Happy reading!
-oOo-
Suara knalpot motor Alaska masih terdengar walau motor itu sendiri sudah berhenti di pelataran rumah Diva.
“Nggak mampir dulu?” tanya Diva dengan tangan yang masih memegang helmnya.
“Udah sore, Bunda juga tadi minta dibeliin susu buat Yuki,” terang Alaska sedikit berseru.
“Oh ... ya udah, cepet sana keburu magrib.”
“Salim dulu.” Tangan kanan Alaska terulur ke depan.
Diva mengerutkan dahinya sambil terkekeh geli. Mengambil tangan dengan jari-jari yang panjang itu lalu mendekatkan wajahnya ke punggung tangan Alaska dan menciumnya.
Tak sampai dua detik, Diva sudah menghempaskan tangan itu menjauh darinya.
“Dah sana, husshh,” angkuh Diva, “segera beranjak dari tempatmu, Tuan. Sang Putri akan segera masuk untuk melakukan spa.”
Alaska terkekeh, jarinya mengepal lalu menjitak kepala Diva dengan gemas membuat gadis yang tadi bersikap angkuh itu kini melebarkan mata tajamnya dengan kedua tangan berkecak pinggang.
Segera Alaska membalikkan motornya dengan frestyle membuat ban belakangnya berdecit, lalu segera melajukan motornya sambil berucap salam pada Diva.
Diva berjalan ke arah pintu. Menempelkan jempol kirinya di layar hitam. Sengaja Refall menggunakan ini di rumah Diva karena jika hanya menggunakan kunci, bisa saja ada beberapa fans Diva yang masuk ke dalam rumahnya. Gio yang memegang kunci utama rumah.
-oOo-
Tengah malam pukul 23.37 Diva bangun dan segera mengganti piyamanya dengan kaos dan celana jeans dengan warna senada yaitu hitam. Tangannya membuka lemari dan mengambil jaket dan boots dengan heels yang tak terlalu tinggi.
Dirinya bercermin, memperlihatkan pantulan tubuhnya dengan balutan jaket Eagle Hell. Bukan Diva gadis yang tengah bercermin itu, tapi Disa.
Kaki jenjang itu berjalan menuju balkon, membuka kaca jendela dengan pelan dan mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat dari sana.
Mendarat dengan sedikit berlutut, meminimalisir bunyi yang dihasilkan boots yang melekat di kakinya.
Berjalan dengan tenang keluar gerbang, dan menunggu anak buah yang menjemputnya di tempat yang sudah direncanakan.
Mobil Expander Triton hitam berhenti di samping Disa, dengan segera ia melompat naik ke bagian belakang mobil dengan singkat mobil itu kembali melaju.
Markas besar Eagle Hell. Disa telah tiba disana. Dengan segera masuk ke dalam rumah tanpa memerdulikan anak buahnya yang menunduk ketika bertemu dengannya. Langkah membawanya masuk ke ruangan pribadinya.
Melihat berkas yang telah ada di meja kebesarannya, segera tangan lentik itu menggapai berkas yang terbalut map hitam.
Melihat isi dari berkas membuat Disa memijit pangkal hidungnya keras.
“Huhh, apa ini, sangat sulit dipercaya?!” ucapnya tak percaya.
Mendudukkan dirinya di kursi putar sambil mendongak, memikirkan banyak hal di dalam otak jeniusnya.
Kring! Kring! Kring!
Bunyi telepon di atas meja kerjanya.Segera Disa mengangkat dan menempelkan di telinga kirinya. “Ya, Uncle,” sapanya.
“So? Bagaimana? Sudah menerima hasil tes DNA tadi?” suara Yosi diseberang sana.
“Hemm ... very surprised.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...