Berharap sesuai ekspetasi,nyatanya semua hanya ilusi, tapi melihat mu tersenyum adalah hal yg benar-benar sulit dipercaya, meskipun bukan aku penyebab utamanya.
———————————"Bagian awal dari tahap perkenalan itu kasih perhatian, aku cuma ngasih air ini ke Arkan Ta, bukan mau terjun ke jurang, kok dilarang sih?" kata Nayya mencerocos.
"Karna pasti botol minum lo itu mendarat di tong sampah," ketus Tata. Kini keduanya sudah berada di pinggir lapangan basket SMA Prisma.
"Ya kalo gak usaha mana bisa tau hasil kan? Kan aku bisa usaha dulu," keukeh Nayya ingin beranjak dari tempatnya berdiri.
"Gue bilang ga ya nggak!"
"Ta.... Tolong dong jangan halangin akuu, bentar deh bentar aja abis ngasih botol minum ini aku kesini lagi gimana?" tawar Nayya tersenyum lebar hingga memamerkan sederet giginya.
"Kalo lo tetep nekat gue pergi!" ancam Tata pura-pura agar Nayya mau menurutinya. Sebal sekali, tadi bilang hanya ingin menonton di pinggir sekarang malah bertindak lebih. Bukannya apa-apa menyukai orang yang hatinya sekeras Arkan tidak akan menimbulkan guna.
"Yaudah gapapa," balas Nayya membuat Tata melotot kesal.
"Bye heheh, pergi dulu ya," Nayya kemudian berjalan kearah Arkan yang tengah mengusap keringat yang menetes di dahinya dengan handuk kecil membuat Nayya benar benar terpana meskipun hanya dalam jarak seperti ini.
Dalam isi kepalanya sudah berputar banyak hal positif. Misalnya Arkan menerimanya walau dengan wajah datar, atau terpaksa menerimanya dengan tanpa berterimakasih saja sudah cukup.
"Ar–"
"Arkan!!" suara gadis yang kini sudah tepat dihadapan Arkan membuat cowok itu menoleh kecil.
"Gila lo! Lama banget! Capek tau gue nungguin nya," keluh gadis dengan rambut terurai sepundak itu. Wajah oriental nya manis membuat cewek itu punya pesona nya sendiri dimata kaum adam.
"Hmm, lo pikir gue yang nentuin tuh pertandingan?" ledek Arkan mengacak rambut sahabatnya itu. Adelia. Siapa yang tak tau satu satunya gadis yang sangat dekat dengan Arkan? Banyak rumor mengatakan kalau Arkan mencintai gadis itu tapi ditepis mati-matian oleh Adel. Karna hanya Adel yang tau bagaimana masa lalu Arkan dan sahabat sahabatnya. Mereka sudah lama berteman sejak kecil, jadi wajar saja hanya kepada Adel Arkan bersikap lunak.
"Nih minum gue tau tampang lo tuh haus banget gitu," Adel tertawa kecil dengan bibir pucatnya.
Sementara Nayya sudah diam membisu sejak tadi di belakang mereka dengan jarak tidak jauh. Ntah karna obrolan mereka terlalu asik atau karna Arkan benar benar menganggapnya tidak ada.
"Bibir lo pucet banget, pake liptint napa sono," cibir Arkan kemudian meneguk air minum itu sampai tersisa setengah.
"Heh!! Gue gak gitu ya, emangnya gue cabe cabean," canda Adel.
"Woi lu cewek kemaren kan?" mendengar sapaan Nando membuat Nayya tersentak. Dia meringis kecil lalu mengangguk, "Iya.."
Nando melirik botol minum di tangan Nayya lalu mengerti, "Buat Arkan?"
"E-eh iya nih Nan, tapi kayaknya gajadi deh,"
"Lah napa?" sambar Arjun dari belakang sama sama masih memakai seragam basket.
"Em Arkan kan udah minum," ujar Nayya tersenyum lebar masih berusaha tidak terlihat kecewa. Hei, memangnya dia berhak?
