Satu tahun lebih sudah berlalu namun kejadian itu masih belum kering dalam memori Xie Lian. Dia masih ingat jelas bahwa dirinya saat itu berada dalam sebuah klub teater di kampusnya. Xie Lian berbakat dalam seni peran. Tidak peduli karakter apapun yang ia perankan. Baik jahat atau baik. Bahkan andai dia memerankan karakter umpan meriam pun seluruh sorotan akan tetap tertuju padanya. Dia indah seperti angsa putih, kecantikan dan keanggunan bak pangeran kerajaan. Semua itu mendukung dirinya mendapat banyak penggemar setiap dirinya bermain diatas panggung.
Dia selalu percaya pada dirinya sendiri untuk menyelesaikan segala pementasan dengan baik dan sempurna. Setiap waktu akan naik keatas panggung, Xie Lian akan dengan lantang berkata pada teman-temannya, "Percaya dan serahkan padaku!" hanya dengan beberapa frasa, semangat anggota klub teater menguar seperti udara panas.
Suatu hari, kabar buruk datang bersama angin. Universitas memutuskan untuk membubarkan beberapa klub demi menghemat pengeluaran anggaran, mereka juga akan mencabut beasiswa orang-orang yang berada di daftar hitam. Klub teater terancam karena mereka yang paling banyak menghabiskan uang Universitas untuk keperluan sewa panggung dan kostum. Anggota klub teater bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Kebanyakan dari mereka berkuliah dengan mengandalkan beasiswa. Kabar ini tidak hanya mengancam klub mereka tapi juga beasiswa mereka sendiri. Jika klub teater bubar, maka orang-orang di dalamnya secara otomatis masuk dalam daftar hitam.
Satu-satunya cara adalah dengan memenangkan suatu kompetisi dan memberi klub mereka sebuah nama agar tetap di pertahankan. Tidak lama setelah itu, seakan doa mereka didengar dewa. Kompetisi pementasan diadakan di sebuah sanggar budaya Beijing. Kesempatan bagi mereka akhirnya tiba!
Sutradara bekerja cepat, gesit seperti belut. Hanya dalam beberapa hari, ia segera mengumumkan cerita yang akan dibawakan dan daftar orang yang akan bermain. Dan tentu saja Xie Lian mendapatkan peran sebagai karakter utama. Xie Lian menerima peran itu dengan senang hati, pemuda itu tidak ubahnya seperti pilar bagi seluruh anggota klub, pusat kekuatan dan semangat mereka.
Latihan untuk kompetisi berjalan lancar dan tidak terasa waktu pementasan tinggal tiga hari lagi. Saat itu tiba-tiba Xie Lian mendapat telepon dari desa.
Kecelakaan terjadi dan kedua orangtuanya meninggal dunia.
Saat mendengar hal itu, ia melempar naskah dan berlari menuju stasiun kereta. Begitu ia tiba di desa, kedua orangtuanya benar-benar tinggal raga tanpa jiwa. Mendengar bahwa orangtuanya meninggal saat dalam perjalanan menuju Beijing untuk bertemu dengannya membuat Xie Lian hancur se-hancurnya.
Keesokan harinya, pamannya memintanya untuk menandatangi surat warisan. Xie Lian yang masih linglung menandatangani surat itu begitu saja. Tidak berapa lama, pengacara ayahnya memberitahu dirinya bahwa surat itu palsu. Itu bukanlah surat penyerahan harta warisan melainkan surat persetujuan pindah nama atas harta ayahnya kepada pamannya.
Xie Lian ditipu di saat-saat terpuruknya. Pikirannya kacau dan tanpa ia sadari hari pementasan telah tiba. Semua anggota klub panik karena Xie Lian tidak juga datang, semuanya berubah kacau. Tanpa pilar, mereka sama saja seperti pagoda yang roboh. Bukan nama yang mereka dapat melainkan aib karena mendapat peringkat terakhir.
Setelah itu, Universitas benar-benar membubarkan klub teater dan mencabut beasiswa orang-orang di dalamnya. Seluruh mantan anggota klub bangkit dalam kemarahan. Mereka menuduh Xie Lian-lah yang membawa masalah ini dan membuat mereka kehilangan beasiswa sekaligus tempat di kampus.
Begitu ia kembali, ia mendapati banyak orang membencinya setengah mati.
Mu Qing salah satu anggota klub teater dan menjadi korban dari aib-nya. Setelah penghapusan klub, Mu Qing diperlakukan seperti budak oleh mantan anggota klub lainnya. Hal ini karena dirinya lah yang menggantikan tempat Xie Lian pada saat pementasan berlangsung. Beasiswanya juga di cabut dan dirinya yang berasal dari keluarga miskin terpaksa keluar dari Universitas karena tidak sanggup membayar biaya uang kuliah reguler.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanficPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...