Adara menyusuri beberapa rak buku untuk mencari novel yang selama ini dia incar namun tak pernah sempat untuk pergi ke gramedia. Setelah makan tadi, mereka langsung pergi ke mall , sebenarnya Adara memaksa Alingga untuk mengantarnya dan untunglah Alingga mau.
Alingga mendengus lantaran sudah setengah jam berkeliling, Adara tak kunjung menemukan buku yang dia incar. "Nyari buku apaan sih?"
Adara masih mengarahkan pandangannya kearah rak buku tanpa menoleh kearah Alingga. Senyumnya mengembang saat Adara menemukan novel "Senja" yang dia cari. Adara mengarahkan buku itu ke hadapan Alingga dengan senyum lebar. "Ini.." ucap Adara.
"Udah? Nyari buku itu doang?" tanya Alingga. Adara menggeleng cepat.
"Ada satu buku lagi," Alingga mendesis kembali saat mendengarnya. Rasanya Alingga ingin tidur sembari menunggu Adara mencari bukunya. Karena bagi orang seperti Alingga untuk ada di toko buku seperti ini merupakan hal yang membosankan bahkan sangat membosankan.
"Ngapain beli buku itu?" tanya Alingga saat Adara mengambil sebuah buku yang berjudul, "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat"
Adara menoleh kearah Alingga lalu tersenyum. "Biar gue bisa bodo amat sama sikap lo yang nyebelin," sahut Adara sembari menatap Alingga yang ada di sampinya lantas kembali melangkahkan kakinya.
Alingga mengernyit lalu mengikuti langkah Adara. "Kenapa suka baca buku sih?" tanya Alingga heran karena Adara sangat ceria saat melihat ribuan buku yang terpampang di sana dan juga membeli beberapa buku yang sepertinya Alingga melihat itu saja sudah mual apalagi membaca dibuat kata yang ada di dalam buku itu, Alingga bisa muntah.
Adara memberhentikan langkahnya lalu menoleh kearah Alingga. "Karena gue gak suka baca pikiran," sahut Adara asal yang membuat Alingga terkekeh mendengarnya.
"Baguslah, kalau lo suka baca pikiran nanti lo tau isi pikiran gue," ujar Alingga sembari menyendarkan sikunya kesebuah rak buku sembari menatap Adara yang juga sedang memandangnya. "Soalnya di pikiran gue cuma ada lo," lanjut Alingga sembari menapakan senyum jahilnya.
Adara memutar bola matanya malas lalu mendengus pelan. "Pliss jangan mulai deh.." desinya.
Alingga tertawa kecil lalu membolak-balikan salah satu buku yang tadi sempat Adara ambil. "Senja.." ucap Alingga lalu menatap kearah Adara. "Lo suka banget ya sama senja?" Adarapun mengangguk mengiakan ucapan Alingga barusan.
"You know that twilight is beautiful." Alinggapun mengangguk mengerti lalu menyerahkan kembali buku tersebut kearah Adara.
"Udah? Yuk!" ucap Alingga lalu menuju arah kasir.
Setelah dari gramedia Adara dan juga Alingga memilih untuk berjalan-jalan menyusuri mall tersebut. "Mau nonton?" tanya Alingga kehadapan Adara.
Adara mengernyit kearah Alingga lalu berkata, "Udah kayak orang kencan aja," ucap Adara sembari memicing. Alingga terkekeh pelan lalu mengacak rambut Adara pelan. "Emang lagi kencan, Yuk!"
Adara menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menoleh ke pusat pakaian. "Mau kesitu aja," ucap Adara cengengesan sembari menunjuk tempat itu lalu langsung berlari kecil kearah store pakaian tersebut. Mau tak mau Alinggapun mengikuti gadis itu dari belakang.
"Ga, cocok gak?" tanya Adara dengan menunjukan sebuah baju crop yang terlihat kecil. Alingga langsung menggelengkan kepalanya tidak setuju. Adara mendengus lalu mengambil sebuah dres pendek ketat yang ada di hadapanya. "Bagus," gumam Adara. Alingga menyerombot rok itu dari tangan Adara lalu meletakanya kembali.
"Gak cocok," ucap Alingga.
Adara mendelik tajam kearah Alingga tapi cowok itu hanya menggelengkan kepalanya membuat Adara lagi-lagi menghembuskan nafasnya kesal. "Cewek mungil kayak lo cocoknya pakai ini," ucap Alingga sembari mengambil sebuah hotpants overal jeans yang memang cocok jika Adara pakai.
"Gak mau," tolak Adara kesal.
"Yaudah pulang," ucap Alingga dengan nada yang sedikit menekan membuat mata Adara membulat menatapnya. Adara menghentakan kakinya kesal lalu meninggalkan Alingga begitu saja. Alingga mengambil pakaian tersebut lalu menuju kasir.
"Masnya pakek baju ini? Cukup mas? Ada kok ukuran yang se masnya, " ucap sang penjaga kasir yang membuat Alingga langsung menggeleng cepat.
"Enggak mbak, buat pacar saya," sahut Alingga santai.
"Aduh.. Jadi pengen pacaran sama masnya," ucap penjaga kasir tersebut yang membuat Alingga terkekeh geli.
Adara mendengus kesal lalu memandang ponselnya yang berdering secara tiba-tiba.
"Adara..." seru Aurel dari sebtang telepon membuat Adara langsung menjauhan ponselnya dari telingga karena cemprengnya suara Aurel.
"Astaga, bisa pelanin dikit gak suara lo?" desis Adara kesal.
"Gue mau curhat.. "
"Curhat apaan?" tanya Adara sembari tetap melangkahkan kakinya.
"Brian.. Brian ngajak gue bonceng bareng dia besok paas acara Argaster," serunya.
"Serius? Wih.. Kayaknya ada yang lagi pdkt nih.." ujar Adara.
"Semoga dia jadi pacar gue, lumayan kan pacaran sama cogan," ucap Aurel dengan naga girang seperti biasa.
Alingga yang barusaja datang langsung menggengam tangan Adara dan berjalan santai di sebelah Adara membuat mata Adara langsung. Membulat sempurna.
"Eh, Ga!" desis Adara kehadapan Alingga tapi cowok itu seolah-olah tuli begitu saja.
"Ga? Lo lagi sama Alingga ya?" tanya Aurel dari sebrang telefon.
"Rel, udah dulu ya, nanti gue telfon lagi," ucap Adara lalu cepat-cepat memutuskan panggilan telefon itu. Adara menatap Alingga dengan geram. "Ngapain pegang tangan gue erat banget?" ujar Adara sok jutek. Alingga menoleh dengan sekulas senyum dibibirnya lalu dimiringkanya tubuhnya kearah Adara.
"Biar lo gak di ambil orang," sahut Alingga namun kata-kata itu sama sekali tidak berpengaruh pada Adara. Adara sudah mengenal Alingga yang memang terkenal dengan julukan buaya darat. Jadi Adara sudah memasang Teguh hatinya agar tidak lulug dengan gombalan Alingga yang seperti sarapan setiap hari.
"Buaya," gumam Adara kecil tapi tak sampai di telingga Alingga.
"Besok ikut, ya! Lo boncengan sama gue," ajak Alingga, mengingat besok adalah acara jalan-jalan ke wisata bersama beberapa anggota Argaster.
"Gak!" sahut Adara singkat dengan nada juteknya tanpa menoleh kearah Alingga. Alingga lagi-lagi terkekeh lalu memberhentikan langkah kakinya membuat Adrapun ikut berhenti.
"Jadi ceritanya gambek nih?" ucap Alingga dengan nada jahil. Adara masih enggan untuk menoleh kearah Alingga.
"Gak!" sahut Adara jutek.
"Owh yaudah," ucap Alingga lalu kembali melanjutkan langkahnya mendahului Adara. Adarapun mendumel lalu melanjutkan langkahnya kembali. "Dasar gak peka!" desis Adara.
"Besok gue jemput, lo pakek ini, gue gak mau tau!" Alingga menyerahkan pakaian tadi yang sengaja ia beli untuk Adara. Adara awalnya hanya menatap tas tenteng itu lalu mengambilnya dari tangan cowok itu.
"Kenapa beli ini..?" tanya Adara dengan nada yang sedikit lantang.
"Cocok buat lo," sahut Alingga.
"Gue ganti deh uangnya," ucap Adara tidak enak. Tapi Alingga malah menggelengkan kepalanya.
"Gak usah, bayar pakek senyum lo aja," ujar Alingga kehadapan Adara.
"Hah?"
"Iya, senyum lo cantik," Adarapun tiba-tiba tersenyum tanpa sadar dan hari ini merupakan hari yang sangat berbeda bagi Adara karena sikap Alingga yang entah kenapa membuat Adara ingin tersenyum jika dekat denganya hari ini.
"Udah, jangan lama-lama senumnya nanti ada yang suka sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...