Apa badai akan cepat berlalu mengiringi langkah hati yang berusaha tidak tersakiti?
--------------Kata orang walau sekuat apapun kita menahan sakit pasti ada rasa titik lelah. Lelah menderita, lelah tersenyum, lelah tertawa atas semua duka. Dan lelah terhadap kenyatan yang tak kunjung bahagia.
Dibalik sengatan kebahagiaan pasti ada luka yang di katakan, namun tidak diperlihatkan.
Batin dan logikanya masih terus berperang. Antara siapa yang salah dan benar. Tidak ada yang akan mengalah. Walau sudah tau itu hanyalah rasa bersalah.
Tata mendekat pada nayya dan langsung mendekap sahabat nya itu setelah kembali pada menjelang malam. Dia mengusapi punggung rapuh sahabatnya. "Udah nay, udah jangan nangis lagi oke?"
Diam. Nayya masih tidak menjawab. Bibir nya terkatup rapat namun tidak dengan hatinya yang masih bergejolak. Dia mengangguk singkat saat Tata menyuruhnya untuk beristirahat dan makan di dalam tenda.
"Maaf gue gak bantuin kalian bikin tenda," Ucap nayya serak. Keempat orang yang memang satu kelompok dengan nya menggeleng tegas. Untunglah dia sekelompok dengan Tata yang katanya satu tenda enam orang.
"Kita semua ngerti nay, udah lo gausah khawatir, gue juga gak habis pikir gimana caranya tuh mendusa pake bikin lo kejebak gitu!" Gerutu cewek dengan rambut sepinggang nya. Namanya Rindu, dia cewek manis dengan omongan pedas nya yang dijuluki seantero kelas. Nayya tersenyum tipis mendengarnya.
Disamping gadis yang lainya ikut mengangguk. "Iyya nay, lo kan selalu kuat." Sahut nya sambil tersenyum hangat. Namanya Rara, cewek paling pintar dikelas namun tidak sombong, dia tentu incaran para kaum adam apalagi ditambah wajah putih mulus nya.
"Bener, lo tenang aja kita gak bakal kepengaruh sama gosip mereka yang cuma berani nyinyir!" Sahut yang disamping nya dengan wajah khas nya. Namanya Winda, dia salah satu cewek famous yang tidak pernah terpengaruh terhadap gosip, tentu karena dia saja pernah terkena seperti itu.
Disamping nya lagi gadis dengan rambut pendek seleher nya tersenyum kaku. "Iyya tenang aja nay," Sahutnya setelah dari tadi diam. Dia hana, cewek super pendiam bukan karna irit bicara namun pemalu.
Nayya tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Makasih! Makasih kalian udah mau percaya," Gumamnya.
Tata menepuk pundak sahabat nya itu. "Lo gak sendiri nay, udah yuk ah mandi dulu abis ini kita makan malem."
Tata langsung mengobati luka nayya dengan beberapa obat merah dan plester.
*****
Malam ini untunglah awan cerah. Jadi mereka bisa melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada malam hari. Setelah mandi dan makan mereka kembali berkumpul di tengah membentuk barisan. Suara jangkrik mendominasi. Hawa dingin menyelimuti. Aroma pinus sudah tercium padahal mereka diarea perkemahan hutan bukan di atas bukit.
Nayya duduk di atas rumput seperti yang lainnya. Dia tersenyum melihat tingkah teman-teman nya yang terus berdebat tentang hal mistis. Dia langsung mengeratkan jaket jeans birunya ketika angin dingin menyapa jelas permukaan kulitnya.
"Udah nanti kalian takut pas jurit malem," Ledek nayya walau dia saja sudah pias mendengarnya.
Tata menoleh dia menahan tawanya. "Itu mah lo! Astaga nay, aduh mau ngak--"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYYA [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Arkan aku cinta kamu," Jeda sebentar, "Kamu juga kan?" "Enggak. Lo tau sendiri kita pacaran karna taruhan. Lupa hm?" "Arkan tapi aku sayang beneran sama kamu." "Tapi gue enggak! Pergi! Atau lo b...