umpatan yang spontan keluar.

Alaska yang melihatnya kini tertawa, tidak sampai terbahak. Sesekali menundukkan kepalanya untuk meredam tawa. “Ngapain?” ujar Alaska dengan sedikit terkekeh.

“Hehehe,” tawa Diva.

Pesanan datang, mereka mulai memakannya dengan tenang ditemani suara lagu yang mengalun dari speaker disana.

Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel Diva. Meletakkan sendoknya tanpa memberhentikan kunyahannya dan membuka notifikasi tersebut.

«– Lia
     Online

WOY!!
Tugas Fisika gimana curut! Ngilang bae lo! Dua hari lagi dikumpulin.

Alat bahannya kita belum beli.

Anjir! Kelupaan gue...

Yaudah ini gue lagi di luar.
Lo catet apa aja alat bahannya
20 menit lagi lo bilang ke gue.

Bangke lo!

Hehehe gitu amat lo 😁
Kilap gue.

Untung BAIK!

Makin sayang 😊

Gue jijik

Untung nggak jadi mau curhat 😊

Bazeng!
Curhat apaan curut...
Heh! Kutil badak...
Curhat apaan?

Ihhhh gue sayang kok ama lo...
Beneran Suwer
Diva apaan sih

BANGKE LO!!!
CUMA DIREAD
TERMASUK PEREMPUAN
TANAH KUBURAN LO!!

Hahahaha... Kemakan kan?

Edisi curhat nanti aja ya.
Gue masih ada urusan.

AWAS LO
KALO SAMPE ENTAR NGGAK NGOMONG..
GUE KIRIM 50 KECOA
KE RUMAH LO!!!

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang