Para peserta audisi diberi waktu dua puluh menit untuk berdiskusi dengan partnernya masing-masing. Saat itu, otak Xie Lian nyaris kosong. Dia kehabisan akal dan di menit ke delapan sebelum audisi dimulai keduanya bahkan belum memilih dialog yang akan mereka mainkan. Semua saran yang diberikan oleh Xie Lian, Qi Ying selalu menolaknya dengan alasan sulit.
Xie Lian awalnya berpikir untuk memilih dialog yang memiliki percakapan terpendek agar memudahkan Qi Ying, namun sayangnya tidak ada satupun dari dialog di lembaran yang memiliki percakapan pendek. Semua dialog itu berasal dari adegan-adegan klimaks novel-novel populer. Xie Lian yang merupakan kutu buku tentu familiar dengan semua kalimat-kalimat dialog tersebut.
Xie Lian menghela napas lelah, dia memandang Shin Qing Xuan yang tampak fokus memperhatikan waktu. Melihat wajah pemuda cantik itu, saklar di kepala Xie Lian tiba-tiba terajut dan lampu terang menyala di pikirannya.
"Qi Ying, bisa kamu ulangi perintah Shin Qing Xuan sebelum kita diminta berbagi kelompok?"
Qi Ying bingung namun tetap menjawab, "Kita diminta memerankan peran dengan naskah yang sudah di tentukan."
Senyum Xie Lian mengembang, "Itu saja, bukan? Dia tidak melarang kita untuk berimprovisasi, bukan?"
Mata Qi Ying melebar, riaknya cerah dan berseri-seri. "Aku rasa tidak."
Xie Lian mengeluarkan pena dari kantung kemejanya, dia melingkari nomor dialog pada lembaran naskah dan mendekati Qi Ying, "Aku sarankan kita mengambil dialog ini."
Qi Ying membaca dialog itu dengan cepat, begitu dia selesai membaca, matanya melebar tampak terkejut. Dia lalu menatap Xie Lian penuh keraguan, tidak bisa menahan diri bertanya, "Kamu yakin? Semua orang disini akan mentertawakan kita."
Tidak ada perubahan ekspresi di wajah Xie Lian, dia mengangguk yakin lalu menjelaskan, "Kamu benar, dialog ini sebenarnya berasal dari novel percintaan antar lelaki yang populer namun penuh dengan reputasi buruk. Ceritanya jelek, dialognya memalukan dan membuat pembaca geli."
"....."
Xie Lian melanjutkan, "Tapi kita bisa berimprovisasi."
Qi Ying tampak ingin menyerukan ketidaksetujuannya, namun penasaran dengan ide improvisasi dari Xie Lian. "Bagaimana?" Qi Ying bertanya dengan kening berkerut samar.
Xie Lian mengulas senyum lalu mendekati Qi Ying dan membisikan sesuatu, tepat setelah dia selesai, ekspresi Qi Ying berubah drastis. Dia bertanya dengan mata cerah, "Kamu yakin dengan ini?"
"Jika kita bekerjasama, aku yakin kita pasti lolos tahap pertama." Xie Lian berkata enteng dan Qi Ying memutuskan mulai mempercayainya.
Dari jauh tiba-tiba terdengar suara sobekan kertas. Pelakunya tidak lain adalah San Lang yang baru saja melihat Qi Ying dan Xie Lian saling berbisik tampak intim. Gadis yang menjadi partnernya memasang wajah datar.
"San Lang-ah, naskahmu robek."
"Maaf," San Lang menjawab tanpa menoleh, "Tanganku terpeleset."
Waktu untuk berdiskusi habis, Shi Qing Xuan kembali ke panggung dan mulai membacakan urutan kelompok yang tampil. Urutan ini ditentukan secara acak, jadi tidak ada satupun peserta yang keberatan. Xie Lian dan Qi Ying ada di urutan ke-enam, sedangkan kelompok San Lang dan partnernya ada di urutan ke-tujuh.
Xie Lian menyempatkan diri melirik kearah San Lang. Dalam hati sebenarnya dia penasaran dialog apa yang akan dibawakan pemuda itu. Dari sifat dan kepribadiannya, menurut Xie Lian, San Lang akan cocok jika berperan sebagai karakter pangeran tampan namun dingin.
Shi Qing Xuan sudah kembali di sisi panggung dan duduk disisi sutradara sekaligus pembina klub teater.
Pembina klub teater bernama Shen Qingqiu. Pria ini tampan, alisnya hitam seperti dilukis, bibirnya tipis merah muda, tubuhnya tinggi ramping dengan kaki lurus panjang. Auranya penuh dengan keanggunan seorang cendekiawan. Hal itu bukanlah kebetulan. Kabarnya, pria yang tahun ini mulai memasuki umur kepala tiga itu berasal dari keluarga keturunan keluarga kekaisaran. Dia mulanya seorang aktor panggung terkenal di seluruh Tiongkok, namun dengan alasan yang tidak diketahui publik. Dia tiba-tiba memutuskan berhenti tiga tahun lalu dan mulai membina klub teater Universitas Guangzhou. Berkat bimbingan pria ini-lah, klub teater Universitas Guangzhou mampu mencetak banyak nama dalam kompetisi seni peran skala besar. Semua anggota klub teater sangat menghormatinya hingga memanggilnya dengan sebutan 'shizun'.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanficPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...