ALINGGA -01

54.5K 2.7K 47
                                    

Aurel membolak balikan bukunya lalu menatap tajam cowok dihadapanya dengan wajah yang menggeram. "Lo mau bayar gak?! Buruan! Bayar!"

Rasanya urat Aurel hampir putus jika menghadapi Anton si cowok batu di kelasnya ini. Ingin rasanya Aurel protes, mengapa di setiap kelas yang ia dapat pastilah ada cowok kaku macam ini dan Aurel benci itu.

"Marah mulu, kasian noh uratnya pada keluar. Entar lo cepet tua, mau? " tukas Anton namun Aurel tambah mendelik kearahnya.

"Lo ya! Minggu depan.. Minggu depan mulu! Sampe habis minggu depan lo kagak bayar! Lo pikir beli perlengkapan kelas pakek sampah daun?" dumel Aurel membuat penghuni kelas yang lain terganggu ketenangnaya.


"Rel, udahlah .. Sampe putus pita suara lo, si Anton gak bakal mau bayar." Anton mengipasi badanya dengan sebuah buku yang tadi ada di atas meja setelah Nadia mengatakan itu. Cowok itu tersenyum karena akhirnya ada yang menjelaskan tanpa ia harus mengeluarkan suara.

Aurel mendengus lalu menjauhi bangku Anton dan akhirnya duduk di sebelah Nadia dengan wajah memerah karena emosi.

"Kesel gue! " tukas Aurel.

Nadia terkekeh. "Ini nih moment yang paling gue benci kalau jadi bendahara, hahaha. Pas nagihnya susah. Untung pas disuruh jadi bendahara, gue enggak mau."

"Udah tau kalau Anton itu orangnya bodoamat, dia cowok brandal dan gak suka diatur dan  Lo malah nagihin dia uang kas, ya mana dikasi, " ujar Adara dengan pandangan yang masih terfokus ke novelnya.

"Pokoknya semester dua gue mau ganti jabatan, bosen gue kayak ibuk kos yang nagihin uang bulanan. Dari kelas sepuluh yang bayar cuma beberapa orang, " keluh Aurel sambil mebolak balikan halaman buku catatan tersebut.

"Udahlah, Rel. Btw Entar lo ikut nonton gak? " tanya Nadia pada Aurel.

Aurel langsung mengangguk antusias, Ia sangat senang kalau sudah masalah menonton pertandingan sekolahnya, karena selain bisa menonton, Aurel memanfaatkan saat itu untuk memandangi cogan-cogan yang merupakan anggota dari geng Argaster. Tidak lupa, cogan dari sekolah lain juga tentunya menjadi pencuci mata Aurel setiap kali menonton.

"Pas nonton,  kalian gabung sama Argaster?" tanya Adara. Nadiapun mengangguk mengiyakan ucapanya.

"Lo ikut yuk! " ajaknya.

Adara menggeleng cepat menolak ajakan Aurel begitu saja. "Kagak!"

"Lo tu kenapa sih setiap kita ajakin nonton pasti gak mau?! " cerca Aurel dengan kesal.

Adara meletakan novelnya diatas meja lalu menatap kedua temanya malas. "Males gabung sama Argaster."

"Ada apa sih sama geng Argaster? "

"Agaster itu perkumpulan orang gak bener, orang-orang brandal dan pasti pulangnya bakalan malem-malem, gak gue banget! " jelas Adara namun temanya malah menatap Adara dengan pandangan aneh.

"Geng Argaster itu gak taat aturan tau!" tambah Adara. Beberapa cowok dikelasnya yang merupakan anggota dari Geng Argaster langsung menatap kearah Adara dengan tatapan horor.

Adara langsung menggigit bibirnya merasa malu karena telah menghujat perkumpulan itu dengan nada yang lumayang keras.

"Noh kan, mampus lo.. " ejek Nadia dengan tawa kecil. "Makanya jangan jelek-jelekin geng Argaster!"

"Lo gak boleh nge judge geng Argester tanpa tau hal sebenar, " tukas Aurel.

Adara mengakat bahunya acuh. "Kan kenyataanya gitu, semua siswa juga tau. "

ALINGGA [ SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang