Hari-hari berlalu seperti angin. Tidak terasa sudah 2 minggu lebih Xie Lian menetap di rumah San Lang. Xie Lian bisa merasakan rona wajahnya semakin baik akibat efek tidur nyenyaknya di ranjang empuk, selain itu berat badannya yang sempat turun juga kini kembali sedikit-demi-sedikit.
Setiap hari keduanya melakukan rutinitas seperti biasa. Xie Lian akan bekerja di perpustakaan dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga begitu pulang. Sedangkan San Lang akan menghadiri kelas kuliah dan membantu Xie Lian begitu kembali ke rumah.
Hubungan Xie Lian dan San Lang ibarat baskom air bocor yang belum ditambal. Walau Xie Lian sudah menceritakan tentang dirinya pada San Lang, di pihak Xie Lian, ia sama sekali tidak tahu apapun tentang pemuda itu. Dia hanya mengetahui fakta bahwa San Lang adalah seorang mahasiswa semester dua di fakultas bisnis dan merupakan seorang tuan muda. Selain itu Xie Lian tidak tahu apapun lagi.
Contohnya seperti; Siapa sebenarnya orangtuanya? Apa dia mempunyai saudara? Hingga satu hal yang membuat Xie Lian benar-benar penasaran adalah bisnis apa yang San Lang lakukan?
Satu bulan ini, San Lang sudah membelikan banyak hal untuk Xie Lian. Mulai dari ponsel pintar, makanan hingga beberapa item pakaian mahal. Pemuda itu bahkan membelikan TV layar tipis dan perangkat komputer canggih di kamar Xie Lian. Namun nyatanta hingga sekarang, Xie Lian sama sekali tidak melihat tanda-tanda pemuda itu kekurangan uang. Padahal di matanya, San Lang hanya akan menghabiskan waktu membantunya dan bermain setelah kelasnya usai. Ia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang bekerja.
Walau tersirat, San Lang mengaku bahwa orangtuanya sudah meninggal. Jadi Xie Lian menebak bahwa San Lang mungkin menerima beberapa harta warisan dari orangtuanya untuk hidup. Namun tetap saja, air bisa habis bila wadahnya jebol. Begitu pula dengan harta. Ia heran bagaimana bisa San Lang membelanjakan hartanya tanpa takut akan habis suatu saat.
Hari ini wajah tampan San Lang tidak terlihat di rumah. Pemuda itu bilang akan ada kelas tambahan di kampusnya untuk mempersiapkan ujian akhir semester. Xie Lian yang libur hari ini menghabiskan waktu membersihkan rumah dan menyiram bunga.
Semua tempat sudah ia bersihkan, termasuk halaman belakang dan kolam renang. Xie Lian kembali ke dalam rumah mewah itu dengan menenteng ember dan kain pel. Namun langkahnya terhenti di depan pintu kayu berwarna merah dengan ukiran naga bertinta emas. Ini kamar San Lang. Xie Lian menatap kain pel di tangannya dan pintu itu bergantian, menimbang-nimbang apa ia perlu membersihkan kamar pemuda itu juga sekarang. Xie Lian tidak pernah memasuki kamar tersebut karena San Lang tidak pernah mempersilahkannya secara khusus. Namun disisi lain, San Lang juga tidak pernah memberinya larangan untuk masuk sebelumnya.
Setelah pertimbangan matang, Xie Lian meraih gagang pintu dan memutarnya hingga berbunyi klik. Begitu pintu terbuka rahang Xie Lian merosot jatuh. Xie Lian tidak percaya akan penglihatannya sendiri, jadi ia menutup pintu kamar itu dan membukanya sekali lagi. Namun pemandangan di depannya tidak berubah, kini giliran kain pel dan ember di tangannya jatuh ke lantai.
Perbedaan ini terlalu gila!
Rumah San Lang jelas memiliki arsitektur mewah bergaya eropa abad ke 18. Tapi yang ia lihat kali ini sungguh di luar ekspektasi. Xie Lian merasa dirinya baru saja membuka pintu ajaib milik Doraemon dan berakhir di tempat berbeda. Kesenjangan ini terlalu gila. Ia sungguh tidak yakin berada di rumah sekarang.
Yang ia lihat di depannya bukanlah kamar bergaya arsiteksur modern ala eropa yang mewah dan elegan melainkan sebuah kamar oriental China!
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] A Guy With Cold Face (Heavenly Official Blessing FF Modern AU)
FanficPemuda itu sangat tampan dengan rahang tegas dan kulit seputih salju namun tidak pucat. Rambutnya hitam berkilauan dengan poni menjuntai menutupi mata kanannya. Auranya misterius namun disisi lain juga nampak lembut. Benar-benar semurni giok. Xie L...