"Yeyyyy....." seru Aurel saat ia dan juga Adara berhasil menyanyikan lirik terakhir dari lagu yang mereka nyanyikan. "Sumpah suara Adara bagus banget," ujar Aurel yang masih tetap menepuk tanganya.
"Suara lo Bagus juga kok," ujar Madeva kehadapan Aurel membuat cewek itu tersenyum lebar.
"Mau nyoba?" tanya Madeva yang tersadar sedari tadi Adara memperhatikannya bermain gitar. Adarapun menggelengkan kepalanya sembari mengernyit. "Enggak deh," tolaknya.
Madeva tersenyum tipis kearah Adara lalu menyerahkan gitar tersebut kehadapan Adara. "Gue tahu lo pengen belajar main gitar dari dulu," ucapnya. Adara terkekeh kecil lalu mencoba memetik gitar tersebut dengan perlahan.
"Aw.. " ringis Adara saat merasakan tanganya yang perih dan sedikit terluka. Madeva langsung memegang tangan Adara lalu beralih menatap Adara.
"Sakit?" tanya Madeva pelan.
"Tuh kan, Ra, mendingan lo gak usah deh belajar main gitar," ujar Aurel yang menatapnya cemas.
Madeva meniup-niup jari Adara yang terluka dengan lembut membuat Adara langsung menarik tanganya kembali. "Gapapa kok, gue aja yang terlalu ceriboh," ucap Adara sambil tersenyum tipis.
Alingga yang menatapnya dari meja lain langsung menggeram dan wajahnya berubah kesal. Matanya tak berkedip sama sekali, seolah memantau Adara dan juga Madeva dati tempatnya. "Kerja kelompok apaan," desis Alingga kesal. Brian yang duduk di sebelahnya hanya terkekeh melihat Alingga yang bersikap seperti itu. Sebenarnya Brian tak berniat untuk berada disini, tapi karena Alingga dan juga Aurel memintanya ikut jadi Brian mau-mau saja.
Alingga bangkit dari duduknya membuat Brian juga ikut bangkit dan menyusul Alingga. Ketiga orang itu langsung memandang Alingga yang menghampiri mereka. Alingga memasukan satu tanganya kedalam kantung celananya dan satu tanganya lagi menarik tangan Adara sehingga cewek itu refleks berdiri. Madeva yang sigap langsung mengambil kembali gitarnya yang hampir saja jatuh.
"Kerja kelompok selesai, kita pulang," ucap Alingga dengan nada datarnya.
Adara langsung menatap Adara dengan kesal lantaran cowok itu mencengram tangan Adara dengan kencang. "Ga! Apa-apaan sih?!" decak Adara yang menatap tajam cowok itu.
"Bisa pelan gak sih?! " gerutu Madeva yang ikut berdiri dari duduknya.
Alingga menatap dingin kearah Madeva tanpa mengucapkan kata apapun lalu cowok itu menarik Adara meninggalkan tempat itu. "Gue duluan," ucap Adara.
"Ntar malem ya, Ra!! " ucap Aurel sebelum Adara hilang dari pandanganya.
Alingga berthenti tepat di depan motornya dan saat itu juga Adara langsung menarik tangannya kembali. "Lo kenapa sih, Ga?" tanya Adara kesal sambil melihat pergelangan tanganya yang mulai memerah.
"Kenapa? Gue kenapa?" ucap Alingga yang malah balik bertanya.
"Aneh!" desis Adara sembari menatap Alingga dengan tatapan yang sama.
"Lo yang aneh.. " Ucapan Alingga berhasil membuat Adara menelik kearahnya dengan alis yang mengerucut. "Kerja kelompok apaan pakek pegangan tangan kayak tadi?" sindir Alingga.
Adara mendecih lalu menatap Alingga tajam. "Tangan gue luka, dia cuma mau bantu, itu aja.." jelas Adara.
"Bantu? kayak gitu?" ucap Alingga sembari menatap remeh kearah Adara.
"Lo kenapa sih?!"
"Gue gak suka lo deket-deket sama dia!" ucap Alingga dengan nada yang lebih tinggi.
"Kenapa jadi posesif gini sih?"
"Gue bilang , gue gak suka lo deket sama dia!"
"Bisa turunin gak nada bicaranya?!" desis Adara dengan dada yang naik turun menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...