Meet Part 9

797 46 0
                                        

Setelah acara pelamaran tadi, Raga mengajak Agni kesuatu taman.
"Wah.. indah banget.. lo tau darimana tempat kayak gini ? Selama gue disini, gue belum pernah liat tempat kayak gini" Ucap Agni yang sudah duduk dikursi taman yang menghadap kearah lampu yang menyala berkelap kelip kota London
"Ini tempat faforit gue, disini gue selalu merasa tenang. Gue bisa tau tempat ini itu karena gue sempat ke sasar kesini jadi gue bisa tau tempat ini" Ucap Raga duduk disebelah Agni, mereka pun terdiam sesaat
"Hm.. gue mau cerita sama lo, tapi gue mohon lo jangan menyela dulu sebelum cerita gue ini selesai" Ucap Agni yang diangguki Raga
"Karena sebentar lagi lo akan jadi suami gue, gue rasa lo harus tau sesuatu. Sebenarnya dulu gue gak kayak gini, gak cuek dan dingin. Sebenarnya dulu itu gue orangnya ramah dan ceria tapi semenjak gue mengetahui kebenaran mengenai sepupu kesayangan gue, gue mulai berubah seperti ini. Waktu gue nginap dirumah sepupu gue..."

******************************

"Kak Febby, kakak mau kemana malam malam gini ?" Tanya Agni saat berumur 11 tahun
"Kakak mau pergi dulu, ada urusan. Agni kalau mau tidur, tidur aja gak usah nunggu kakak ya" Ucap Febby yang lebih tua 6 tahun darinya
"Tapi kakak mau kemana ? Kata mamah perempuan itu gak baik keluar malam malam" Ucap Agni
"Kakak ada perlu sama teman kakak sebentar, lagi pula kakak diantar sama papah ko" Ucap Febby
"Febby ! Kamu lama sekali ! Kamu gak tau apa kalau pak Randy sudah nunggu kamu ! Cepat masuk !" Bentak Rasyid, papah Febby
"Iya pah, kamu masuk ya. Kakak berangkat dulu" Ucap Febby lalu masuk kedalam mobil
"Agni, ko Agni ada diluar ?" Tanya Anice ibunda Febby
"Iya tante, tadi Agni nganter kak Febby keluar" Ucap Agni membuat raut wajah Anice berubah
"Apa om kamu maksa Febby untuk masuk ke mobil tadi ?" Tanya Anice
"Iya tan, tapi kak Febby mau kemana sih tan ? Ko malam malam keluar ? Bukannya gak baik ya kalau anak perempuan malam malam keluar ?" Tanya Agni
"Belum saatnya Agni tau, sekarang Agni tidur yuk sama tante" Ucap Anice, Agni pun mengangguk

*************************

Tepat pukul 3 pagi Agni terbangun ketika ia mendengar suara berisik diluar kamar, Agni pun berjalan mendekati sumber suara itu.

Plak...

"Kamu itu gimana sih ?! Kamu tau gak pak Randy itu siapa ?! Dia itu pengusaha terkenal disini ! Dia punya uang yang banyak Febby !" Bentak Rasyid
"Tapi pah, dia terlalu tua untuk Febby" Ucap Febby sambil memegang pipinya yang terasa panas bekas tamparan tadi
"Umur bukanlah masalah ! Yang kita butuhkan saat ini adalah uang ! Kalau kita gak punya uang kamu mau makan apa ?! Kamu harus mau menikah dengan pak Randy !" Bentak Rasyid
"Gak pah ! Febby gak mau !" Tolak Febby
"Kamu tuh ya...!!" Ucapan Rasyid terpotong
"Mas, tolong hentikan ! Jangan kamu siksa Febby seperti ini terus ! Sudah cukup kamu menyuruh Febby kerja dibar diskotik itu ! Jangan kamu paksa Febby untuk menikah dengan om om yang umurnya sepantaran dengan kamu !" Bentak Anice memeluk Febby yang menangis
"Kalian berdua ini sama sama pembangkang ! Bisanya melawan saja semua perintah saya ! Kalian tau kan siapa disini kepala keluarganya ?!! Harusnya kalian menuruti perintah saya !" Bentak Rasyid
"Memang kamu kepala keluarganya, tapi bukan berarti kita akan terus mengikuti semua perintah kamu yang kami anggap salah ! Sadar mas ! Sadar ! Jangan hanya karena uang kamu jadi menjual anak kamu !" Bentak Anice
"Alah ! Dasar istri durhaka" Ucap Rasyid