"Bah? Gapapa kali Nay, santui Arkan minum nya banyak ampe gentong juga dia minum," kelakar Arjun membuat Nayya mengernyit.
"Bener Arkan sebanyak itu minum nya? Apa besok aku bawain dia galon aja?"
"Guoblok!! Arjun bego!!" Nando tak dapat menahan tawanya membuat Adel dan Arkan kini ikut menoleh kepada mereka bertiga.
Arjun malah ikut tertawa geli, "Gue yang kelewatan bercanda nya apa lo yang terlalu polos sih Nay? Astaga," katanya geleng-geleng. "Udah sono kasih aja ngga ngapa,"
Nayya menatap Arkan yang acuh sama sekali tak melihatnya dengan ragu. Pelan-pelan dia mendekati cowok itu. Lalu mengulurkan botol minum itu dengan senyuman manis membuat Adelia mengernyit.
"Eh–siapa lo Ar?" tanya Adel membuat Nayya menoleh padanya.
"Eh Adel, kenalin Nayya calon pacar Arkan heheh," kata Nayya kelewat santai membuat Arkan menatapnya dingin.
Mata Adel langsung membola, "Hah?!! Demi apa??!"
"Gausah ngaco!" tegas Arkan kemudian mengenggam jemari Adel. "Buang aja, gak butuh, dasar cewek gila."
Jantung Nayya mencelos mendengarnya apalagi tubuhnya seperti patung saat Arkan menarik Adel kemudian menjauh dari pandangannya.
"EH ARKAN BEGO BANGETT LOO!! ITU KASIAN ANAK ORANG!" teriak Adel dari kejauhan namun Arkan tetap tak terpengaruh.
Nayya menunduk sebentar, menghela napasnya lalu kembali menggeleng pelan.
'Ternyata memang benar, untuk mengenalmu saja sudah sulit. Apalagi menjadi milikmu.'
----------
Senja sudah mulai datang di ujung sana. Menciptakan orientasi warna jingga yang kini indah dipandang walau hanya sebelah mata. Semburat nya membuat siapapun terpesona. Memang padatnya lalu lintas ibu kota tak ada yang menandinginya.
Nayya menatap keadaan lalu lintas jalanan yang macet parah dari balik kaca mobil nya. Terlebih sekarang sedang lampu merah. Pikirannya kosong ntah kemana seolah olah jiwanya terbawa oleh semilir angin yang terkadang lewat membawa anak rambutnya berterbangan.
Nayya menurunkan kaca mobilnya saat melihat sekumpulan anak kecil tengah membawa berbagai alat musik sederhana. Nayya tau itu cara mereka menyambung kehidupannya. Meski dengan cara tak layak namun setidaknya mereka bisa bertahan hidup. Jelas dengan cara terpaksa tak ada yang bisa mengalahkan senyumam lebar mereka saat tertawa riang mendapatkan uang kertas berwarna ungu itu.
Nayya mengerjap saat salah satu anak kecil berumur empat tahun menghampiri nya sembari melambai-lambai dari bawah.
Seolah baru ingat Nayya kemudian memberikan selembar uang kertas berwarna biru padanya membuat bola mata redup anak itu terlihat berbinar.
"Buat makan ya, biar kamu bisa kenyang," kata Nayya.
"T-tapi ini banyak kak," mata itu mengerjap beberapa kali dengan polos membuat Nayya gemas.
"Gapapa sayang, ayo diambil buat makan kamu sama temen temen kamu yaaa."
"Makasih banyak kak." senyum anak itu tersungging penuh bahagia hingga matanya menyipit membuat Nayya mengangguk dan tersenyum kecil.
--------
Salam hangat,
nay.Jumat,
29-11-19.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYYA [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Arkan aku cinta kamu," Jeda sebentar, "Kamu juga kan?" "Enggak. Lo tau sendiri kita pacaran karna taruhan. Lupa hm?" "Arkan tapi aku sayang beneran sama kamu." "Tapi gue enggak! Pergi! Atau lo b...