17.JAKET

6.9K 376 4
                                    


Happy Reading!

Jika hasrat manusia bisa dilampiaskan dengan cara buruk, maka mereka butuh bimbingan untuk kembali dengan cara benar, dan itu tidaklah mudah sesuai apa yang kamu ekspetasikan.
—————————————————

Saat ini Nayya tengah berbaring masih dengan memakai jaket Arkan. Tadi setelah ia ingin melepaskan Arkan sudah jalan duluan dan yah akhirnya ia bisa memeluk aroma maskulin ini lebih lama.

Ia bergeleng pelan. Kepalanya terlalu memikirkan Arkan. Ia terkekeh setelah nya. Ia menegakkan tubuhnya. Perut nya berdemo untuk diberi asupan nutrisi. Pelan,ia meletakan jaket arkan di gantungan pintunya. Ia segera beranjak kebawah.

Sepi.

Itu satu kata yang mewakilkan betapa kesunyian nya dirinya. Ia menghela napas pelan. Ia seharusnya bersyukur. Kenapa dia selalu mengeluh. Ia disini banyak materi. Selalu. Bahkan kemarin bunda dan ayah nya mentransfer uang dan bi inah menggunakan nya untuk kebutuhan setelah meminta izin.

Entah dimana bi Inah sekarang. Ia memanyunkan bibir nya. Tak bisa dipungkiri ia lapar. Sepertinya ia harus memasak. Tidak mungkin kan makan instan terus. Sebaiknya ia harus mandi terlebih dahulu. Segera ia berbalik ke atas.

Nayya berdecak pelan melihat rambutnya susah dikeringkan. Ia mengambil alat yang mudah untuk mengeringkan rambutnya. Hairdryer. Bunyi suara dari benda pipih itu memecah keheningan yang dibuat nya. Ia segera mengambil ponsel nya yang ada diatas nakas.

DitaAdijaya.

Woy! Makan kuy lah? Gue bosen.

Bagus lah ia akan berterima kasih dengan sahabat nya itu karna selalu menjadi teman solusi nya sengaja maupun tidak sengaja, seperti sekarang tentunya. Ia terkekeh pelan dan segera memberikan balasan.

Ayo ayo, tenang jomblo adek temani nih.

Di seberang Tata bergidik ngeri.

Nggak bang ampuni saya saya memang terlalu cantik.

Tata tertawa melihat balasan konyol teman nya.

Lo pikir gue cowo!?

Di sebrang Nayya mendengus kesal karna mempunyai sahabat yang sangat abstrak ini.

Oke oke kuylah, caffe biasa ya.

Siip.

Nayya buru-buru beranjak. Ia menyisir rambut nya yang sudah berantakan dan mencepol rambut nya dengan rapi menyisakan anak rambut nya. Ia mengambil jaket arkan dan segera memakai nya. Ia banyak memiliki jaket tapi yang ingin dia gunakan ya hanya ini. Karna sudah jelas alasannya, karna ingin merasakan Arkan berada di sampingnya. Ia bergeleng pelan dan segera pergi ke caffe cempaka.

"Nah disini aja ya pak, makasih." Kata Nayya sembari tersenyum. Sopir itu menangguk sambil tersenyum hangat. "Baik non, terimakasih juga membayar nya sudah lebih." Lanjut pria paruh baya itu.

Nayya mengangguk mendengar nya dan segera keluar dari taksi online yang mengantarnya.

Suara bel yang berbunyi membuat semua orang terhubung ke arah nya. Seperti Ibarat nya selalu ingin tau apa yang ada disekitar nya. Nayya mengedarkan pandangan nya dan menemukan sohib nya itu sedang melambaikan tangan. Ia segera melangkah dengan santai.

ARKANAYYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang