29.TITIK HARAPAN

7.2K 426 6
                                    

Pernah terbesit tuk berharap, bahwa khayalan itu jadi kenyataan.
—————————————————

Hari ini sinar mentari hadir setelah kemarin hujan mengguyur dengan lebat. Menyisakan beberapa genangan dan embun.

Senyum Nayya kian melebar saat melihat pancaran kilauan warna-warni dari arah selatan. Itu pelangi. Seperti yang selalu ia terapkan dulu jika ada pelangi itu artinya akan ada kebahagiaan setelah hujan. Hanya saja tak ada yang membuat nya pasti untuk tetap dan kembali.

Senyum Nayya meluntur. Gadis dengan jaket merah maroon itu tengah menatap keatas. Memperlihatkan biru nya langit. Tapi tak lama senyum nya kembali hadir. Not bad. Iam let's go to school!

Nayya segera masuk kedalam mobil untuk menuju ke sekolah nya pagi ini.

Koridor terlihat ramai dan heboh apalagi ketika Nayya menampakkan diri. Dahi nya mengernyit bingung.

'Wah couple goals banget gak si pangeran sama putri nya!'

'Ih pengen Banget jadi kak nayya!'

'Iri banget tau sama kak nayya!'

'Kak nayya itu cantik cocok sama kak arkan yang ganteng!'

'Ih pengen banget tau!'

Tak lama senyum nayya mengembang setelah tau apa yang mereka bicarakan. Tentu saja masalah vote kemarin. Ia merapikan poni nya sebentar lalu berjalan kembali menuju anak tangga.

Tapi tunggu, seandainya mereka tau dia tak seberuntung itu apakah mereka malah mencaci maki nya lagi seperti kemarin? Ia tersenyum getir. Bahu nya melemas. Ia memainkan ujung tali tas nya untuk menguatkan tenaga. Tenang, cuma kayak gini! Biasanya lebih, lemah banget sih! Batin nya.

"Nay!" Panggil seseorang dari belakang ketika nayya ingin masuk kedalam kelas. Ia berbalik. Itu Vano. Teman sekelasnya yang terkenal paling tampan di kelas nya.

Nayya mengerutkan kening nya, tapi tentu saja lebih tampan arkan. Untuk apa cowok ini memanggilnya? Dipanggil saja belum tentu dihiraukan. Selain tampan cowok ini juga dingin. Entahlah kenapa semua cowok disini hobi sekali irit bicara.

Vano menatap datar nayya. "Gausah geer, lo dipanggil bu mega, buat latihan." Selain dingin cowok ini juga mulut pedas. Omongan nya itu menusuk membuat mereka kesal ketika mengajak bicara Vano.

Nayya mendengus pelan. "Ya ya ya thanks." Nayya segera masuk dan meletakan tas nya di kursi. Dahi nayya mengerut. Kenapa teman nya itu belum datang? Ah, paling teman nya itu kesiangan haha!

Nayya segera berlari kecil untuk keluar dan turun kebawah kembali menemui gurunya. Ia mengetuk pelan ruangan OSIS. Bu Mega menyambut nayya dengan senyuman hangat. "Ayo masuk ada yang ingin dibicarakan," Ujarnya lalu masuk. Nayya mengikuti di belakang.

Nayya mengangguk sopan pada anggota OSIS di ruangan ini. Tak urung ia tersenyum ketika mata nya menangkap sosok Samudera.

"Jadi, seperti yang kamu ketahui kamu terpilih menjadi perwakilan kelas sebelas, dan untuk itu ibu ingin bertanya dongeng apa yang kalian akan perankan? Mengingat waktu sudah tidak banyak dan kita semua harus lebih cepat bertindak, dan juga pasti dibutuhkan pemeran pendukung. Maka dari itu kita harus segera menyiapkan dan latihan, ingat waktu kita tidak banyak." Jelas bu mega.

ARKANAYYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang