ALINGGA -41

18.5K 1.1K 16
                                    

Adara tersenyum kearah Alingga, membuat cowok itu menatapnya dengan senyum yang juga mengembang. Demi apapun , selama Alingga menjadi playboy tak pernah sekalipun Alingga membelikan barang untuk seorang cewek. Saat ini Alingga malah sangat teringin melihat Adara memakai barang-barang pemberian ya, meskipun nilainya tak seberapa.

"Makasih," ucap adara yang dibalas oleh anggukan kecil.

"Gue balik ke kelas," ujar Alingga lalu mengacak rambut Adara gemas. Meskipun Adara tahu ada beberapa orang yang memperhatikannya saat ini, tetapi cewek itu tidak menghiraukannya. Adara merasa nyaman jika diperlakukan seperti ini, meski cewek itu masih ragu akan keseriusan Alingga. Tapi Adara rasa Alingga tidaklah buruk.

"Ga.. " Adara menatap kotak berwarna gold tersebut kemudian beralih menatap Alingga yang masih berdiri dihadapannya. "Makasih," ucap Adara lagi. Alinggapun terkekeh pelan melihat wajah Adara. "Udah lo bilang kok tadi."

Adara menatapnya lalu mengangguk kecil. "Iya gue tau, tapi lo selalu beliin gu--"

"Gak usah bawel, sana gih masuk kelas," potong Alingga sembari melirik ruangan kelas dihadapanya.

Cowok itu melambaikan tanganya sekilas dan berjalan meninggalkan Adara yang masih berdiri dengan senyum yang mengembang.

Adara langsung memekik kegirangan dalam hatinya, seakan-akan ada getaran hebat yang membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum. Adara merasa senang meskipun hanya karena hal kecil seperti ini.

Entah, Adara tidak tahu kenapa Alingga yang dulunya sangat menyebalkan, sekarang malah membuatnya nyaman dan selalu teringin melihat wajahnya walau hanya sekejap. Apa Adara benar-benar sudah menyukai Alingga? Mungkin jawabanya adalah iya.

Adara kembali memasuki kelasnya dan langsung meletakan benda itu ke kolong meja dengan cepat. Aurel dan juga Nadia menatap Adara dengan tatapan aneh, memandang gadis itu seperti seorang maling yang baru saja tertangkap basah.

Kedua cewek itupun langsung menghampiri Adara tetapi Adara pura-pura tidak sadar dan langsung membaca novelnya. "Itu apaan, Ra?" tanya Aurel sembari melirik kotak tersebut dengan penasaran. Adara langsung mengerjap dan mendorong kotak tersebut agar lebih masuk ke dalam kolong mejanya. Adara mengernyit lalu menutup novelnya. "Ini? Novel, " sahut Adara polos membuat Aurel dan juga Nadia langsung berdecak kesal.

"Bukan itu, tapi yang tadi lo bawa, itu apaan?" tanyanya menekankan

Adara menggigit bibir bawahnya lalu menampakan senyum anehnya. Nadia dan juga Aurelpun langsung mengerucutkan alisnya bingung.

"Eum.. Enggak ada apa-apa," sahut Adara sedikit terdengar gagup lalu kembali fokus pada buku bacaanya itu.

"Hm...Hadiah ya.. Dari Alingga?" terka Nadia sembari memicingkan matanya kehadapan Adara.

"Eng--"

"Ooohhh.. Oke, gak usah di bilang sama kita, gapapa kok." Belum sempat Adara menjawab, Aurel sudah memotong perkataanya dengan bibirnya yang terangkat menampakan senyum jahilnya kehadapan Adara lalu kembali ke tempat duduk mereka. Adara mendengus pelan lalu memutar bola matanya malas.

Mata Adara terpancing dan sejujurnya ia penasaran apa isi kotak tersebut dan mencoba mengintip isinya secara perlahan. Adara seketika mendelik saat mendapati topeng pesta yang sangat tampak cantik di dalam sana. Tentu saja Adara sangat senang, dan sepertinya ada yang menari-nari di dalam hatinya saat ini. Sikap Alingga belakangan ini membuat Adara merasa nyaman dengan cowok itu, meskipun terkadang gombalan Alingga membuatnya kesal, tetapi Alingga selalu mampu membuatnya tersenyum kembali.

Suasana kantin saat ini sangatlah tidak damai seperti biasanya,  lantaran Alingga dan teman-teman kini seolah-olah membuka pertunjukan musik dadakan dengan alat seadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kantin saat ini sangatlah tidak damai seperti biasanya, lantaran Alingga dan teman-teman kini seolah-olah membuka pertunjukan musik dadakan dengan alat seadanya. Brian menatap ketiga temanya malas, lantaran suara bising mereka sudah melebihi suara toa sekolah.

