Pada kamis penuh mendung. Yu Wenbai menerima hukumannya. Dua lembar undangan untuk Hua Cheng dan Xie Lian tidak tersentuh. Suasana hati Xie Lian tidak stabil dan Hua Cheng tidak ingin melihat eksekusi mati memperburuk hal itu. Yu Wenbai dihukum mati dengan lima tembakan di kaki, tangan, leher, kepala kemudian jantung.
Museum Tsinghua yang merupakan milik keluarga Ming meminta jasad Yu Wenbai untuk diambil kepalanya, diawetkan dan dipamerkan sebagai contoh manusia yang buruk. Hua Cheng tentu saja dibalik layar, dia ingin orang itu dihukum seberat-beratnya, meskipun dia mati dengan mudah. Hua Cheng tidak ingin jiwanya kembali bereinkarnasi. Dengan kebencian banyak orang, mungkin dewa akan mempertimbangkan hal tersebut.
Setelah itu, Xie Lian tampak lebih baik. Wajahnya tidak lagi sayu, dia juga menyantap sarapan dengan ceria, seolah-olah melupakan yang terjadi beberapa saat lalu. Hua Cheng menangkap kesempatan itu, dia tersenyum, "Sayang, mau pergi bersamaku ke suatu tempat?"
Xie Lian mengunyah iga babi, ketika kepalanya terangkat, "Kemana?"
"Menemui seseorang."
"Apa aku mengenalnya?" Xie Lian bertanya lagi.
Senyum Hua Cheng terangkat, dia mengedipkan mata jenaka, "Kamu sangat mengenalnya."
Rasa penasaran Xie Lian membumbung, setelah menghabiskan sarapan dan berpakaian. Dia dan Hua Cheng pergi dengan mobil ke luar kota. Xie Lian berpikir Hua Cheng akan membawanya mengunjungi beberapa makam leluhur yang dulu dia kenal, tapi ketika mereka berhenti di bandara. Perkiraan itu segera musnah. Dia tampak bingung, "Apa tempatnya jauh?"
"Tidak juga." Hua Cheng tersenyum, "Ikut saja denganku, percayalah kamu akan menyukainya."
Xie Lian mengangguk, menuruti. Sepanjang mereka melangkah, Xie Lian bisa merasakan tatapan panas banyak orang. Bukan untuknya. Tapi untuk pria di sampingnya. Xie Lian menghela napas, melihat pada Hua Cheng yang mengenakan pakaian kasual, dia mengenakan cardigan berwarna mapple, ditambah kacamata hitam dan paras tampan membuat sosoknya membuat orang minta dilecehkan.
Entah datang darimana, Xie Lian bisa merasakan hatinya panas. Jadi ketika dua orang gadis muda menatap pada kekasihnya. Xie Lian si kue kecil yang selalu diam dan patuh akhirnya menunjukan taringnya. Menatap tajam pada kedua gadis itu hingga mereka merinding dan lari.
Hua Cheng mengamati perilaku kekasihnya dan menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Keduanya memasuki pesawat, perjalanan ke Xi'An hanya memerlukan setengah jam. Xie Lian merasa bahwa dia baru saja duduk hanya untuk keluar lagi.
"Utusan keluarga Ming akan menjemput kita." Hua Cheng berkata.
Xie Lian mengerutkan kening, "Bukankah keluarga Ming seharusnya di Beijing? Kenapa aku merasa mereka ada dimana-mana?"
Hua Cheng tertawa, "Aku menabung hartaku selama hampir seribu tahun. Sampai sekarang harta itu seperti ribuan gunung tibet. Jadi aku menyerahkan sepertiganya pada keluarga Ming untuk dikembangkan. Sedangkan sisanya untuk membangun Hualian. Keluarga Ming seperti pelayan dan kaki tanganku, mereka sejatinya memang ada dimana-mana sembari mengawasi beberapa perusahaan cabang."
"Sangat kaya." Xie Lian mendesah, "Selama hidupku, aku sudah bereinkarnasi beberapa kali dan tidak pernah sekalipun berakhir dengan baik. Di kehidupan ketiga, aku bahkan.." Xie Lian menghentikan kata-katanya ketika melihat wajah gelap San Lang yang menatapnya. "Mari untuk tidak membahas itu lagi."
Ada keheningan diantara mereka, kemudian Hua Cheng tiba-tiba berbicara, "Dalam kehidupan ini, aku tidak akan sekalipun membuatmu bersedih. Aku tidak akan gagal lagi, seperti dulu dan saat itu."
Hati Xie Lian menghangat, dia menggenggam tangan Hua Cheng, menggosokan jari jempolnya pada punggung tangan kekasihnya, gerakannya kecil namun membuat Hua Cheng tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanfictionPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...