Adara, Aurel dan juga Nadia memilih untuk diam ketika Ana tak habis-habisnya membicarakan tentang Alingga kepada mereka. Jujur saja telingga Adara terasa panas mendengarnya.
"Alingga udah sekolah, Ra?" tanya Ana.
Adara mengangkat bahunya lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Gak tau, " ucap Adara.
"Lho, kok gak tau? Bukanya lo deket ya sama dia?"
Mendengar itu Aurel dan juga Nadia langsung menggeram dan menatap Ana dengan tatapan pembunuh , tetapi Ana tidak melihatnya. Sedangkan Adarayang tadi membaca novel itupun mau tak mau menoleh kearah Ana yang menatapnya dengan tatapan tanya.
"Kenapa gak lo tanya langsung ke orangnya, Na? Biar gak salah info kan?" Ana langsung terdiam. Aurel dan juga Nadia langsung tersenyum miring lalu menghadap kearah depan kembali, karena seorang guru baru saja memasuki kelas mereka. Adara memberhentikan aktivitas membacanya lalu fokus kearah depan seperti yang lainya.
"Selamat pagi semuanya... " sapa sang guru dengab ceria lalu dibalas salam kembali oleh seluruh penghuni kelas.
"Baik, hari ini bapak akan mengambil nilai praktek seni seperti yang sudah bapak janjikan, silahkan yang mau tampil maju kedepan dan bawa alat musik yang kalian pergunakan.
Ponsel Adara tiba-tiba berbunyi. Cewek itu langsung membuka pesan yang baru saja masuk.
Brian : Ra, istirahat nanti temuin gue di lapangan basket. Ajak Aurel juga.
Adara langsung mengerutkan dahinya lalu membaca lagi pesan yang baru saja Brian kirimkan.
Brian : Bantu gue, Ra. Gue mau balik sama dia.
Adara mendelik membacanya lalu terkekeh kecil. Adara memanggil Aurel yang ada di depanya. Aurelpun akhirnya menoleh lalu mengejutkan satu alisnya, menatap Adara dengan tatapan tanya. "Apaan?" tanya Aurel dengan sedikit berbisik.
"Lo putus sama Brian?" cicit Adara yang membuat Aurel langsung mengerucutkan bibirnya dan mengangguk kecil.
"Jam istirahat ikut gue ya," ucap Adara. Aurelpun mengerutkan dahinya bingung.
"Kemana?"
"Udah, ikut aja."
"Gue boleh ikut?" tanya Ana tiba-tiba, sontak Aurel dan Adara langsung menoleh kearah Ana. Tidak berkata apapun, sampai akhirnya mereka terlonjak bersama karena mendengar pak Edi yang memanggil nama mereka dengan nada tinggi. Sontak Aurel langung menghadap kedepan kembali.
"Kalian mengobrol apa?" tanya pak Edi membuat Adara mengigit bibirnya. Adara berdiri membuat Aurel menatapnya sembari mengerucutkan alis.
"Eum.. Saya diskusi pak, mau tampil duluan buat prakteknya," ucap Adara sembari mengernyit. Madeva yang tadinya santai santaian di bangkunya kini melotot kearah Adara, begitupun dengan Aurel yang langsung membalikan badanya sembari mendelik. Adara malah mengedipkan matanya lalu mengajak Madeva dan juga Aurel maju kedepan.
Madevapun menghembuskan nafasnya lalu mengambil gitanya yang ada di sebelah bangku lalu berjalan mengikuti Adara. Madeva meminjam kursi untuk didudukinya lalu perlahan cowok itu memetik senar gitar tersebut.
(Adara)
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt, suddenly goes away somehowOne step closer
(Aurel)
I have died everyday, waiting for you
Darling, don't be afraid, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Jugendliteratur[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...