ALINGGA -54

18K 1.1K 45
                                        

SEBELUM BACA,  VOTE DULU!!

♪♬ Pedih - Last Child

•••

Adara berjalan gontai keluar rumah sakit dengan dada yang kian terasa sesak. Kata-kata Alingga barusan terus saja mengganggu pikiranya saat ini.

gadis itu memberhentikan langkahnya di pinggir jalan lalu menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya dengan berat.  Rasanya dada Adara begitu sesak karena air matanya tak kunjung berhenti mengalir. 

"Ra.. "

Cewek itupun sontak menghapus air matanya dengan cepat,  lalu menoleh ke sumber suara. Adara tersenyum kecil kearah Brian yang kini berdiri dihadapnya. Cewek itu tetap berusaha normal meski hatinya remuk saat mengingat kata-kata yang tadi keluar dari mulut Alingga.

"Kalau sakit, jangan di sembunyiin,  kalau lo mau nangis,  keluarin aja,  Ra. Gak perlu lo sembunyiin rasa sakit itu," ujar Brian.  Adara terdiam cewek itu mengarahkan pandangannya kembali kearah jalanan.

Brian berdiri di sebelah Adara dan menatap Adara yang kini kembali menangis tanpa suara. Brian bisa melihat bahu Adara bergetar dengan air mata yang menetes ketanah.

"Gue bodoh kali ya. selama ini gue gak sadar kalau semua cuma permainan," ucap Adara sembari terisak. Brian tidak tahu harus bicara apa.

"Gue sama aja sama mantan-mantannya, gue cuma sekedar mainan,  iya kan?" ucap Adara lalu mendongak menatap Brian dengan kembali menampakan senyum kecilnya. 

Brian tidak membalasnya. Adarapun kembali menitikan air matanya dan menundukan kepalanya seakan berusaha menahan rasa sakit yang timbul di dadanya. Rasanya Brian tidak tega melihat Adara seperti ini.

"Ra,  gue anter lo balik," ucap Brian tetapi Adara malah menggelengkan kepalanya cepat.

"Gue pulang sendiri aja." Adara mendongak lalu menghapus air matanya dengan cepat sembari mengangkat senyumnya kembali. Senyum yang seolah-olah menyembunyikan lukanya.

"Udah mau malem,  biar gue aja yang nganter," tawar Brian lalu Adarapun mengangguk kecil.

"Gue gak ngerepotin kan,  Bry?" tanya Adara yang dibalas gelengan oleh Brian.

"Gue udah anggep lo temen." setelah mengucapkan itu Brianpun langsung melangkahkan kakinya untuk mengambil motornya. Adarapun masih diam ditempat dengan pikiran yang tidak bisa memikirkan apa-apa selain semua kata-kata Alingga tadi.

"Nih, pakai helm Arvian , gue gak bawa helm lebih," ucap Brian lalu menyerahkan helm hitam kearah Adara.  Gadis itupun mengambilnya dan segera naik keatas motor tersebut.

Brian lantas melajukan motornya dengan keheningan.  Baik Brian maupun Adara tidak ada yang membuka pembicaraan. Brian hanya fokus mengendarai motornya sedangkan Adara hanya bisa terdiam.

"Ra,  pertigaan di depat belok atau lurus?" Tanya Brian dengan berteriak agar Adara dapat mendengarnya.

"Belok kanan," jawab Adara. 

Selang beberapa menit di perjalanan akhirnya Brian memberhentikan motornya tepat di depan rumah Adara. Cowok itu melepas helmnya lalu menaruhnya diatas motor.

"Thanks," ujar Adara lalu menyerahkan helm ditanganya kearah Brian. Brianpun menganggukan kepalanya sembari mengambil helm tersebut.

"Ra, " panggil Brian yang membuat gadis itu mendongak.

"Perlu lo tau, kalau gue yakin lo gak bener-bener mainanya Alingga." Adara malah menampakan senyumnya kembali.

"Gak usah dibahas,  Bry."

"Gue tau lo sakit sama perkataan Alingga tadi.  Tapi coba tanya sama hati lo,  Ra. Apa lo yakin Alingga gak punya perasaan sama lo?" lanjut Brian.

Adara terdiam tanpa berniat menjawab perkataan cowok itu. "Lo gak sama,  Ra,  lo beda dari mantan-mantannya Alingga. Lo sadar gak sih? Cuma sama lo,  Alingga  perhatian dan bahkan dia cemburu kalau liat lo deket sama cowok lain. Apa lo gak sadar kalau Alingga selalu berusaha ada di dekat lo?  berusaha buat lo senyum,  yha karena  lo itu beda dari cewek lain." Brian memberi jeda pada kaliamatnya sebelum akhirnya kembali berbicara.

