ALINGGA -11

26.9K 1.5K 19
                                    

Sinar Mentari sudah mulai menerangi cakrawala,  cahayanya masuk ke celah-celah kamar Adara. Gadis itu masih terlelap dalam alam mimpinya seperti enggan untuk membuka mata lentik miliknya.

Suara dering ponsel tiba-tiba terdengar membuat Adara terpaksa membuka mata yang masih ingin terpejam.,  dengan setengah sadar Adara membuka matanya dan mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat siapa penelfonya.

"Ra.."

Adara hanya menjawabnya dengan deheman pelan karena nyawanya belum terkumpulkan sepenuhnya. Memeluk gulingnya dengan ponsel yang menempel di telinganya.

"Ra..  Gue udah depan rumah lo nih.."

Mendengar itu mata Adara seketika terbuka lebar,  dari posisi tidurnya Adara langsung terduduk seketika saat mendengar ucapan yang Adara yakin itu adalah Alingga. Tanpa mematikan telefon tersebut Adara langsung masuk kamar mandi.

Selang tiga puluh menit Adara keluar dari kamarnya dengan rambut yang terurai cantik. Wajahnya tergesa menuruni satu persatu anak tangga lalu menghampiri meja makan dan mengambil sebuah roti bakar yang sudah tersedia di atas meja.

"Kok buru-buru, Ra?" tanya Devan yang sudah selesai meneguk susu digelasnya.

"Duduk dulu , makan.." ucap Nugroho.

Adarapun menggeleng. "Temen Ara udah nungguin pah."

"Gak sekolah bareng gue,  Ra? " tanya Devan yang dibalas gelengan oleh Adara. Adarapum tersenyum sekilas kearah Devan lalu keluar dari rumahnya. Kening Adara langsung mengerut saat tak ada Alingga disana.

Adara mengarahkan pandangannya kesekitar rumah tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Alingga. Adarapun berdecak kesal lalu melihat ponselnya. Adara membuka pesan itu dan saat itu juga Adara langsung mendelik, jari Adara langsung meloncat-loncat diatas layar ponselnya membalas pesan menyebalkan yang dikirim Alingga.

Alingga : pagi Adara..
Alingga: pasti tadi Buru Buru,kan? Pasti udah gak sabar ketemu orang ganteng.

Adara : ALINGGA!  Lo bener-bener ya! Dasar Ayam!!

Adara berdecak kesal sembari menghentakan kakinya kelantai. Ia kembali memasuki rumahnya lalu menghempaskan bokongnya keatas kursi. Nugroho dan Devan menatap Adara dengan bingung,  sedangkan Adara malah memakan rotinya dengan kasar dan dengan wajah yang tak enak untuk dipandang.

"Lho.. Kok balik Ra,  gak jadi sekolah?" tanya Devan.

"Jadi.."

"Trus.. Kenapa balik lagi?" tanya Nugroho yang juga kebingungan.

Adara mengembuskan nafasnya pendek lalu menelan roti itu dari mulutnya. "Belum di jemput,"

"Katanya tadi temen Ara udah di depan,  sekarang kok bilangnya belum dijemput?"

"Ara dikerjain, " desis Adara.

Devan dan Nugroho tertawa kecil mendengarnya, setelah itu Nugroho mengacak rambut Adara. "Berangkat bareng Devan aja sana,  Papa kekantor dulu ya."

Adarapun mengangguk dan mengecup punggung tangan Nugroho. "Hati-hati Pah.. " Nugroho mengangguk sembari tersenyum kearah Devan lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Eh.. Temenya Ara ya?" ucap Nugroho.

Alingga yang hendak memencet bel rumah itupun sedikit terkejut dan pandangannya langsung kearah lelaki dengan pakaian rapinya. Alingga tersenyum lalu menyalami tangan Nugroho. "Alingga, om..  " ucap Alingga dengan sopan.

"Jadi kamu yang ngerjain Ara sampai dia kesel?"

Alingga menggaruk kepala belakangnya dengan cengengesan kecil. "Adara kesel, om?"

ALINGGA [ SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang