Aku kira hidup tanpamu itu mudah tapi ternyata? Gundah.
—————————————————————Detik demi detik terus berlalu, waktu telah berlalu menghapus kebersamaan kita namun bukan termasuk jejaknya, karna hatiku tetap sama dalam benakmu.
Empat tahun kemudian setelah kita benar-benar berada di jalur yang berbeda.....
Amsterdam, belanda.
Seorang gadis dengan rambut panjang sepunggung tengah duduk sendiri didalam ruangan serba putih yang diketahui adalah rumah sakit yang terkenal dengan jas putih yang melekat ditubuhnya.
Nayya Sheila Navellyn.
Setelah tiga tahun menempuh pendidikan akhirnya dia berhasil menjadi seorang dokter seperti kata ibunya walaupun masih harus lanjut berkuliah. Benar, menolong orang ada rasa kebahagiaan tersendiri.
Pena di jarinya lihai bergerak kemana akan menggoreskan tulisan. Wajah manis itu tidak berubah malah semakin cantik sempurna. Mata bulatnya masih tetap sama. Bulu mata lentik nya masih ikut tergerak ketika matanya memandang kemana jarinya menulis. Hidungnya juga tetap mancung. Bibir mungil itu juga tetap sama. Tidak ada perubahan melainkan semakin sempurna.
Pesona seorang Nayya memang kuat walaupun dia tinggal dinegara asing. Pintu diketuk membuat dirinya menjawab dan mempersilahkan masuk.
"Permisi dok, saya ingin menemui dokter nayya yang cantik!" Suara berat itu membuat nayya menarik sudut bibirnya.
Kepalanya perlahan mendongak. Alis nya terangkat dengan wajah curiga. Dia mengibaskan tangan nya. "Tidak ada sepertinya, anda bisa keluar tuan."
Laki-laki itu tertawa. Dia mendekat pada gadis yang masih duduk dengan anggun itu. Tangan nya merangkul santai bahu nayya. "Ayolah kita bisa makan sebentar, hem?"
Nayya menghela nafasnya. "Aku masih ada tugas Zio," Tolak nya cuek.
Lelaki bernama zio itu mencibir pelan. "Ayolah pekerjaan saja kamu urus terus lalu bagaimana Denganku?" Godanya.
Nayya melanjutkan tugas nya untuk menulis beberapa hal yang masih dia harus kerjakan tanpa menoleh kepada sang punya suara. "Berhenti ganggu aku, memang nya kamu sudah selesai bekerja?"
Cowok dengan rambut hitam legam dan wajah yang tampan itu mengangguk mantap. Dia. Teman atau mungkin sahabat paling dekat dengan nayya selain seorang dita. "Ayolah honey..."
Nayya bergumam pelan. "Aku harus izin dulu,"
Zio lantas terkekeh. "Tenang saja aku sudah izinkan, hei apa kau lupa ini rumah sakit mu? Ah sudahlah ayo kita pergi sekarang." Ajak nya lagi dengan tidak sabaran.
Nayya memilih menggeleng pelan lalu mengikuti saja cowok dihadapannya ini.
"Oh ya aku ingin kabarin dita untuk bareng saja, boleh kan?" Pinta nayya di lorong rumah sakit yang penuh dengan orang yang berlalu lalang.
Zio mencibir. "Selalu saja harus bertiga,"
Nayya menyikut perut laki-laki disampingnya ini dengan wajah kesal. "Ya tentu saja bodoh! Dia juga temanku!"
Zio meringis. "Ya ya ya kekuatan mu itu tidak memudar seiring waktu," Nayya tertawa kecil lalu memilih merapihkan poni nya yang tidak pernah dia rubah sedari dulu.
Zio merangkul pinggang gadis disampingnya itu dengan santai ketika banyak yang menatap mereka penasaran. Siapa yang tidak kenal seorang Zio Grefrosher. Seorang bisnis muda yang selalu disegani banyak orang dinegara Kincir angin ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/205703444-288-k663877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYYA [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Arkan aku cinta kamu," Jeda sebentar, "Kamu juga kan?" "Enggak. Lo tau sendiri kita pacaran karna taruhan. Lupa hm?" "Arkan tapi aku sayang beneran sama kamu." "Tapi gue enggak! Pergi! Atau lo b...