Orang-orang yang hendak ke kantin itupun langsung mengurungkan niat mereka. "Diem elah, suara lo bikin kantin jadi rusuh," ujar Brian sembari tertawa kecil kearah teman-temannya. Mereka sama sekali tidak mengubris perkataan Brian. Ketiga cowok itu malah kembali melakukan aktivitas mereka dengan tawa kecil yang mengiringi mereka.

Alingga tersenyum lebar sembari memanfaatkan mangkuk dan juga sendok sebagai alat musik sederhananya dan Ferdy memanfaatkan botol saus sebagai microphone dengan menirukan gaya penyanyi terkenal, sedangkan Arvian? Cowok itu menaik turunkan tanganya di depan perutnya, menirukan gaya seorang gitaris yang profesional.

"Heh! Kalian ini, duduk! duduk! Membuat rusuh saja," dumel sang penjaga kantin sembari merampas botol saus yang tadi berada di tangan Ferdy. Wajah ketiga cowok itu langsung berubah masam lalu duduk kembali. "Lah pak, kok gitu sih.. " desis Ferdy sembari mengerucutkan bibirnya.

"Kalian tahu? Kantin jadi berisik gara-gara kalian!"

"Yah pak kan bangus, itung-itung buat hibur yang belanja," kekeh Alingga yang membuat Arvian dan juga Ferdy langsung mengangguk setuju.

"Suara kalian jelek, sudah.. Sudah.. " gerutu penjual itu lalu meninggalkan mereka sembari mendumel. Alingga dan juga teman-temannya langsung tertawa keras melihatnya.

"Huhf.. Capek juga," ujar Ferdy sembari melonggarkan kerah bajunya lalu meneguk minuman yang ada di hadapanya.

"Seru eh.. " kekeh Arvian yang juga tampak kegerahan sedangkan Brian yang sedaritadi hanya menjadi penonton kini mulai tertawa keci. "Kayak anak bocah lo pada," kekeh Brian sembari menggeleng kecil.

"Lo mah, kagak seru, Nyet, " desis Ferdy sembari menampakan wajah jeleknya kearah Brian. Sontak mereka bertiga langsung tertawa keras saat melihatnya.

"Hahah, mukak lo lebih mirip monyet," ucap Arvian yang masih tertawa.

Ferdy langsung kembali ke posisi duduknya dan menatap ketiga temanya dengan wajah yang tampak tertekuk. "Tuh kan, lo pada ngomongnya suka gitu," desis Ferdy dengan mengerucutkan ujung bibirnya.

"Nah kan ngambek." tawa merekapun kembali pecah saat Ferdy tambah menekuk wajahnya kesal.

Tawa yang tadinya keluar dari mulut mereka tiba-tiba berhenti saat mendapati Adara yang menghampiri menja mereka. Gadis itu tersenyum tipis diikuti Aurel yang melambaikan tanganya kearah Brian. "Bii.. " ujar Aurel pelan. Arvian dan Ferdy langsung menutup mulut menahan tawa yang ingin keluar ketika mendengar panggilan unyu itu ditunjukan kembali untuk Brian.

Alingga menatap Adara dengan ujung bibir yang terangkat. "Kangen?" Satu kata itu mampu membuat Adara mendelik. Cewek itu langsung menggeleng dan berkata, "Gue cuma mau bilang, ntar lo pulangnya duluan aja."

Alingga mengernyitkan dahinya menatap Adara dengan tatapan bertanya. "Kenapa?"

"Kita ada kerja kelompok," jelas Aurel lalu duduk di sebelah Brian.

"Siapa aja?"

"Gue, Aurel sama Madeva." Mendengar itu ekspresi wajah Alingga langsung berubah.

"Gue ikut," ucap Alingga singkat.

"Ya elah, Ga, kerja kelompok doang, Adara gak bakalan aneh-aneh, Ya kan Ra?" ucap Ferdy yang sama sekali tidak di gubris oleh Alingga maupun Adara.

Arvian langsung tertawa kecil kearah cowok itu. "Mampus... Dikacangin kan lo."

"Gak usah," ucap Adara. Alingga malah menatapnya semakin dingin membuat Adara sedikit bingung.

"Gue ikut! " ucap Alingga.

"Tapi---"

"Gue ikut lo Adara Virgiya!!" ucap Alingga dengan menekan setiap kata yang baru saja ia lontarkan membuat Adara mematung dan menatap Alingga dengan kebingungan, begitupun dengan teman-temanya.

ALINGGA [ SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang