♬♪ Before you go - lawis capadi ♬
Seluruh siswa SMA Garuda berkumpul di lapangan upacara. Entah apa guru-guru bicarakan di depan sana. Yang jelas Alingga sangat kepanasan dan ingin sekali meninggalkan tempat itu.
"Pesan Bapak kepada kalian semua, tetaplah semangat dan raihlah prestasi kalian dalam bidang akademik maupun non akademik. Jangan membuat ulah, jangan buat perkumpulan yang tidak jelas. Mengerti?"
"Saya harap kalaian fokus untuk belajar karena nilai kalian sangat penting untuk kenaikan kelas maupun kelulusan kalian nanti."
"Baik, itu saja, bapak harap kalian bosa mengerti. "
Alingga mengusap keringatnya yang mulai mengalir. Cowok itu terus menghimpit diantara teman-temanya agar sinar ultraviolet tak dapat menembus kulitnya.
"Yes.. " gumam Ferdy saat barisan dibubarkan. Dan dengan cepat keempat cowok itu langsung meninggalkan tempat itu.
Alingga, Ferdy, Arvian dan juga Brian memilih untuk pergi kekantin untuk mengisi perut mereka. Meski ini adalah jam belajar tapi bagi mereka, perut yang nomor satu.
Mereka berempat duduk di tempat biasa dan memesan makanan mereka masing masing. Alingga masih sama, cowok itu masih sering diam dan melamun sendiri, tidak seperti Alingga yang dulunya konyol.
"Ga, muka lo kenapa lagi? Lo habis berantem atau di gebugin warga sih?" tanya Arvian saat melihat wajah Alingga yang menuh dengan luka, begitupun luka goresan yang ada di tanganya. Arvian menggelengkan kepalanya menatap Alingga yang masih tidak merespon.
"Udahlah, Ga," ucap Ferdy sembari menepuk pundak Alingga sekilas.
"Bertahun-tahun gue temenan sama lo dan baru sekarang gue liat lo sehancur ini cuma karena cewek," ucap Brian membuat Alingga mendongak. Cowok itu menampakan senyumnya sekilas kearah teman-temannya lalu berkata, "Gue gapapa."
Ketiga temanya hanya terkekeh melihat Alingga seperti ini. Tapi yasudalahlah ini lebih baik daripada oa tidak bicara sama sekali.
"Kemarin nyokap lo nelfon gue, nyariin lo," ucap Brian. "Kemarin lo minum-minum sampai malem, Ga?" tanya Brian. Alinggapun menjawabnya dengan anggukan kecil.
"Ga, gue buaknya mau ceramah, tapi gue cuma mau bilang sama lo. Stop berbuat konyol dan stop jadi bego kayak gini." Alingga langsung mendongak dan menatap Brian tanpa ekspresi. "Kasian Nyokap lo, dia cuma punya lo. Gue yakin nyokap lo sedih liat lo kayak gini, pulang mabuk, ngelukain diri sendiri, dan bahkan lo jarang ada di sebelah nyokap lo," tutur Brian membuat Alingga menghembuskan nafasnya pelan.
"Nyokap udah biasa liat gue kayak gini. Gue udah bisa balik larut malam, mabuk, berantem," ucap Alingga dan kedua temanya hanya menjadi pendengar.
"Iya, gue tau. Tapi sekarang posisinya bokap lo udah gak ada, dan seharusnya lo gak kayak gini, Ga," ucap Brian. Alinggapun hanya terdiam tanpa menjawabnya.
🦅🦅
Adara membuka pintu rumahnya saat bel rumah terus saja berbunyi. Gadis itu tersenyum ketika melihat Devan berdiri disana dengan sebuah kantung kresek di tanganya. "Masuk," ucap Adara. Devanpun mengangguk dan langsung masuk kedalam.
"Baru pulang?"
"Iya," sahut Deva nengan menyenderkan tubuhnya kesofa. Adarapun duduk disampingnya dengab membuka bungkus martabak yang baru saja cowok itu bawa.
"Ganti seragam dulu sana," ucap Adara tetapi Devan malah menggeleng. "Ntar aja."
"Kemana aja? Tiga hari lo gak masuk sekolah," tanya Devan dan Adara malah mengernyit kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...