Alingga, Madeva, Aurel, Nadia dan juga Ana kini menatap khawatir kearah Adara yang sudah sadarkan diri sedari tadi. Adara terduduk di atas ranjang UKS dengan kepala yang merunduk. Gadis itu hanya diam tanpa berbicara apa-apa, meskipun sedari tadi Alingga terus bertanya, tetapi Adara sama sekali tidak menjawab dan hanya tersenyum kecil.
"Ra, Masih sakit?" tanya Nadia khawatir dan Adarapun hanya menggeleng meski rasa sakitnya tak benar-benar hilang.
"Ra, maafin gue," ucap Alingga kesekian kalinya tetapi Adara tak kunjung menjawab.
"Ara.. Jangan diem aja.. " gerutu Aurel. Adarapun menoleh dengan pelan dan menatap cewek itu dengan senyum tipis. "Gue gapapa kok," sahut Adara.
"Ara.. " ucap Alingga tetapi Adara hanya terdiam. Cewek itu mendongak lalu menatap Alingga dengan senyum tipis yang terlihat di bibir gadis itu.
"Bisa tinggalin gue disini?" Adara langsung menarik tanganya hingga tangan Alingga yang tadinya menggenggam tangan mungil milik Adara itupun terlepas. Aurel, Nadia, dan Ana hanya bisa saling pandang sedangkan Madeva hanya terdiam di dekat pintu UKS.
"Tapi, Ra."
"Bisa?" ucap Adara seakan-akan menekan Alingga untuk meninggalkanya disitu. Alinggapun terdiam lalu menganggukan kepalanya dan berjalan meninggalkan ruangan dengan nafas yang terhembus dengan keras.
Adara berusaha tetap tersenyum meski matanya sudah berkaca-kaca sedari tadi. Adara menghembuskan nafasnya dalam lantas mendongakakn kepalanya menatap Madeva yang juga mengarahkan pandangannya kearah Adara.
"Dev," ucap Adara mengisyaratkan Madeva untuk keluar juga. Madeva yang mengerti hanya mengangguk dan berjalan keluar tanpa mengucapkan apa-apa.
"Jadi rebutan ya?" ujar Ana tiba-tiba membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh kearah Ana. Ana hanya mengernyit seolah tidak ada yang salah dengan apa yang baru ia katakan. "Gue salah ngomong?" tanyanya dengan polos membuat Nadia menggeram dalam hatinya.
"Sebenarnya lo itu beneran pacarnya atau cuma mainan kaya mantan-mantanya Alingga?" Nadia langsung berdecak mendengarnya.
"Ana, harus banget ya lo nyanya gitu?!" ucap Nadia kesal.
"Gue cuma nanya, Nad."
"Lo nanya gitu, karena lo mantanya Alingga kan?" seketika Nadia dan juga Adara langsung menoleh kearah Aurel sedikit kebingungan.
Ana langsung terdiam. Adara mendongakkan kepalanya menatap Ana tanpa ekspresi lalu detik berikutnya cewek itu tersenyum tipis. "Ana, masalah gue pacarnya atau bukan, itu bukan jadi urusan lo , iya, kan?"
Ana sedikit mendecih lalu mengangkat bibirnya kearah Adara dan mengangguk kecil. Meskipun Adara tau senyum gadis itu tidaklah tulus.
Sebenarnya Adara sudah tahu kalau Ana sama sekali tidak suka dengannya saat cewek itu mengetahui kalau Adara dekat dengan Alingga. Dan tentu Adara tidak menghiraukannya.
🦅🦅
Alingga diam di depan gerbang sekoh selama hampir setengah jam, tetapi Adara tak kunjung datang. Meskipun Alingga tau Adara tidak akan mau pulang denganya hari tapi Alingga akan menunggunya.
Alingga mengarahkan pandangannya kearah ponselnya dan langsung membuka room chatnya dengan Adara. Alingga masih melihat pesanya belun juga di jawab oleh Adara.
Alingga : Ra, lo udah pulang?
Alingga : Balik bareng gue ya?
Alingga : gue tunggu, pliss jangan marah sama gue :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...