ALINGGA -04

36.2K 2K 20
                                    

Happy reading :)

°°°

"ALINGGA!!! JANGAN LARI KAMU! "

Alingga tetap berlari tak menghiraukan teriakan buk Erna yang sudah terdengar seperti suara harimau.

Iya! Lagi-lagi Alingga membuat ulah dengan menaruh permen karet di bangku guru , alasanya karena Alingga sangat tak suka dengan pelajaran kimia, meskipun ia jurusan Mipa.

"Bu capek bu, jangan ngejar mulu ah! kayak mau nagih utang aja, " ucap Alingga dengan tetap berlari menghindari buk Erna yang sudah siap untuk menyergap Alingga.

"Berhenti! Jangan banyak omong!"

Alingga menoleh kearah belakang memantau guru itu yang semakin dekat denganya, tetapi pundak Alingga seperti membentur sesuatu dan saat itu juga terdengar ringisan kecil. Alingga menoleh dan mendapati Adara yang membawa sebuah sepidol ditanganya dan tangan lainya memegang kepala yang sempat terkena pundak cowok itu.

"Eh, maaf. Sakit ya?"

"Sakit lah bego! "

"Sini, gue liat." Alingga mencoba memegang kepala Adara tetapi Adara dengan cepat menepisnya. "Makanya lain kali hati-hati, jangan ngelamun," tutur Alingga namun Adara langsung mendelik kearahnya.

"Ngelamun mata lo benjol?! Ini pala gue sakit, elo yang nabrak gue!" dumel Adara.

"Gue ka... Aa... Aduh.. " Alingga langsung meringis saat telinganya di pelintir keras dan dipandang tajam oleh guru itu,"Kamu ikut ibuk ke BK! Se-ka-ra-ng!"

Adara hanya terkekeh dalam hati dan tersenyum sekilas ke arah buk Erna lantas Ia melanjutkan langkahnya tanpa mau ikut campur masalah murid dan guru tersebut.

"Aduh buk, mau copot kuping saya! "

Buk Erna seakan-akan tuli mendadak, ia sama sekali tak mengubris ucapan Alingga yang terdengar jelas seperti rengekan.

Dengan wajah merahnya buk Erna menyeret Alingga masuk ke ruangan BK yang sudah menjadi tempat teratur yang Alingga masuki.

Adara berjalan menuju kelasnya, Saat dekat dengan kelasnya, tiba-tiba ponsel Adara bergetar menandakan ada panggilan masuk. Adara meronggoh saku rok-nya lantas memandangi nama yang tercantum di layar ponsel tersebut.  "Madeva? " gumam Adara lalu mengangkat panggilan itu.

"Kenapa? " tanya Adara.

"Lo di kelas kan? "

"Gue di luar kelas, kenapa? "

"Buk Anggi udah di kelas? "

"Iya, udah.. Tadi gue di suruh beli sepidol sama dia."

"Gue gak nanya lo di suruh apa! Sekarang kasi hp lo ke buk Anggun! "

Adara mengerutkan keningnya binggung. "Mau ngapain? "

"Bacot! Kasi aja kenapa sih? "

"Sabar jangan ngegas! Sekarang gue kasi.. "

Adara mengetuk pintu kelas lalu masuk dan meletakan sepidol yang tadi ada ditangannya ke atas meja lalu menyerahkan ponsel tersebut kepada buk Anggi.

"Buk, ada telfon, " ucap Adara sopan. Guru tersebut mengangguk dan meletakan ponsel Adara di telinganya tanpa bertanya siapa penelfonya.

"Iya, ada apa? "

"Good morning... " ujar Madeva dengan ceria dari sebrang telefon.

"Madeva?! " Guru tersebut langsung mengetahui siapa penelfonya hanya lewat sapaan singkat yang diucapkan Madeva. "Kenapa? Mau terlambat lagi? " terka guru itu.

ALINGGA [ SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang