Waktu berlalu dengan cepat dan lima tahun telah berlalu. Setelah pernikahan, Hua Cheng tinggal di Istana Putera Mahkota Xian Le untuk menemani istrinya. Hubungan mereka di pandang baik dan harmonis, ketika Xie Lian tidak dalam tugasnya sebagai putera mahkota, dia akan pergi berkultivasi dan berlatih bersama suaminya membuat basis kultivasi keduanya meningkat dengan cepat dan kini berada di alam Ilahi, hanya satu tingkat sebelum menjadi seorang immortal.
Keduanya laki-laki jadi tidak dapat memperoleh keturunan dengan cara apapun. Tapi empat tahun lalu, ketika keduanya dalam perjalanan menuju gunung penuh energi spiritual untuk berkultivasi. Bayi kecil cantik berkulit cerah hadir di hadapan keduanya. Gunung itu dekat dengan desa yang miskin, mereka menebak mungkin bayi ini tidak beruntung dan lahir dari salah satu wanita di sana, di buang demi menghemat beberapa butir nasi untuk makan.
Bayi itu lemah dan hampir mati. Mungkin telah ditinggalkan lebih dari satu hari. Dia menangis kelaparan. Xie Lian lemah terhadap anak kecil, jadi ketika pertama kali melihat bayi kecil malang itu, dia tanpa pikir panjang membawanya kembali ke istana dan merawatnya. Pasangan suami istri itu hendak menjadikan bayi kecil itu sebagai putera mereka, Kaisar mengizinkan dengan syarat memberi anak itu marga keluarga Xian Le. Xie Lian dan Hua Cheng tidak keberatan dan memberi nama anak mereka dengan Xie Li¹
Xie Li 谢力 : Xie 谢 marga dari kerajaan Xian Le dan Li 力 memiliki arti kekuatan.
Keluarga kerajaan bahagia dengan kehadiran Xie Li karena menghapus kecemasan dari Putera Mahkota yang tidak bisa memiliki keturunan. Mulanya, sebelum Xie Li hadir. Para kasim memberikan saran agar Putera Mahkota membangun harem dan mengangkat setidaknya satu orang selir agar memperoleh anak. Namun gagasan itu segera di tolak Xie Lian.
Sekarang mereka telah memiliki seorang putera. Masalah terselesaikan.
Xie Li anak yang cerdas dan tampan. Meskipun tidak terikat darah dengan orangtuanya. Dia mewarisi sifat Hua Cheng dan mewarisi gaya penampilan Xie Lian. Anak itu senang memakai aksesoris emas, membuatnya tampak berkilau dan manis. Namun Xie Lian seringkali menjahilinya dengan membuatnya mengenakan pakaian serba merah seperti ayahnya.
Malam itu adalah ulang tahun keempat Xie Li. Istana penuh semarak kebahagiaan, perjamuan besar diadakan dan mengundang beberapa tamu dari negara lain. Xie Lian meminta Kaisar untuk mengadakan acara sederhana, tapi sayangnya Kaisar terlalu mencintai cucu pertamanya jadi acara ulang tahun itu malah menjadi acara terbesar dan termewah dalam satu tahun.
Selama perjamuan, Xie Li duduk di pangkuan ibunya. Dia tidak berhenti memakan permen gula, membuat Xie Lian sedikit khawatir. "A-Li, jangan terlalu banyak makan permen, gigimu akan sakit."
Xie Li menggeleng, dia menjulurkan tangan yang memegang permen pada Xie Lian, tersenyum manis. "A-Niang tidak mau?"
Melihat wajah manis puteranya, Xie Lian tidak bisa menahan diri untuk mencubit pipi putih dan menciumnya. Dia menggeleng, "A-Niang tidak suka permen."
Kepala Xie Li miring ketika bertanya, "Tapi permen ini enak, kakek memberikannya."
"Ini untuk A-Li saja, tapi ingat untuk membersihkan gigimu sebelum tidur. Jika tidak, gigimu akan penuh dengan ulat."
Xie Li membeku, wajah manisnya tampak takut. Dia memeluk Xie Lian dan menggeleng. "A-Li tidak mau gigi A-Li penuh ulat."
"Maka dari itu menurut dengan A-Niang." Xie Lian tersenyum puas dan Xie Li mengangguk.
Beberapa lama bermanja dengan ibunya, Xie Li mendongak. Mata hitam cerahnya menyusuri seluruh aula perjamuan. Menyadari jika sosok ayah tidak terlihat sejak lama. "Mana A-Die?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanfictionPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...