[2] A Guy With Cold Face

17.3K 2.1K 391
                                    

Perpustakaan itu besar dan megah, ratusan lemari buku tersusun rapi dengan bilik-bilik terpisah sesuai kategori. Itu tidak aneh, Universitas tempat ia bekerja ini termasuk sebagai kampus terbaik di China dengan predikat 4 bintang dalam ranking dunia. Hanya orang-orang dengan latar belakang tinggi yang bisa bersekolah disini.

Kampus Xie Lian bukan disini, kampus tempat ia kuliah sebelum cuti juga merupakan kampus terkenal. Namun bedanya, kampus ini swasta sedangkan kampusnya adalah milik pemerintah sehingga biaya kuliahnya tidak terlalu tinggi.

Karena kehebatannya, peraturan dalam perpustakaan ini pun ketat. Bukan hanya untuk pelajar tapi juga untuk para pustakawan. Bila ia mengacau sedikit saja, maka pemecatan konsekuensinya. Maka dari itu Xie Lian benar-benar berhati-hati.

Namun walau otaknya tidak bisa disebut cerdas. Xie Lian tidak salah lagi seorang yang terampil, ia lincah dan licin seperti belut. Segala pekerjaan selalu bisa dikerjakan dengan baik, tepat waktu dan sempurna. Melihat bakatnya, Xie Lian sering ditunjuk untuk menginventaris buku-buku perpustakaan yang jumlahnya ribuan oleh kepala perpustakaan.

Walau berat, namun dengan embel-embel gaji tambahan tidak mungkin tidak ia terima.

Matahari sudah tinggi, di luar panas menyengat hingga ke ujung kepala. Xie Lian duduk termenung di kursi taman Universitas sambil mengunyah roti keras dari lemari dapur Feng Xin. Roti itu sudah habis, namun perutnya masih bergejolak minta diisi. Mengingat dirinya tidak punya uang, Xie Lian hanya bisa mendesah menyerah lalu kembali ke perpustakaan.

Begitu ia kembali, ia memutuskan berjaga di resepsionis sambil membaca buku. Pekerjaan ini sebenarnya cukup sinkron untuknya. Xie Lian seorang mahasiswa sastra, ia senang membaca. Terutama buku-buku bergenre Historical, entah itu novel atau dokumenter sejarah nyata. Ia akan senang hati membacanya.

Perpustakaan ini lengkap, begitu banyak buku-buku yang ia sukai disini membuatnya merasa pekerjaan ini sama sekali tidak membosankan.

Baru saja ia hendak membalik halaman buku, suara bisik-bisik gadis terdengar mengusik telinganya. Xie Lian mendongak, pandangannya jatuh pada tiga orang mahasiswi di meja yang tidak jauh dari tempatnya. Pipi mereka merah hingga ke telinga.

Salah seorang dari mereka bersuara, "Lihat! Dia tampan sekali!"

"Benar! Aku sudah dengar tentangnya dari mahasiswa akutansi, aku pikir mereka hanya melebih-lebihkan! Tak kusangka itu sungguhan!"

"Mau coba menyapanya?"

"Jangan! Kita tak boleh mengganggunya. Aku dengar dia sangat dingin dan berhati keras, teman-teman satu jurusannya bahkan tidak pernah melihatnya tersenyum."

"Justru itu yang membuatnya mempesonaa!"

Xie Lian mengerutkan dahi, ia tidak cukup besar kepala untuk mengira dirinya objek yang dibicarakan para gadis itu. Namun mirisnya, itu memang bukan dia.

Salah satu pupil gadis itu bergulir kearah meja di sudut perpustakaan. Disana seorang pemuda nampak menopang pipi dengan tangannya, matanya terpejam. Sepasang earphone melekat di kedua telinganya.

Pemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Ia mengenakan sweater semerah daun mapple dengan celana jeans diatas mata kaki dan sneakers putih. Ujung celananya terlipat sedikit menampilkan kulit seputih kertas, nampak konstras dengan warna celananya.

Xie Lian tahu pemuda itu namun tidak mengenalnya secara pribadi. Pemuda itu sering ke perpustakaan namun tidak pernah sekalipun ia melihat pemuda itu membaca buku. Selain tidur dan bermalas-malasan, Xie Lian tidak pernah melihat pemuda itu melakukan sesuatu yang berarti.

[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang