35.BERBEDA

11.5K 563 20
                                        

Apa kata maaf itu sudah tidak berlaku semenjak Seseorang melupakan kesalahannya?
———————————————————

Mentari tidak menyinari bumi pagi ini. Awan hitam menutupi kembali mentari. Hujan menciptakan banyak genangan kemarin dan sepertinya hari ini kembali sama. Sama seperti suram nya hati Nayya sekarang. "Non? Sudah ada teman non yang menunggu!" Teriak bi inah dari luar.

Nayya mengerang pelan. Bibirnya bergumam kecil. Matanya terbuka lalu menatap malas jam diatas nakas nya. Mata itu melirik sekitar. Dia lalu menghela nafasnya panjang.

Hari ini ada ulangan biologi, tidak lucu kan kalau ia tidak mengikuti, ia tidak mau tidak mendapat nilai, bagaimanapun ia harus mendapatkan nilai yang terbaik, ia ingin membahagiakan mama nya dari atas sana untuk menjadi dokter yang tulus.

Tekadnya kembali kuat. Tidak ada wajah sedih lagi di wajahnya yang ada hanya wajah datar. Dia menyibak selimutnya. "Iyya bi! Nayya siap-siap dulu!" Ucapnya dengan suara serak.

Dia langsung bergegas mandi dan merapihkan diri. Matanya menatap kembali pantulan cermin di kamarnya. Pipi nya ia lapisi bedak agar mata itu tidak terlihat bengkak. Bibirnya ia polesi lipgosh tipis. Rambutnya ia biarkan terurai. Dia merapikan poni nya sebentar. Senyum tipis tersungging. Kepalanya menggeleng pelan mengingat kejadian kemarin. Dia harus melepaskan semuanya.

Nayya mengambil jaket biru dongker nya dan memakainya sambil turun kebawah. "Aduh non teh geulis pisan, kok tumben ganti penampilan?" Tanya bi inah.

Nayya tersenyum kecil. "Ganti aja bi." Jawabnya seandanya.

Bi inah tersenyum maklum. Dia menyodorkan roti selai coklat kesukaan majikan nya itu. Nayya tersenyum lalu mengambil dan segera berpamitan.

Didepan Samudera tengah menyenderkan punggungnya di samping mobil dengan handphone ditangannya. Samudera mendongak, mulutnya terbuka lebar.

Nayya mengangkat alisnya. "Hem," Dehemnya.

Samudera masih melongo dengan wajah tak percaya, Nayya yang ini benar-benar lebih manis tiga puluh enam derajat! "Cantik," Gumam samudera tanpa sadar.

Nayya mendengus. "Aku tau, jadi ayo kita berangkat." Cewek itu masuk duluan kedalam mobil membuat samudera sadar dan langsung ikut masuk.

"Oke tuan putri kita pergi." Nayya hanya mendengus kecil dan tidak menjawab. Moodnya benar-benar malas untuk berbicara. Tidak ia hiraukan semalam telpon dari tata dan malah mematikan ponsel nya semalam.

Sampai di parkiran sekolah samudera segera menahan Nayya yang ingin keluar. "Biar gue yang buka," Nayya memilih mengangguk saja.

Ketika cewek itu keluar secara langsung mendapat pusat perhatian. Nayya berjalan santai dengan wajah dingin. Tidak dia hiraukan sejumlah siswa yang terang-terangan berdecak kagum didepan nya.

Langkah nya tak terhenti saat ia berpapasan pada arkan viona. Dia tidak melirik cowok itu padahal jelas keduanya menengok kearahnya. Samudera datang dari belakang dan langsung merangkul pundak Nayya dan mengusap pelan kepala cewek itu.

Tanpa sadar arkan mengepalkan tangan nya. Sial. Dia menatap jelas mata hampa cewek itu. Rambut yang terurai itu. Wajah datar cewek itu. Kenapa ia jadi marah? Bukankah harusnya dia senang?

ARKANAYYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang