Jangan lupa berdoa sebelum baca :)
••
Alingga terus mengejar Adara hingga keluar dari area caffe dengan menerobos hujan yang saat ini turun dengan deras. Adara tetap berlari meski kini tubuh mereka sudah benar-benar basah kuyup.
Alingga sempat mencekal tangan Adara tetapi gadis itu dengan cepat melepaskannya dan terus berlari dan menyebrang jalanan yang tampak tidak terlalu ramai. Alingga terus memanggil nama Adara tetapi gadis itu seakan-akan tuli, ia sama sekali tidak mendengarkan Alingga yang terus memanggilnya.
Dengan langkah cepat Alingga berdiri di hadapan Adara tetapi Adara tak kunjung berhenti melangkahkan kakinya. "Ra, dengerin gue.. " ujar Alingga dengan berjalan mundur karena Adara tak kunjung berhenti melangkah.
"Ara, pliss berhenti, dengerin gue."
"Ara.. Lo salah, ini enggak kayak apa yang lo lihat, " ucap Alingga yang akhirnya membuat Adara memberhentikan langkahnya. Adara mendongakkan wajahnya dengan mata yang sudah memerah sembab.
"Gue salah.." ucap Adara pelan.
"Ra, gak gitu.. "
"Iya, gue salah. GUE SALAH, GA! Gue salah karena udah percaya sama lo!"
"Ra! Lo.. "
Adara menatap Alingga tajam, entah itu tatapan marah, sedih, atau kekecewaan, tapi yang jelas Alingga benar-benar tidak pernah melihat Adara seperti ini sebelumnya.
" Semua gak seperti apa yang gue lihat, kan? Lo bener! Karena selama ini, yang gue lihat cuma sandiwara! Dan yang sebenarnya lo gak pernah suka sama gue. Harusnya lo nanya kenapa saat lo nembak gue , gue gak pernah ngomong apa-apa. Itu karena gue ragu , gue ragu apa gue bener suka sama lo atau engga. Gue ragu apa lo bener suka sama gue atau enggak.." pekik Adara yang kini mulai terisak.
"Gue terlalu buta sampai gue gak bisa lihat kenyataan di depan gue. Gue terlalu bodoh buat ngerti kalau gue emang bener mainan lo selama ini!"
Bahu Adara semakin bergetar seolah rasa sakit yang Adara rasakan begitu besar hingga gadis itu terlihat kacau saat ini. "Kenapa gue gak sadar kalau gue cuma bahan mainan buat lo.. " isak Adara membuat Alingga tidak tahan lagi melihatnya.
Alingga langsung mendekap tubuh Adara erat hingga Alingga sendiri bisa merasakan isakan Adara dan getaran yang keluar dari tubuh gadis itu.
"Ra, lo bukan mainan gue, Ra. Gu--" Ucapan Alingga terputus saat Adara tiba-tiba mendorong tubuh cowok itu dengan keras.
"GUE EMANG BODOH, GA! TAPI.. BUKAN BERARTI LO BISA BODOH-BODOHIN GUE!" pekik Adara hingga Alingga tidak bisa bicara apa-apa lagi.
"Lo pikir gue gak tahu kalau lo deket lagi sama Ana?! Awalnya gue berusaha gak mau peduli, tapi setelah lo bilang kalau gelang itu bukan dari Ana, gue malah semakin yakin kalau lo nutupin sesuatu dari gue! " Alingga terdiam membiarkan semua emosi Adara keluar semuanya.
"Gue lakuin itu biar lo gak salah paham."
Adara menutup wajahnya dengan satu tangan lalu mengacak rambutnya kesal. "Kalau lo gak mau gue salah paham. Harusnya lo gak pakek gelang itu. Dan tadi, semua yang gue lihat tadi, itu udah nyata, gak ada dalah paham!" Adara kembali terisak, rasanya hatinya saat ini telah hancur dan rasa sakitnya membuat Adara tidak bisa mengendalikan diri.
"Lo pikir setelah lo bentak gue di rumah sakit waktu itu, gue baik-baik aja?! Sakit, Ga! Gue ngerasa bodoh karena udah suka sama cowok player kayak lo! Tapi gue berusaha tetep senyum, gue coba buat ngasih lo kesempatan karena gue percaya kalau lo bakalan suka sama gue dengan tulus. Tapi gue salah..hiks.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...