“Raya,” panggil Gio menuruni tangga, mendekati Diva yang tengah menonton tv.
“Iya, Yah?” toleh Diva pada Gio.
“Alaska belum datang?” Gio bergabung duduk di samping Diva.
Diva menggeleng sambil terus mengunyah camilan.
“Emang harus banget ayah nginap disana?” tanya Diva sedikit bergumam.
“Ayah nggak enak, Ya. Kamu tahu sendiri kan mereka gimana ....” Tangan kanan Gio mengelus lembut surai Diva.
“Rambut kamu mulai panjang,” ucap Gio tak menghentikan usapannya.
“Pantesan akhir-akhir ini gerah,” gerutu Diva sambil menggaruk singkat rambutnya.
“Ayah disana berapa hari?” tanya Diva.
“tiga sampai empat hari mungkin.”
“Berarti selama itu Alaska tinggal sama Raya gitu?” tanya Diva sedikit meninggi.
“Ya kalo malam pulang lah! Kamu nggak takut kan tidur sendiri?” goda Gio.
“Ya kali Raya takut!” sungut Diva. Tapi Alaskanya nanti malah yang nggak mau pulang batin Diva.
“Nah! Ya udah, jangan bandel-bandel,” perintah Gio.
“Iya, Yah. emang kapan sih Raya nakal?”
“Bener emang nggak pernah bandel?” tanya Gio menggoda.
Suara mobil membuat mereka menoleh ke arah pintu.
“Kayaknya Alaska,” kata Gio.
Tak lama kemudian Alaska muncul sambil mengucap salam.
“Dah datang akhirnya. Kalau begitu ayah berangkat dulu, ya.” Gio bangkit lalu menggendong tasnya di punggung.
“Ayah hati-hati,” ucap Diva.
Alaska tersenyum lalu menyalimi Gio. “Hati-hati, Om.”
Tangan Gio menepuk pundak Alaska. “Kamu juga. Jaga diri baik-baik, saya titip Raya.”
Alaska mengangguk patuh penuh yakin.
“Kalian di dalam saja. Ayah pergi dulu.” Gio mencium dahi Diva dengan penuh kasih sayang dibalas pelukan hangat dari Diva.
“Hati-hati, Yah!” seru Diva.
Terdengar mesin mobil mulai mengecil dan sirna dari pendengaran mereka.
Kini Alaska dan Diva duduk di karpet merah berbulu di depan tv. Memakan camilan dengan tenang sesekali tertawa karena celotehan yang dibuat komedian di tv.
“Ayah kamu jenguk siapa?” Alaska mulai membuka pembicaraan.
“Budhe,” singkat Diva.
“Sakit apa?”
“Infeksi lambung sama demam katanya.”
“Kenapa nggak ikut?”
Mendadak Diva terdiam, membuat Alaska yang sedang menunggu jawaban Diva kini melihat diamnya Diva.
“Kenapa?” elus Alaska di rambut Diva.
“Budhe aku nggak suka sama aku, jadi lebih baik aku nggak kesana daripada bikin kondisi budhe makin drop,” jelas Diva.
“Ada masalah apa sampai budhe nggak suka sama kamu?” elusan itu tetap berlanjut.
Diva menggeleng lemah. “Aku enggak tahu... dari aku pindah kesini, rata-rata keluarga ayah nggak nerima aku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...