ALINGGA -22

21.1K 1.2K 32
                                    

HAPPY READING :)

°°°

Adara mendekati Madeva dengan ragu, Adara duduk disebelah Madeva tanpa mengucapkan sepatah katapun sampai akhirnya Madeva menoleh kearahnya. Suasana terasa sangat canggung disini, pandangan Madeva yang dingin membuat Adara langsung tersadar jika Madeva memang benar-benar sudah tidak seperti dulu saat mereka masih bersama. Mantan. Adara akui itu tapi dalam hati Adara masih tersimpan kekhawatiran kepadanya.

"Ee.. Lo gapapa kan? " tanya Adara gugup dan Madeva hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Adara lalu mengarahkan pandangannya kearah lain.

"Ngapain? " ucap Madeva singkat yang membuat Adara kebingungan.

"Hah?"

"Ngapain lo disini? "

"Emang gak boleh ya gue ada di sini?"

"Gue cuma nanya. Jangan cepet baper!" ujar Madeva yang membuat Adara langsung menatap kearahnya. Ternyata Madeva masih sama menyebalkannya.

Adara langsung diam. Ia mendelik kearah Madeva tanpa sepatah katapun. "Tujuan lo kesini? " tanya Madeva tanpa menoleh.

"Sebenernya gue cuma mau liat lo aja, dan ada apa sama lo?" tanya Adara dengan nada bicara yang pelan.

"Harus banget gue bilang ke elo? "

"Enggak juga sih.. Emm.. Yaudah gue ke kelas dulu," ucap Adara gugup.

Madeva menarik tangan Adara yang membuat gadis itu kembali terduduk. Madeva menatapnya tanpa ekspresi seperti biasa, sedangkan Adara malah fokus menatap genggaman tangan Madeva yang tak kunjung lepas. "Stay! " ucapnya lalu melepas genggaman tanganya. "Gue tau lo kesini mau nanya, kenapa gue bisa berantem tadi, iya kan?! " ucap Madeva yang sudah tidak menatap Adara.

Adara diam sekejap karena apa yang diucapkan Madeva memang benar. Adara terlalu peduli dan Adara terlalu khawatir denga orang-orang yang pernah ada dalam hidupnya. "Kenapa gak kapok-kapok sih masuk ruang BK?! " desis Adara akhirnya.

"Gue gak suka ada yang ngerendahin keluarga gue! "

Yap.. Adara tau betul semua itu. Selama berpacaran Madeva selalu membuka diri dengannya walau kadang emosi Madeva bisa tiba-tiba muncul saat bercerita bahkan Madeva sering membentak Adara dulu. Tapi itu dulu, sekarang Madeva kembali jadi orang yang introvert, tertutup dengan siapapun dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

"Tapi kan gak harus berantem.. Kalo lo kenapa-napa gimana? "

Madeva mengarahkan pandangannya pada Adara yang juga menatapnya. "Masih perhatian sama gue? "

"Hah? Siapa?! " ucap Adara salah tingkah.

"Ra..." panggil Madeva yang langsung membuat Adara terdiam. "Kalau kita masih saling peduli kenapa gak perbaiki aja? " ujarnya yang membuat Adara mengerutkan keningnya.

"Perbaiki? "

"Iya.. Ra.. Gue tau di dalam hati lo pasti ada gue walaupun udah memudar, tapi gue yakin kalau gue bisa dapet tempat khusus lagi di hati lo, " ujar Madeva dengan lembut membuat Adara tidak tau harus berkata apa.

"Gue butuh lo buat berubah, Ra.. " lanjutnya.

Adara malah mematung di tempat tanpa menjawab ucapan Madeva. "Ra.. Lo bisa? "

Adara menatap lekat manik mata Madeva lantas kembali memalingkan wajahnya. "Dev.. Semua gak akan sama. Gue, elo gak bisa lagi jadi kita! lo bisa berubah kok dengan usaha lo sendiri.. Gue yakin.. " ucap Adara.

"Kenapa, Ra? Apa lo beneran suka sama Alingga?" Ucapan Madeva langsung membuat Adara terdiam.

Adara tersenyum dan menempelkan jari telunjuknya di dada kiri Madeva dan menatap manik mata cowok datar itu. "Perasan seseorang gak seterusnya akan sama. Ini bukan tentang gue deket dengan siapapun itu, ini cuma masalah hati." ucap Adara bangkit dari duduknya lalu tersenyum kearah Madeva. "Gue pernah biarin hati gue terluka dan gue gak bakal ngelakuin kebodohan itu lagi, " ucap Adara sebelum akhirnya berjalan menjauh dari tempat itu.

Beberapa jam telah berlalu, Adara memasukan bukunya kedalam tas. Adara melirik sekilas bangku Madeva yang kosong. Setelah kejadian tadi Madeva sama sekali tidak kelihatan sampai jam pelajaran berakhir.

"Ra.. Lo balik bareng gue ya?" tanya Nadia.

Adara mengangguk mengiyakan. "Tapi gue ke warung buk Kentung dulu , lo ikut ya? " ujar Nadia.

"Lah ngapain? "

"Disuruh kumpul gitu tadi di grup. Kayaknya mau ngomongin acara buat geng Argaster deh," sahut Aurel yang sudah selesai merapikan bukunya.

"Iya.. Lo ikut aja ya, Ra. Bentar kok! " bujuk Nadia. Adara langsung membalasnya dengan anggukan kecil. "Okey.. " ucap Adara dengan senyum tipis. Merekapun langsung berjalan ke parkiran dan segera bergegas ke warung buk Kentung tanpa banyak berbincang.

Sesampainya disana warung itu sudah tampak padat tapi tidak sepadat saat menjadi suporter, ini hanya anggota kelas sebelas geng Argaster, tidak seluruhnya. Adara langsung menangkap sosok Madeva yang tengah duduk di sebuah tempat duduk beton bersama anggota lainya.

"Ra.. Ngapain diem disitu? Sini! " ajak Aurel saat melihat Adara masih berdiri di dekat motor.

"Eh.. Iya.. "

Adara, Nadia dan Aurel berdiri di beberapa kerumunan orang-orang disana, Adara hanya menyimak ucapan seorang cowok yang berdiri di atas bangku dengan mengumumkan sesuatu. Sedangkan Aurel dan Nadia mengobrol dengan berapa orang yang ada disini.

"Ra.. Kenalin temen gue, namanya Sandi," ujar Nadia. Adara langsung tersenyum kikuk dan membalas uluran tangan cowok itu. "Adara," ucap Adara.

"Lo baru gabung Argaster ya?" tanya Sandi saat baru menjadari jika Adara tidak pernah terlihat sebelumnya.

"Belum gabung, cuma baru pernah jadi suporter sekali," bukan Adara yang menjawab, melainkan Nadia yang menyahut.

"Owh pantesan.. Gak pernah gue liat. Join aja yuk di Argaster , disini santai, seru juga kok!" jelasnya.

"Okey.." jawab Adara dengan senyum kikuknya.

"Yaudah Nad, Ra.. Gue gabung sama yang lain dulu.." ucap Sandi lalu bergabung dengan segerombol orang yang tengah bersantai tanpa mendengarka arahan yang diberikan oleh cowok yang sedari tadi berceloteh diatas kursi.

"Adara? Lo kesini?" ucap seseorang yang membuat Adara langsung menoleh. Adara menangkap sosok Alingga yang berdiri dibelakangnya. "Gue kira lo gak suka sama perkumpulan ginian.." ucap Alingga remeh.

"Gue kesini cuma nganter Nadia kok," jelas Adara.

Alingga memicingka matanya seolah tidak percaya dengan pernyataan Adara barusan. Alingga memasukan satu tanganya ke saku celana dan menatap jahil kearah Adara. "Atau lo kangen sama pacar? " goda Alingga. Nadia dan Aurel langung menahan tawanya saat mendengar Alingga melontarkan kata-kata menggelikan itu.

"Dih.. PeDe baget sih ?!" desis Adara.

Alingga tak menghiraukan ucapan Adara dan malah mengarahkan pandanganya kearah Nadia. "Nad, lo balik aja entar.. Adara biar sama gue.." suruh Alingga.

"Enggak!! Lo kenapa sih Ga?!"

"Kenapa? Sehat kok!" sahut Alingga santai.

Adara membuang nafasnya pelan dan berkata, "Gue pulang sama Nadia, lo lanjutin aja nongkrongnya sama temen-temen lo.. Sampai lo puas biar besok gak bolos lagi!" ucap Adara.

Alingga memangutkan kepalanya. "Okey.." sahut Alingga santai lalu beralih pada Nadia.

Alingga membisikan sesuatu di telingan Nadia tanpa Adara tau apa yang Alingga katakan yang jelas firasat buruk muncul begitu saja.

"Gue titip Adara dulu sama lo," ucap Alingga lalu pergi meninggalkan mereka dan Adara yang kebingungan sekaligus penasaran dengan apa yang Alingga bicarakan.

ALINGGA [ SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang