Pagi itu mereka sarapan dengan beberapa lembar roti tawar dan selai. Usai tragedi 'omelet garam' Feng Xin benar-benar melarangnya untuk menginjak dapur. Sebagai gantinya ia yang akan menyiapkan sarapan dan membiarkan Xie Lian berdiam diri dengan hati bersalah.
Tidak diduga. Baru saja Xie Lian menyuap roti tawar, Feng Xin membuka suara dan menyinggung topik sensitif yang sangat dihindari Xie Lian.
"Kapan kau pindah?"
Nada bicaranya terdengar dingin, walau Xie Lian tahu Feng Xin memang selalu bersuara seperti itu tetap saja membuat hati Xie Lian diliputi perasaan gelisah. Xie Lian berhenti mengunyah dan menelan bulat-bulat roti yang belum sepenuhnya hancur itu kedalam perutnya.
Jemari Xie Lian saling tertaut, beberapa saat ia kesulitan menjawab. "Bisa beri aku waktu lagi?"
Ia tentu tidak mau membuat Feng Xin marah dengan mengaku bahwa dirinya bahkan sama sekali belum mencari rumah baru. Selain karena belum punya uang, ia juga selalu sibuk bekerja akhir-akhir ini.
Feng Xin menghembuskan napas kasar, Xie Lian tahu perasaan hatinya selalu mendung sejak dirinya tinggal di sini. Berusaha menghibur, Xie Lian buru-buru berbicara, "Aku akan mencari rumah hari ini, sungguh!"
Beberapa saat pemuda itu tidak menjawab, ia beranjak dan membawa piring kotor ke bak cuci. Melihatnya membuat Xie Lian berpikir Feng Xin sedang marah. Baru Xie Lian hendak membuka mulut, Feng Xin berbalik dengan kening berkerut samar. "Aku akan menanyakan tentang rumah pada beberapa temanku. Kau tak perlu berterima kasih."
"....."
Dia benar-benar ingin aku pergi!
××××××
Libur akhir pekan tidak disia-siakan, Xie Lian siang itu pergi keluar, menggali informasi tentang apartemen sewa dengan harga murah. Ia sudah berkeliling kota Guangzhou selama tiga jam dengan berjalan kaki namun sesudahnya hanya bisa menelan pil pahit. Dalam hati ia memaki kepadatan penduduk China yang seperti banjir itu sehingga hampir semua tempat yang ia datangi penuh. Andaipun ada satu atau dua kamar yang belum terisi, harganya nyaris membuatnya menangis dan mau tidak mau menyerah.
Lelah usai berjalan berjam-jam, Xie memutuskan beristirahat dengan sebotol air mineral di kursi yang tersedia untuk pengunjung minimarket. Ia mengeluarkan dua lembar kertas koran dari tas selempang nyaris jebol miliknya. Membaca dengan hati-hati list iklan rumah/kamar sewa yang belum ia kunjungi. Merasa cukup istirahat, Xie Lian bangkit dari kursi dan mendekati kasir untuk membayar air mineral yang ia minum.
Begitu tangan kurusnya masuk ke dalam tasnya, Xie Lian merasa seperti diguyur air dingin saat badai salju. Tubuhnya membeku, ia terpaku tidak bisa bergerak. Pandangannya kosong.
Dompetku... Dimana?
"Jumlahnya 2 yuan tuan.." Penjaga kasir itu mengingatkan, melihat wajah Xie Lian yang mendadak berubah warna mau tidak mau membuatnya memasang wajah curiga. Apa orang ini tidak bisa membayar? Hanya 2 yuan!
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanficPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...