Disa terbangun dengan posisi duduk di depan meja kerjanya. Masih dalam keadaan berantakan dan beberapa bagian basah karena minuman.
Kepalanya berdenyut kencang membuatnya segera memegang area kepala yang terasa sakit sambil meringis.
“Sshhh,” lirihnya memijat bagian kepala yang ia rasa sakit.
Denyutan di kepalanya semakin terasa membuat ringisan itu semakin kencang.
“Argghh damn it!” umpat Disa keras sambil mencengkram kepala.
Nafasnya yang memburu kini mulai teratur. Tangannya kini lemas dan tubuhnya bersender di kursi putar itu sambil memejamkan mata.
Hidungnya mencium bau-bau tak sedap di sekitar. Membuatnya ingin memuntahkan semua isi perutnya. Segera ia berlari ke toilet yang ada di ruangan itu dengan sempoyongan kemudian memuntahkan isi perutnya di closet.
Setelah beberapa menit, Disa keluar sambil berpegangan pada pintu toilet karena kepalanya yang masih terasa sakit.
Ia berjalan ke arah sofa dan duduk sambil mengelap keringat yang bercucuran disekitar wajah dan lehernya menggunakan tisu.
“Gilak. Disa minum berapa botol dah, pusing banget nih kepala.” Kini Diva kembali kepada tubuhnya setelah beristirahat.
Selang beberapa menit suara napas Diva terdengar teratur. Matanya mengantuk menuntunnya untuk segera tidur.
Akhirnya ia merebahkan tubuhnya di sofa panjang dan tidur sambil mengapit bantal di sela-sela pahanya. Sepatunya ia lepas. Kini terlihat kaos kaki hitam pendek menutupi kaki Diva.
-oOo-
“Nona... Nona Disa,” panggil Jack sambil mengetuk pintu.
Hampir lima menit Jack berdiri di depan ruangan atasannya. Disa belum juga menyuruhnya untuk masuk. Seingatnya Disa tak mempunyai banyak pekerjaan akhir ini.
Jack melihat seorang pelayan akan melewatinya. Segera ia mencegat dan menanyakan hal ini kepada maid tersebut.
“Nona Disa di dalam?” Jack bertanya.
“Iya, Tuan. Nona ada di dalam,” jawab pelayan tersebut sambil menundukkan kepalanya.
“Apa Nona Disa meminta sesuatu?” tanya Jack.
“Eemmm, siang tadi Nona Disa meminta untuk dibawakan minuman, kami mengantar lima botol vodka ke ruangannya, Tuan.” Pelayan tersebut berbicara dengan gugup.
Jack membulatkan matanya. “Pergilah,” usir Jack. Ia kini memberanikan diri untuk masuk ke ruangan leadernya itu.
Jack melihat Disa tertidur di sofa dengan gaya yang membuatnya mengira kalau itu adalah Diva.
“Nona... Nona... Nona Disa,” panggil Jack berkali-kali.
Jack berinisiatif untuk menyentuh pundak leadernya itu berusaha membangunkan. Disa menggeliat membuat Jack segera menarik tangannya dan berdiri tegak.
“Eghh.” Geliat Diva mereganggkan badannya.
Matanya mulai terbuka dan yang menjadi fokus pertamanya ialah Jack yang kini berdiri tak jauh darinya.
“Jack, kau disini?” tanya Diva lembut.
“Iya, Nona,” jawab Jack disertai anggukan.
“Jack, bisa kau matikan AC nya. Bau minumannya sangat tercium. Aku nggak tahan dengan baunya,” tutur Diva.
“Tentu, Nona.” Segera Jack meraih remot AC dan menekan tombol power.
“Jack, apa ada masalah saat pertemuan tadi? Kenapa Disa minum banyak banget?” tanya Diva bingung karena tak biasanya Disa minum sebanyak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...