♬♪ All I Want - Kodaline ♬♪♬
Matahari sudah menyinari kota Bandung sedari tadi. Suasana dingin perlahan menghangat. Adara berjalan kehalaman rumah dengan sebuah tas kecil yang ia kenakan. Nugroho sudah terlihat berdiri disana sengan senyum tipis yang terasa menyapa Adara.
"Udah?" tantya Nugroho demgan mengelus rambut Adara sekilas. Gadis berbaju putih itupun mengangguk kecil sembari mendongakkan kepalanya. "Udah Pa," sahut Adara lalu ia beralih menatap Eang-nya yang betdiri tepat disebelahnya. Adarapun tersenyum lalu memeluk tubuh wanita paruh baya tersebut.
"Eang, Ara balik ya.. Makasih, Ara sayang Eang," ucap Adara lalu mengecup pipi wanita itu sengan senyum yang mengembang setelahnya. Wanita paruh baya itupun mengangguk dan tersenyum manis kearah cucunya yang kini tampak lebih ceria dari sebelumnya.
"Kalau ada masalah, cerita sama Eang. Eang siap kok dengerin cerita kamu."
Adara menapakan sederet gigirapinya lalu mengangguk dan melampaikan tangan kearah wanita itu. Nugroho berpamitan setelahnya ia dan Adara langsung memasuki mobil meninggalkan area rumah tersebut.
"Ara, jarang banget Papa bisa temenin kamu kayak gini," ujar Nugroho dengan pandangan yang tetap fokus menyetir. "Papa tau, kalau kamu ke Bandung, pasti kamu ada masalah kan?" lanjutnya.
Adara malah menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kearah Nugroho. "Enggak kok, Pa. Ara cuma kangen sama Eang aja, jadi Ara nyusul Papa ke Bandung dan pas Ara sampai, ternyata Papa udah balik ke Jakarta," ucap Adara bohong.
Nugroho terkekeh kecil lalu mengacak rambut Adara sekilas. "Kamu anak Papa. Papa tau kamu kayak apa," ujar Nugroho membuat senyum Adara langsung menghilang. "Pa, nanti kalau sampai Jakarta, boleh gak Ara minta libur lagi sekali?" tanya Adara lalu menyenderkan kepalanya di bahu Nugroho.
"Kenapa?"
"Ara mau istirahat dulu, boleh Pa?" Nugroho tersenyum kecil. Ia tahu betul jika Adara seperti ini, pasti hadis itu sedang mengalami masalah. Sama seperti dulu saat Adara baru saja putus dengan Madeva. Nugroho sanga mengerti jika Adara menjadi seperti ini.
"Boleh."
Adara langsung tersenyum mendengarnya. "Eum.. Pa, waktu Papa sama Mama pacaran dulu Mama pernah cemburu gak?" tanya Adara membuat Nugroho langsung menoleh sekilas lalu tertawa kecil.
"Pernah. Malah Mama kamu sampai minta putus ke Papa."
"Lah, kenapa Pa? Papa selingkuh?"
Nugroho kembali tertawa membuat Adara mengerutkan keningnya. "Ya enggak lah.. Mama kamu cemburu karena dulu Papa sering bareng sama temen satu kampus Papa. Dia temen Papa waktu kecil." Adara memangut-mangutkan kepalanya mengerti lalu Nugroho melanjutkan ucapanya. "Waktu kita ngerjain project bareng , Mama kamu liat dan langsung marah-marah ke Papa karena dia ngiranya Papa selingkuh sama temen Papa itu. Mama kamu sampai nangis Dan minta putus karena disitu posisinya Papa lagi plasterin tangan temen Papa yang luka karena kejepit meja." Adara hampir tertawa mendengarnya.
"Trus gimana cara papa bujuk Mama?"
"Susah, Mama kamu sama sekali gak mau dengerin penjelasan Papa dan berhari-hari Mama kamu ngehindar dari Papa. Tapi... Akhirnya Mama kamu luluh juga dan maafin Papa karena tanpa sepengetahuan Papa. Ternyata Mama kamu nyamperin temen Papa dan nanyain semuanya. Disana Mama kamu nyesel dan nyamperin Papa buat balik lagi. " Nugroho terdiam lalu menghembuskan nafasnya pelan. Enatah kenapa dadanya terasa sesak saat mengingat itu.
"Mama kamu bilang gak akan ninggalin Papa. Tapi, sekarang Papa sendiri dan Mama ninggalin Papa. Takdir, semua udah rencana Tuhan." Adara bisa melihat mata Nugroho mulai berkaca-kaca dan disitu Adara merasa tidak enak karena membuat Ayahnya kembali mengingat masalalu.
"Ara tetep ada buat Papa, kok," ucap Adara lalu memeluk tubuh Nugroho lalu menyenderkan kepalanya kebahu Ayahnya. "Ara sayang Papa, maaf kalau Ara buat Papa sedih."
🦅🦅
Alingga meneguk vodka dihadapannya. Hari ini Alingga tidak pergi ke sekolah dan ia memilih diam di club hingga malam hari. Cowok itu menghembuskan nafasnya lalu menenggelamkan wajahnya keatas meja, kepalanya terasa pusing dan berat, bahkan Alingga tak bisa lagi untuk berfikir sekarang.
"Alingga.. " ucap seseorang membuat Alingga mendongakkan kepalanya.
"Ara.. Adara? Akhirnya lo balik, gue kangen.." ucap Alingga dengan pandangan mata setengah sadar. Cowok itu bangkit lalu menjatuhkan tubuhnya kegadis tersebut.
"Ara maafin gue, gue cuma suka sama lo, cewek itu bukan siapa-siapa gue," ucap Alingga lagi.
"Ga.."
"Gue sayang sama lo. Ana cuma masalalu gue, tapi lo masa depan gue," ucap Alingga dengan mengeratkan pelukannya dan kini tubuhnya terdorong hingga cowok itu hampir terjatuh.
"Ga, Gue Ana.. Bukan Adara!" pekik Ana dengan sorot mata yang terlihat kesal. Meski Ana tahu kondisi Alingga sedang mabuk dan apa yang dikeluarkan dari mulut cowok itu semua dibawah sadar, tapi Ana kesal mendengarnya karena cowok itu menyebutnya dengan nama Adara.
"Ga! Gue masih suka sama lo! Tapi kenapa Adara harus dateng di hidup lo?"
Alingga langsung tertawa sembari berusaha berdiri dengan tegak karena kepalanya terasa sangat pusing dan berat. "Lo.. Udah bikin gue hancur, PERGI! Gue udah sayang sama Adara, jangan coba buat hancurin hubungan gue!" Kata-kata itu terasa panas saat sampai di telinga Ana. Ana langsung menyunggingkan bibirnya lalu mendekati tubuh Alingga yang sudah terlihat seperti sempoyongan.
"Tapi gue lebih sayang sama lo daripada dia."
"Pergi! Gue baik sama lo bukan karena gue masih ada perasaan sama lo, tapi cuma karna gue nganggep lo sebagai teman." Alingga menatap Ana dengan tatapan yang sulit diartikan dan dengan telunjuk yang tertuju pada gadis itu. "Gue udah tau kalau niat lo disini cuma buat nyelip diantara gue dan Adara." Alingga menyunggingkan bibirnya lalu membalikan badanya dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Dengan jalan sempoyongan Alingga melangkahakn kakinya menjauh dari area itu dengan mata yang berkaca-kaca. "Alingga.." Ana berlari menghampiri Alingga lalu memeluk tubuh cowok itu hingga Alingga susah melepaskanya.
"Gue masih suka sama lo, Ga! Adara gak pantes buat lo," ucap Ana dan seketika Alingga melepaskan pelukan Ana dengan kasar. "Gue gak suka lagi sama lo," ucap Alingga. Ana meraih tangan Alingga tapi cowok itu dengan cepat menepisnya hingga tubuh Ana ikut terdorong dan jatuh ketanah.
Bugh...
Satu bongeman mentah mendarat di rahang Alingga membuat cowok itu langsung terjungkal. Alingga langsung terbaring lemah diatas tanah dengan wajah yang penuh dengan luka. Belum sembuh luka yang kemarin dan sekarang wajahnya kembali mendapat luka baru.
"Jadi cowok jangan kasar sama cewek!"
Alingga mengerjal-ngerjapkan matanya dan melihat Madeva ada disana. Alingga tidak membalas pukulan itu, ia terbaring diatas tanah dengan tubuh lemah, jangankan untuk membalas pukulan, berdiri saja Alingga tidak mampu.
Alingga tiba-tiba menangis. Ana dan juga Madeva langsung menatapnya terkejut sekaligus kebingungan dengan Alingga yang terlihat seperti ini. Ana dan Madevapun langsung menghampiri tubuh Alingga yang bergetar karena tangisnya.
"Adara, maafin gue," gumam Alingga dengan darah yang tampak di ujung bibirnya. Dengan cepat Madeva membopong tubuh Alingga dan membawanya segera pergi dari tempat itu.
______________________________________
Pendek?
Tenang, besok next kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...