Aurel meletakan sendoknya keatas piring yang telah kosong sembari mengelus-elus perutnya yang sudah terisi, seolah cacing-cacing yang ada di sana sudah tidak kelaparan lagi . Senyum puas langsung tercetak di bibir Aurel dan juga Nadia, saat telah berhasil menghabiskan seporsi mie ayam special yang di traktirkan Alingga.
"Makasih ya, lo emang gak pelit deh kayak Adara." Perkataan Nadia langsung dihadiahi pelototan oleh Adara yang tidak terima.
"Enak aja, gue gak pelit ya.. " protes Adara.
"Sama-sama," sahut Alingga dengan anggukan kecil.
"Eh, Ga, kenapa kemarin enggak ada acara party ? " tanya Nadia. Memang setiap tahunya Argaster lebih sering mengadakan pesta hingga larut malam dan bahkan sampai mabuk-mabukan. Biasanya Argaster juga merayakan tambah usianya dengan acara potong kue dan juga nge- Dj rame-rame . Walaupun setiap tahun pantai adalah tujuan pertama, tetap saja tahun ini agak berbeda.
"Anak-anak Argaster angkatan kita lebih milih naik motor ke tempat-tempat kayak kemarin dan sebenarnya orang-orang pada gak setuju buat party karena banyak yang mabuk-mabukan dan pulang sampai larut banget, bahaya buat anak-anak cewek yang gabung," jelas Alingga. Nadia , Aurel dan Adarapun mengangguk mengerti.
"Emang tahun lalu ngapain?" tanya Adara yang penasaran.
"Ta--"
"Tahun lalu nyiapin rencana buat deketin lo," sahut Alingga dengan memotong ucapan Aurel dengan cepat dan dengan tampang yang tampak menggelikan. Nadia dan juga Aurel yang melihatnya langsung mengeryit seketika, menahan tawa yang seolah ingin meletus dari mulut mereka.
Adara mendelik tajam kearah Alingga dengan wajah yang memerah. Apakah cowok di sebelahnya ini tidak punya urat malu? Tidak, Adara rasa urat malu Alingga sudah putus sejak ia dilahirkan ke dunia.
"Ga, ih, malu tau," cicit Adara sembari memukul lengan bawah Alingga dengan pelan. Alinggapun malah terkekeh dan terlihat menyebalkan saat ini.
"Kenapa?" tanya Alingga yang tak dijawab oleh Adara. Cowok itu mengarahkan pandangannya kearah Nadia dan juga Aurel dengan alis yang terangkat. "Kalian gak ada masalah kan kalau gue pacaran disini?" tanya Alingga pada mereka.
"Ya enggak lah," sahut Aurel dengan senyum lebarnya. "Lagian lo kan udah bayar pajak jadian," lanjutnya.
"Tuh, temen lo gak ada masalah," ucap Alingga sembari menatap Adara yang langsung memalingkan wajahnya.
"Gue ke kelas dulu ya, BTW, thanks traktirannya," ucap Nadia. Aurelpun ikut bangkit dari duduk cantiknya dan melambaikan tangan kearah Alingga dan juga Adara dengan senyumnya. "Gue juga. Selamat berpacaran.. " ucapnya lantang sambil melirik Adara yang memutar bola matanya malas.
"Jutek banget sih mukanya, " rayu Alingga.
Adara menatap Alingga malas lalu menghembuskan nafasnya. "Kenapa ngegombal mulu sih?" ujar Adara malas.
Alingga mengeryit. "Hm, ngambek ceritanya?"
"Ngapain ngambek? Gue mau kekelas dulu, udah mau bel, " ujar Adara lalu bangkit. Alingga mencekal tangan gadis itu membuat Adara langsung menoleh kearahnya.
"Ra, senyum dulu," pinta Alingga. Adara sempat melotot kearah Alingga karena permintaan cowok itu, tersenyum? Kenapa Alingga sangat senang melihat Adara tersenyum?
Adara menampakan lengkungan bibirnya dengan mata yang menyipit. Setelah itu Adarapun melangkahkan kakinya ke dalam kelas.
"Ra, " panggil seseorang yang membuat Adara menoleh kearahnya. Adarapun langsung tersenyum kikuk kearah lelaki yang menghampirinya. "Kekelas?" tanya Madeva yang dibalas langsung dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...