Jatuh cinta itu mudah yang susah adalah melupakan nya dan beranggapan bahwa kau sudah bisa mengikhlaskan nya.
———————————————————Saat ini Nayya tengah ada di balkon kamarnya, menikmati semilir angin yang menerbangkan rambutnya juga hatinya.
Dia mengambil teh hangat yang dibuatnya. Lalu menyesap sedikit demi sedikit. Tersadar akan sesuatu lantas ia menepuk keningnya sendiri. "Belum ke mama, sampe lupa," Dia mendongak ,matanya menatap bintang yang tak berhenti bersinar.
Saat ini ia sendiri karna temannya itu sudah dijemput, ralat diapelin.
"Maaf ya mah, besok deh Nayya kesana." Gumamnya. Senyumnya terukir sendu. Matanya menerawang lebar jauh, Masa-masa ia masih kecil, ketika ibunya itu menemaninya tidur dengan membaca dongeng sebelumnya.
"Abang kemana ya?" Tanyanya gemetar. Jika ada sosok yang membuatnya menangis pasti abang satunya itu akan langsung tidak segan-segan memukuli nya. Sudah lebih dari lima tahun abangnya menghilang, dia sedang kuliah di Amerika. Tapi empat tahun terakhir ini tidak ada kabar darinya. Sebenarnya hatinya benar-benar berkata rindu. Sangat. Ia bahkan tidak bisa berbuat apa-apa sampai sekarang.
"Abang kembali ya, Nayya kangen," Dia merengek pada sendiri. Kepalanya ia tenggelamkan di kedua lututnya.
Tata tersenyum sendu dari belakang. Ia tau kalau sahabatnya itu punya abang. Dia mengusap pelan lengan sahabatnya itu membuatnya berjengit kaget.
"Kapan lo pulang?" Tanya Nayya dengan suara serak. Tata mengangkat bahu. "Entah."
Nayya memukul lengan temannya itu. "Dasar!" Tata tertawa kecil. Ia ikut duduk disamping sahabatnya. "Ada kalanya berjarak Nay, gak semua harus terlihat deket, bintang pun jauh tapi masih bisa terlihat indah kan?"
Nayya mengangguk setuju. "Em kalo punya anak gue bakal namain dia bintang ah,"
Tata memutar bola matanya. "Gila, lulus aja belom lo!"
Nayya menggidikan bahunya. Dia menoleh. "Kalau gue gak bisa jadi ibu nantinya yang ngasih nama anaknya bintang, lo mau gantiin?"
Tata menoleh. Dia memiringkan kepalanya. "Maksud lo apa sih!?"
Nayya menggeleng. "Mau atau enggak?"
Tata menghela nafasnya. Dia mengangguk. "Iyya, lo tenang aja kalo cowok namanya bintang kalo cewek namanya bulan, yes?"
Nayya tersenyum senang. "Yap, makasih."
Tata hanya mengangkat alis nya. "Lo juga harus nemenin gue sampe tua nay, gue bakal sekeras mungkin jaga persahabatan kita, karna sahabat itu satu satunya yang gak akan ninggalin ketika seribu orang meninggalkan, jadi lo tenang aja gue tau bener sifat lo, gue gak akan mudah percaya apa yang belom tentu bener."
Nayya tersenyum lebar ia merentangkan tangan nya. Dia terkekeh kecil ketika tata memeluknya dengan dramatis. "Udah deh mending tidur yuk?"
Banyak kehidupan menanti di depan sana, kita tidak tau seberapa jauh takdir memainkankan alamnya, hanya Tuhan yang tau.
****
"Gue mau ngasih tebal-tebakan!" Seru brian dengan menaik turunkan alisnya.
"Cinta cinta apa yang gak bisa didapatkan?" Lanjutnya lagi ketika semua memilih diam mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYYA [COMPLETED]
Fiksi Remaja[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Arkan aku cinta kamu," Jeda sebentar, "Kamu juga kan?" "Enggak. Lo tau sendiri kita pacaran karna taruhan. Lupa hm?" "Arkan tapi aku sayang beneran sama kamu." "Tapi gue enggak! Pergi! Atau lo b...