Jika memang bisa mudah pergi, namun mengapa memilih bertahan dalam kesakitan yang tidak pantas dipertahankan?
—————————————————————Nayya tidak mampu mempertahakan perasaan nya pada satu sisi. Dia memang harus melepaskan segalanya. Dengan berusaha menguatkan hati, dia akan tidak menganggu hubungan arkan dan viona. Walau dia sendiri ragu, takut arkan terkena ancaman. Namun hati nya bukan baja, yang sekuat itu jika dicaci dan diusir terang-terangan oleh arkan belum juga viona yang ikut memengaruhi.
Nayya menghela nafas nya berat ketika sudah sampai didepan rumah. "Bang, bantuin kek yaampun adek nya lagi keberatan ini!" Dia menggoyangkan pelan tas ransel nya.
Radar mendekat dengan mata mendelik. "Segini aja lemah!" Ledek nya tak urung mengambil alih tas adiknya itu.
Nayya mendelik dia mendengus dan memilih naik keatas sebelum mengecup pipi kanan abangnya itu. Tubuhnya benar-benar lelah karna semalaman hampir tidak tidur. Hanya tiga jam saja mungkin. Dia menatap cermin sebentar melihat kantung mata nya tercetak jelas sebelum akhirnya merebahkan diri dan terlelap tidur.
Radar membuka pintu kamar adiknya. Dia tersenyum dan menaruh tas itu di samping pintu. Dia melepaskan sepatu yang masih melekat di kaki nayya. Tangan nya mengusap lembut rambut kusut nayya. "Tidur yang nyenyak, abang doain kamu selalu bahagia."
****
Hari ini mentari tertutup awan gelap. Tidak ada sinarnya. Sepertinya hujan akan menumpahkan air matanya, begitu pikir nayya. Setelah acara camping berlalu kemarin sekolah memang meliburkan satu hari.
Nayya menghela nafas nya seraya melirik jam dinding di kamar nya. Setelah pulang sore kemarin dia tidak makan lagi karna ketiduran, hebat sekali rupanya tidurnya.
Nayya turun dengan pakaian yang belum sama sekali berubah. Perut nya meminta asupan nutrisi. Dia menoleh ke kanan dan kekiri. Pasti abangnya sudah kerja. Ya tentu saja karna sudah pukul sebelas lewat dua puluh menit. Dia akhirnya duduk dan makan sendiri. Mungkin nanti dia akan membaca novel saja untuk mengusir rasa bosan nya.
****Brak!
"LO SEMUA GAK BISA KERJA HAH!?" Teriak seorang perempuan dengan pakaian hitam nya. Wajahnya merah padam. Dia viona.
"HARUSNYA LO SEMUA PASTIIN TUH CEWEK MATI! BEGO BANGET SIH!" lawan bicaranya hanya terdiam. Mereka semua anak buah viona yang telah diperintahkan untuk membawa gadis bodoh itu agar mati di jurang.
"Sial," Desis viona mengingat bagaimana mereka memanah.
"Maaf nona tap--"
"TAPI DIA YANG TELAH MENYELAMATKAN NYA? IYYA?" Nafas viona memburu, dia tidak pernah gagal dalam hal apapun.
"Kalian harus bertindak saat hari pertunangan saya," Viona lantas menarik senyum smirk. Kelima orang itu langsung mengangguk cepat.
"Saya yang akan menghabisi nya dengan tangan kosong, kalian cukup bawa dia ditempat yang tidak akan diketahui arkan atau samudera."
Viona tersenyum miring melihat kedua sahabatnya yang sejak dulu harus bertengkar karna kesalahpahaman. Ya, dia yang menciptakan itu semua. Itu semua bagian dari rencana nya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYYA [COMPLETED]
Teen Fiction[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVAT FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Arkan aku cinta kamu," Jeda sebentar, "Kamu juga kan?" "Enggak. Lo tau sendiri kita pacaran karna taruhan. Lupa hm?" "Arkan tapi aku sayang beneran sama kamu." "Tapi gue enggak! Pergi! Atau lo b...