Aku harap ini yang terbaik meski menyakiti hati yang sedang munafik.
—————————————————Happy 10K pembaca:) sampe sini aku seneng walau kalian gak vote tapi tetep mau nunggu cerita ini sampe ending, ya walaupun kalo kalian mau vote aku lebih seneng hehe.
Terimakasih buat yang udah vote dan support aku sampai cerita ini udah mau ending:)
Oke skip aja.
Sudah tekan tanda bintang di pojok kiri? Kalo done silahkan baca:)
Semoga ada feelnya hehe.
******
Nayya menghembuskan nafasnya beberapa kali, dia menjadi gugup untuk pertama kalinya ketika hanya bertemu. Dia mengusap dadanya pelan. "Rileks nay, kamu bukan mau dihukum mati kok." Nayya melirih dramatis lalu terkekeh geli sendiri membuatnya langsung bergeleng pelan.
"Kemarin gue habis main bowling! Sorry ya jadi kelupaan."
Suara disalah satu meja caffe membuat nayya yang ingin meminum minuman nya terhenti. Entah karna apa dari sekian banyak suara, suara orang itu yang terdengar jelas ditelinganya.
Nayya menaruh kembali gelas itu dimeja. Matanya memandang kaca caffe dengan nanar. Apa apaan ini!? Memori itu keputar lagi?
Bak kaset yang rusak, memori itu terputar ulang di kepalanya bahkan hebatnya dia merasa kalau yang dia pandang kedepan sekarang bisa memancarkan nya.
Nayya tidak pernah melupakan kenangan itu sekecil pun. Walaupun ingatan nya hampir bisa dibilang penuh, tapi kenangan itu seolah masih tersimpan rapi, tidak bisa dihapus. Bibir nayya gemetar ketika hanya ingin mengatakan sepatah katapun. Matanya terpejam cukup lama.
"Arghh!!" Nayya memekik frustasi. Tidak ada yang memperhatikan karna semua orang sedang sibuk urusan masing-masing.
Nayya menggelengkan kepalanya mengusir bayangan itu, bayangan yang seolah menghantuinya. "A-aku... S-sakit..." Lirihnya masih memegangi kepalanya. "J-jangan...."
Suara seseorang disampingnya membuat nayya menoleh pelan, wajah laki-laki yang tidak terlihat jelas dimatanya yang sudah mengabur. Perlahan kesadarannya hilang.
Gerald memekik kecil. "Nayya!! Nayya!! Kamu kenapa!!?? Nayya!" Gerald dengan sigap menangkap tubuh lemah gadis disampingnya ini. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa sikap nayya seperti ini. Apa penyakit nya kambuh lagi?
Beberapa orang terlihat memekik khawatir. Gerald segera menggendong tubuh nayya dan berjalan cepat keluar caffe.
Gerald melirik nayya dengan khawatir. "Nayya! Bertahanlah.. Aku mohon." Dia segera melajukan mobilnya setelah memastikan bahwa nayya aman di belakang.
"Astaga kenapa kau bisa seperti ini?" Tanya Gerald pada diri sendiri. Dia segera mengatur kecepatan mobilnya lebih tinggi agar cepat sampai di rumah abang nayya. Ya, dia rasa hanya istirahat sejenak yang diperlukan nayya saat ini.
"Bang!!" Teriak Gerald masih tidak bisa mengurangi kecemasannya. Beberapa asisten rumah tangga menghampiri dengan wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYYA [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Arkan aku cinta kamu," Jeda sebentar, "Kamu juga kan?" "Enggak. Lo tau sendiri kita pacaran karna taruhan. Lupa hm?" "Arkan tapi aku sayang beneran sama kamu." "Tapi gue enggak! Pergi! Atau lo b...