Alingga membuang puntung rokoknya keatas tanah, hari ini mereka kembali berhasil bolos dari sekolah dan menongkrong di warung favorit mereka yaitu warung buk Kentung. Mereka gampang keluar sekolah karena kurang ketatnya penjagaan sekolah dan juga tidak ada satpam di sekolahnya itu jadi gerbang hanya ditutup tidak benar-benar dikunci.
Ferdy menghembuskan asap rokoknya ke udara meracuni oksigen di sekitarnya oleh asap tembakau itu. "Gini nih yang gue suka, pada berasep semua." Ferdy mengarahkan pandangannya kepada ketiga temanya itu dengan senyum tipis.
"Hmm.. Besok-besok balos lagi lah.. " kekeh Alingga lalu meneguk minuman dihadapanya, mengurangi rasa gatal dalam tenggorokannya sehabis merokok.
"Eh..Tas kita gimana?" tanya Arvian kepada teman-temanya yang baru teringat jika mereka semua kabur tanpa membawa tas.
"Sante aja.." tutur Alingga sembari menyandarkan tubuhnya ke tembok dan menatap santai ketiga temanya itu.
"Iye sante , lo kan kagak bawa tas bawang! " desis Arvian.
"Nama gue Alingga.. Alingga Dirgadinata. Jadi jangan panggil gue bawang terus, Ngerti? Lo kira gue bau bawang apa?!" protes Alingga dengan wajah kesal.
"Kan emang.. " sahut Ferdy dengan kekehan kecil, "bau terasi malah.. " lanjutnya yang membuat Alingga mendelik dan melempar kacang tanah yang tepat mengenai jidat datar Ferdy membuatnya sempat meringis dan langsung mengusap-usap jidatnya itu.
Brian hanya menjadi penyimak, karena memang ia merupakan cowok paling malas berbasa-basi dan diantara Alingga, Arvian dan Ferdy. Brianlah cowok paling cool dan sangat jarang berurusan dengan yang namanya cewek. Walau cool Brian juga terkadang seru dan berisik.
"Paling juga tas kita di bawa ke ruang BK.. " ujar Ferdy yang habis meneguk es jeruk dihadapanya hingga yang tersisa hanyalah es batunya saja. Perutnya kini terisi penuh dengan minuman karena saking tak sabar menunggu pesanannya datang.
"Tenang , udah gue suruh Dani umpetin di lemari, gak bakal di bawa ke Ruang BK," jelas Brian santai. Arvian langsung mengangguk mengerti karena bagi mereka bolos adalah hal biasa dan bahkan hal yang sering mereka lakukan.
"Baguslah.. "
"Siyingggg.. Nih pesenan kalian, maaf tadi buk Kentung tinggal ke kamar mandi, jadi agak lama.." ujar buk Kentung lalu meletakan beberapa mangkok bakso kehadapan meraka. Wajah Ferdy langsung berbinar karena sedari tadi cacing di perutnya sudah demo meminta asupan gizi. Tanpa banyak basa-basi Ferdy langsung mendekatkan mangko itu kehadapanya dan melahap satu-persatu bakso tersebut diikuti Arvian, Brian dan Alingga tentunya.
"Kalian ini.. Kebiasaan ya, kalau bolos mainya kesini mulu.. " ucap Buk Kentung.
"Lah.. Bagus dong buk.. Warung buk Kentung jadi enggak sepi," sahut Alingga. "Apalagi yang belanja ganteng-ganteng kaya kita, buih.. Dijamin laris manis nanti dagangan buk Kentung! " lanjutnya yang membut buk kentung berdecak dan sesekali menggeleng.
"Lah emang kamu penglaris bisa buat dagangan saya laris manis?"
"Lah.. Madam Kentung tidak boleh remeh seperti itu, ini nih si Alingga kalau belanja dimana aja.. Besoknya dagangan itu langsung ludes.. " jelas Arvian dengan tangan yang di main-mainkan ke udara.
"Lah kok bisa? " tanya buk Kentung kebingungan.
"Di datengin maling! " seru Arvian yang membuat teman-temannya tertawa. Sedangkan Ferdy yang sedang memakan baksonya malah dersedak karena tak bisa menahan tawanya. Bukanya segera mengambilkan minuman ketiga temanya itu hanya menertawai Ferdy seolah ia adalah pelawak yang menghibur penontonya.
"Alah.. Yaudah Buk Kentung ke belakang dulu.. " ujarnya lalu berjalan menjauh dari meja mereka.
"Eh gimana nih, Argaster bakal adain acara apa? Jadinya jalan-jalan se-geng Argaster atau buat party?" tanya Brian yang baru saja melihat postingan instagram dari akun Argaster, memperlihatkan seluaruh anggota Argaster berfoto dengan piala best suporter yang di bawa oleh Leon yang berdiri tepat di tengah-tengah.
"Kayaknya jalan-jalan deh.. Soalnya kalau buat party kan perlu biaya yang lumayan sedangkan anggota Argaster tu banyak banget hampin se-sekolah," jelas Alingga yang masih mengira-ngira. "Tapi gue gak tau juga, jadi atau enggak, kan ini kesepakatan seluruh anggota."
"Iya juga yak.. "
Disisi lain tepatnya di kelas Adara saat ini sedang heboh karena perkelahian Madeva dengan Anton yang sangat membuat gurupun tak berani mendekat. Madeva membanting tubuh Anton hingga terjungkal dan terpental meja-meja yanga da di dalam kelas itu. Semua menatap nyeri kearah mereka dan tentunya siswa lain menatap ketakutan.
"Nad.. Masalah apa sih?" tanya Adara yang sedikit ketakutan.
"Tadi gu--"
Pandangan mereka langsung tertuju pada kedua cowok yang tengah saling pukul itu karena Anton berhasil membenturkan tubuh Madeva ke dinding serta menghajarnya. Madeva menendang perut Anton hingga membuat cowok itu terpental seakan-akan ini adalah film yang di tonton banyak orang.
"Kalau lo emang udah ngerasa bener.. Jangan pernah nge-judge keluarga orang, bangsat!! " ucap Madeva penuh penekanan lalu kembali memukul wajah Anton dengan keras membuat cowok itu kembali terpental kelantai membuat kerumunan orang yang menyaksikannya berteriak histeris.
"Dan satu lagi! Jangan pernah lo ngerendahin cewek di depan gue! " pekiknya yang membuat beberapa siswa tercengang.
Sampai akhirnya kerumunan itu dibubarkan oleh seorang guru yang segera melerai perkelahian antara Madeva dan Anton yang entah apa penyebanya sampai mereka adu jotos seperti saat ini.
Setelah kerumunan bubar , Adara duduk dibangkunya dengan Nadia dan Aurel yang menatap kearanya. "Ra.. Apa bener Madeva anak broken home? " tanya Nadia memastikan yang dibalas anggukan oleh Adara.
"Bener keluarganya dia pisah karena ibuknya jadi cewek gak bener? " kini giliran Aurel yang bertanya.
Adara diam. Ia tau benar sekejam apa lingkungan keluarga Madeva, ia tau betul kenapa Madeva menjadi anak yang introvert dan urakan seperti sekarang ini. "E.. I.. Iya.."
Ujar Adara sedikit ragu.Mendengar jawaban Adara merekapun langsung mengangkat kepalanya dan menunjukan apa yang diperkirakanya tadi tidak salah samasekali.
"Emang tadi mereka berantem gara-gara apa sih? " tanya Adara yang mulai penasaran dan juga khawatir sebenarnya, tapi Ia bukanlah siapa-siapa lagi bagi Madeva.
"Gue sih gak tau awalnya gimana yang jelas tadi Anton tiba-tiba teriakin Madeva kalau dia anak dari keluarga yang gak bener. Disitu suasana udah tegang, Madeva natap Anton dengan datar banget trus si Anton malah nambah mancing emosi Madeva dengan nyangkut pautin lo," jelas Nadia.
"Maksudnya? "
"Anton ngatain Madeva itu cowok brengsek makanya lo putusin dia. Padahal kan elo yang di putusin. Trus udah deh, emosi Madeva kepancing dan mereka adu jotos berdua," lanjut Nadia.
Mendengar itu Adara langsung mendelik, ada di benaknya muncul rasa kekhawatiran yang seolah ingin melihat Madeva baik-baik saja saat ini. Adara tau jika ada yang mengungkit keluarga pasti setelahnya Madeva akan terpuruk dan semakin berantakan dari sebelumnya. Entah kenapa Adara takut Madeva kembali melakukan hal yang tidak baik dan bahkan ia bisa saja mabuk sampai terkulai lemah jika ada yang mengingatkannya denga masalah itu.
………
Thankyou :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...