Plak
Plak

"Mas ! Kamu tega nampar aku ?!" Ucap Anice sambi memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu
"Ya ! Aku tega menampar kamu ! Kamu sekarang udah berani melawan aku ! Kamu bukanlah istri aku lagi !" Bentak Rasyid
"Mas ! Sadar ! Apa yang kamu ucapin itu salah ! Kamu akan menyesal mas setelah mengatakan itu" Ucap Anice sambil menangis
"Aku tidak peduli dengan kamu ! Sekarang aku akan mendidik anak ini supaya dia bisa menjadi istri yang baik untuk pak Randy" Ucap Rasyid menarik Febby yang terus menangis
"Mas ! Berhenti ! Jangan kamu siksa Febby terus terusan !" Ucap Anice berusaha melepas tarikan tangan Rasyid pada Febby
"Paman, bibi, apa yang terjadi ? Kenapa bibi dan kak Febby menangis ? Kenapa paman marah marah ? Apa bibi dan kak Febby buat salah sama paman hingga paman memarahi mereka ?" Tanya Agni sedikit ketakutan
"Agni, kamu masuk kekamar ya sayang. Ini cuman masalah kecil ko, kamu tidur lagi aja ya" Ucap Anice
"Agni gak bisa tidur tante, Agni juga gak bisa ngeliat kak Febby dan tante nangis kayak gini. Paman, apa yang bibi dan kak Febby lakukan sampai sampai paman marah marah seperti ini ?" Tanya Agni
"Diam kamu anak kecil ! Ini semua gak ada urusannya sama kamu ! Pergi sana ! Ayo Febby ! Kamu ikut papah !" Ucap Rasyid kembali menarik Febby
"Mas ! Berhenti merusak kebahagiaan Febby ! Sudah cukup kamu mengatur Febby dari kecil !" Ucap Anice, Agni hanya diam melihat apa yang terjadi pada keluarga sepupunya itu
"Pah, sakit.. tangan Febby sakit pah" Ucap Febby sambil menangis
"Jangan ngelawan kamu" Bentak Rasyid
"Mas lepasin Febby !!" Ucap Anice sambil melepaskan tangan Rasyid yang menggenggam erat tangan Febby, Rasyid pun menepis kencang tangan Anice setelah itu mendorong kencang Anice hingga kepalanya membentur tepi meja
"Mamah !" Teriak Febby saat kepala Anice mengeluarkan darah, perlahan kesadaran Anice pun menghilang
"Tante ! Tante kenapa ? Om ! Apa yang om lakuin ke tante ?" Ucap Agni sambil menangis
"Dasar anak kecil, bisanya ikut campur aja" Ucap Rasyid lalu melepaskan pegangan tangannya pada Febby lalu memukul punggung dan lengan Agni
"Paman ! Hentikan.. sakit... hentikan paman.." Ucap Agni menangis
"Ini hukuman karena kamu ikut campur dalam keluarga saya" Ucap Rasyid
"Pah ! Berhenti nyakitin orang orang yang aku sayang ! Kalau papah mau nyakitin seseorang, lebih baik aku orangnya !" Ucap Febby
"Jangan jadi sok pahlawan kamu Febby !" Bentak Rasyid lalu menjambak rambut Febby
"Argh.. sakit pah..." Ringis Febby
"Dasar anak durhaka  kamu ! Kamu dan ibu kamu itu sama sama tidak bisa diandalkan ! Biar saja dia mati seperti itu !" Bentak Rasyid
"Kalau papah membiarkan mamah mati maka papah juga harus merelakan kematianku" Ucap Febby yang masih merasa kesakitan pada jambakan Rasyid dirambutnya
"Kamu mengancam saya ?! Memang apa yang mau kamu lakukan ha ?!" Bentak Rasyid lalu Febby pun mengeluarkan sebuah pisau lipat dari kantong celananya setelah itu ia pun menusukkan pisau itu tepat pada bagian dadanya, Rasyid yang melihat itu pun tidak bisa menghentikan pergerakan Febby yang terlalu cepat itu
"Kak Febby !" Teriak Agni saat Febby mulai terjatuh tak sadarkan diri
"Dasar anak bodoh" Umpat Rasyid menatap tubuh Febby yang sudah banyak mengeluarkan darah pada bagian dada

Brak..

"Angkat tangan ! Anda kami tangkap !" Ucap polisi yang membuka secara paksa pintu rumah Rasyid, Rasyid pun mengangkat kedua tangannya
"Agni ! Kamu gak papa kan sayang ?" Tanya Wati yang langsung memeluk Agni
"Mamah.. kak Febby sama tante Anice gak mau bangun dari tadi" Ucap Agni yang sudah menangis sesenggukkan
"Cepat bawa mereka kerumah sakit" Perintah Suyoto lalu para anggota medis pun menganggakat tubuh Anice dan Febby menuju mobil ambulance
"Sayang, kamu diapain aja sama paman kamu ?" Tanya Suyoto
"Tadi aku dipukul sama paman, Pah. Paman jahat ! Agni gak mau ketemu paman lagi !" Ucap Agni menangis dipelukan Wati
"Cup.. cup.. cup.. udah sayang, tenang yah. Disini ada mamah dan papah ko yang jaga kamu" Ucap Wati memeluk Agni
"Untungnya tadi kita ngecek keadaan Agni lewat HP dan CCTV nya, kalau enggak mungki  Agni akan menjadi korban juga" Ucap Suyoto
"Pah ayo kita kerumah sakit, aku takut kak Febby sama tante kenapa napa" Ucap Agni
"Ayo sayang" Ucap Suyoto lalu menggendong Agni

*************************

"Lo tau apa yang terjadi saat gue sampai dirumah sakit ? Mereka berdua meninggal, kak Febby dan tante Anice meninggal. Padahal gue sayang banget sama kak Febby dan tante Anice, gue sempat menuntut paman gue hukuman mati tapi nyatanya paman gue lebih cerdik dari gue hingga ia hanya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Gue sejujurnya gak terima tapi gue gak bisa berbuat apa apa lagi, saat itu gue masih lemah. Hingga saat gue dipanggil nyokap bokap gue untuk ke Berlin, gue mengetahui satu fakta yaitu paman gue bebas. Paman gue meminta hak atas dirinya yang merupakan bagian dari keluarga Nubu, nyokap bokap gue gak setuju karena paman gue sudah mencoreng nama baik keluarga besar kami. Maka dari itu setelah gue pulang dari Berlin gue menceritakan semua ini kesahabat sahabat gue, gue juga disuruh tinggal diBerlin untuk membantu bokap gue mengurusi perusahaannya saat dia sibuk mengurusi sidang dengan paman gue. Sorry waktu itu gue gak cerita apapun ke lo, sorry gue buat lo menderita, sorry gue.." Ucapan Agni pun terputus saat Raga memeluk erat Agni lalu mengelus punggung Agni untuk menenangkan Agni yang menangis
"Gak papa, gue ngerti ko. Sekarang gue malah berfikir kalau gue itu egois banget ya karena menyalahkan lo, padahal lo sendiri punya alasan saat menghilang waktu itu. Harusnya gue yang minta maaf sama lo Ag, maaf gue egois sudah menyalahkan lo padahal lo sendiri punya masalah yang besar disana dan maaf  juga gue gak bisa membantu lo saat itu" Ucap Raga semakin mengeratkan pelukannya pada Agni, Agni pun mengangguk
"Mulai sekarang kita harus saling terbuka ya, jangan ada yang ditutup tutupi lagi supaya gak ada kesalah pahaman kayak gini. Ok cantik" Ucap Raga melepaskan pelukannya pada Agni lalu menghampus air mata yang mengalir dipipi Agni
"Iya, mulai sekarang kita harus saling terbuka dan mengerti satu sama lain" Ucap Agni tersenyum
"Ag, lo mau gak nunggu gue beberapa bulan lagi untuk menikah ? Gue mau nyelesain pekerjaan gue dulu dikantor supaya nanti kita bisa bebas honeymoon" Ucap Raga
"Iya, gue akan menunggu lo ko" Ucap Agni tersenyum
"Makasih Ag" Ucap Raga lalu memeluk Agni kembali

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang