Dua hari berlalu dan paman Yu benar-benar pindah ke manor milik San Lang. Ketika Paman Yu tiba di halaman manor, wajahnya cerah dan matanya berkelip. Manor itu terdiri dari dua lantai dan dilapisi batuan marmer mengkilap. Dari depan manor, suasana yang misterius dan aura aristokrat yang megah memancar kuat hingga membuat mata tidak bisa berpaling.
Furniturnya indah dan mewah, dari halaman depan hingga belakang dipenuhi rumput tipis yang bersih dengan taman tulip yang menambah kesan anggun gaya abad ke 70. Kalkulasi umur San Lang tidak lagi muda, seumur hidupnya, dia paling mencintai bangunan abad pertengahan meskipun jiwa orientalnya masih melekat kuat.
Xie Lian juga baru pertama kali datang kemari. Sudah terbiasa dengan segala macam berbau kekayaan membuatnya sudah tidak terkejut lagi. Rupanya, tanah seluas kurang lebih dua hektar, tempat tinggalnya bersama San Lang adalah multak dimiliki oleh kekasihnya itu.
Sebelum membangun mansion tempat tinggalnya sekarang, pada abad ke-tujuh. Manor ini sempat menjadi tempat tinggal San Lang yang sekarang sudah tidak lagi dia gunakan. Sebelum Paman Yu tiba, manor ini tidak lain hanya gudang barang-barang tua. Inilah yang menyebabkan kepindahan paman Yu tertunda selama dua hari karena San Lang masih harus memerintahkan orang membersihkan tempat itu.
Setelah mengantar Paman Yu. Xie Lian dan San Lang segera kembali ke mansion. Melihat dari raut wajah kekasihnya, San Lang tahu bahwa kekasihnya tidak bahagia, lebih tepatnya dia tampak mengkhawatirkan sesuatu. Bahkan hanya dengan melihat ekspresi itu, membuat tenggorokan San Lang kering ketika detak jantungnya berdebar kencang.
Dia ingin melahap orang itu seperti malam tadi.
Baru ketika dia hendak melangkah seperti serigala lapar menyerbu mangka kearah kekasihnya. Suara ponsel menginterupsi tindakannya. Meski begitu, San Lang tetap mengangkat telepon. Orang yang berbicara adalah Ming Yi. Orang kepercayaan sekaligus asistennya di perusahaan.
Ming Yi berkata datar, "Kamu akan datang dan jangan buat aku melakukan hal merepotkan."
San Lang menghela napas, dia tampak enggan akan tetapi memaksakan diri memenuhi tanggung jawab, "Baiklah."
Sosok Ming Yi seperti permata yang terkubur dalam tumpukan sampah. Cahaya dan kecemerlangannya hampir tidak terlihat ketika dia berbaur bersama masyarakat. Ming Yi masih mahasiswa, satu tahun di atas San Lang dan satu angkatan dengan Tuan muda kedua Shin. Dari luar, dia tidak bedanya dengan pria tampan yang introvert. Namun kenyataannya, dia seorang jenius. Dibalik sampul introvert itu, dia sebenarnya seorang peneliti terkenal sekaligus pakar keuangan yang handal.
Namun tentu saja. Hal itu hanya diketahui oleh San Lang.
Setelah meminta izin pada kekasihnya dan mencuri beberapa ciuman kecil. San Lang pergi ke gedung perusahaan pusat Hualian. Di atas lantai puncak, kantor San Lang yang megah dengan pemandangan kota Guangzhou yang membentang tidak lagi seindah biasanya. Tumpukan kertas hampir menimbun meja dan kursi. Ketika San Lang melihat ini, dia sakit kepala.
Meski wajah Ming Yi tampak datar di permukaan. Nyatanya diantara yang lain, dia putus asa sampai merasa ingin bunuh diri. Setelah berkencan, San Lang hampir tidak pernah pergi ke Perusahaan untuk hal-hal sepele. Membuat semua pekerjaan yang melimpah ruah itu dipercayakan ke Ming Yi.
Ming Yi menggertakan gigi, dia sudah tidak peduli lagi martabat karyawan terhadap atasan dan mendengus, "Tanda tangani ini atau aku keluar."
San Lang sedikit merasa bersalah, namun tetap tenang. Dia dengan santai menyingkir beberapa lembar kertas yang menutupi kursi dan duduk. Mengambil pulpen dan mulai menandatangani semua dokumen. Melihat itu, Ming Yi sedikit menghela napas lega. Dia melaporakan segala yang terjadi di perusahaan secara jelas namun singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanficPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...