"Yang gue liat,  Alingga punya perasaan sama lo,  Ra. Mungkin dia gak sadar sama perasaanya sendiri,  tapi gue yakin kalau lo gak bener-bener mainan buat dia," ucap Brian dengan nada yang berusaha meyakinkan Adara. Adarapun terdiam lalu mendongak.

"Makasih ya udah nganterin gue pulang, gue masuk dulu," ujar Adara yang sama sekali tidak merespon perkataan Brian barusan.  Adara tersenyum kembali lalu melangkahkan kakinya kedalam rumahnya.

Brian mengerutkan keningnya sembari menatap Adara hingga gadis itu benar-benar masuk kedalam rumahnya.  Brian sedikit bingung,  kanapa Adara masih bisa tersenyum disaat ia terluka seperti ini. 

"Dari mana aja, Ra? Jadi manggung?" tanya Devan yang terduduk di atas sofa.

Adara menoleh sekilas kearah Devan lalu menggelengkan kepalanya. "Batalin aja ya,  Dev."

Devan memicingkan matanya lalu berdiri dan menghampiri Adara yang tampak lesu. Devan sudah hafal jika Adara sudah bersikap seperti ini maka artinya ada hal yang baru saja gadis itu alami.

"Are you okay?" tanya Devan lalu mendongakan wajah Adara.  Mata Adara kembali berkaca-kaca,  Adarapun akhirnya menggeleng kecil dengan air mata yang kembali membasahi pipinya. Sungguh Adara kesal dengan dirinya sendiri karena lemah seperti ini, dan Adara bingung kenapa setiap ia berusaha menyembunyikan kesedihannya dari Devan,  pastilah Devan selalu bisa membuatnya jujur meski hanya dengan bertanya seperti itu kepada dirinya.

Devan menghembuskan nafasnya pelan laku memeluk tubuh Adara seperti yang biasa ia lakukan jika Adara berada dalam situasi ini. Devan berusaha menenangkan Adara seolah dia benar-benar adalah kakaknya.

Adara terisak membuat pakaian yang Devan kenakan kini basah dengan airmatanya. Devan tak bertanya apa-apa,  karena ia tahu kalau Adara tidak akan mungkin bercerita saat ini.  Devan hanya terdiam membiarkan Adan mengelus-elus rambut gadis itu,  membiarkan Adara menangis sepuasnya.

pukul 23.45

Alingga masih belum tidur.  Bahkan mungkin tidak akan bisa tidur malam ini. Mata cowok itu memerah seolah sudah tidak mampu lagi mengeluarkan air matanya. Alingga terus saja memukul lantai kamarnya dengan keras hingga tanganya kini memerah dan mengeluarkan darah segar.

Alingga berteriak frustasi lalu menjambak rambutnya dengan kasar. Seakan-akan tidak terima dengan semua yang terjadi kepadanya hari ini.  Alingga kembali menangis sejadi-jadinya meski ia berusaha untuk tenang tetapi Alingga sama sekali tidak bisa.

"Jangan buat Bunda tambah sedih dengan liat kamu kayak gini," ucap Desy yang baru saja memeluk tubuh Alingga. Cowok itu masih terisak.

"Bunda yakin,  Ayah kamu pasti bahagia disana," ucap Desy lirih dan tentu isak tangis terus keluar dari mulutnya. Air matanya tidak pernah berhenti hingga membuat mata Desy menjadi bengkak.

"Maafin Ali bun,  Ali lemah,  Ali gak bisa kuatin Bunda, Ali gak siap kalau Ayah gak lagi bareng kita," ujar Alingga dengan sesenggukan. Alingga terlihat kacau saat ini, membuat Desy semakin teriris melihatnya.

"Bunda berusaha buat kuat, Bunda berusaha buat gak rapuh,  tapi sulit,  dan  itu semakin sulit karena ngeliat kamu kayak gini." Desy mengangkat wajah Alingga yang tampak lesu lalu wanita itu kembali memeluk tubuh Alingga erat. Membiarkan kesedihat menyelimuti mereka sementara.

"Maafin,  Ali,  Bun.. " ucap Alingga lirih.

________________________________________

COMMENT!!!!

follow juga baktilaksmi

IG : baktilaksmi19

ALINGGA [ SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang