Udah follow akun Author belom??
Kalau belum, nih.. Follow dulu!°°°
Madeva melangkahkan kakinya memasuki rumah bernuansa modrn tersebut. Hampa, itu kata yang tepat untuk apa yang ia rasakan di rumah ini.
"Baru pulang?"
Pandangan Madeva langsung tertuju pada wanita yang saat ini berdiri dan manatapnya dengan senyum lebar. Madeva diam, matanya memicing tajam, tak ada satu katapun yang kelar dari mulutnya. Madeva kembali melangkahkan kakinya hendak menuju kamar.
"Dev, "
"Jangan ganggu saya! "
"Mama mau bicara sebentar," ujar wanita itu sembari mendekat kearah Madeva.
"Saya sibuk! " ucap Madeva dingin lalu kembali melangkahkan kakinya.
"Apa seburuk itu mama di mata kamu?!"
Langkah Madeva terhenti saat mendengar kalimat itu. Perlahan ia membalikan badanya menatap wanita berambut ombre itu dengan tatapan dingin. "Menurut anda? Menghancurkan keluarga itu tidak buruk?"
"Mama cu--"
"Anda sibuk kan? Tolong pergi dari sini!! "
"Tap--"
"Pergi!! "
Madeva berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan wanita itu yang mulai menitikan air matanya. Mungkin sikap Madeva saat ini sudah keterlaluan, tapi itulah yang ia lakukan jika sudah dikecewakan. Sejak saat Mama dan Papanya cerai. Saat ini ia merasa benar-benar hidup sendiri tanpa kasih sayang mereka.
Madeva terdiam sembari menatap cermin besar dihadapanya yang menampilkan pantulan wajah penuh lebam itu. Madeva memegang rahangnya lalu duduk di pinggir ranjang. Pikiranya terus tak henti-henti terbayang akan masalalunya.
Madeva menatap sebuah foto polaroid yang tertempel di dinding kamarnya. Terlihat senyum cewek yang ada di foto itu menampilkan kebahagiaan membuat Madeva refleks tersenyum.
Tapi senyum itu kembali memudar saat teringat semua kejadiana yang merubah pribadinya saat ini. Matanya terpejam erat berusaha mengusir ingatanya tentang itu.
🦅🦅
Adara menjalankan kuas kecil diwajah mulusnya, meratakan masker yang baru saja ia buat. Yha.. Hari ini adalah hari minggu jadi Adara memilih untuk pergi ke rumah Nadia dan tentunya bersama Aurel juga untuk menepis rasa bosanya di rumah.
"Gimana lo sama Alingga?" tanya Nadia yang juga sedang mengoleskan masker kewajahnya. Adara langsung menoleh kearah Nadia sekejab lalu kembali ke aktivitasnya.
"Iiih.. Gue dikacangin.. " desis Nadia saat Adara tak menjawab pertanyaanya.
"Kemarin kenapa ninggalin gue di caffe?" balas Adara seakan memojokan Nadia.
Nadia langsung mengernyit dan menggigit bibirnya, ia pikir Adara lupa dan tidak akan membahas ini, tapi ternyata, ia salah. Nadia menggaruk-garuk tengkuknya mencoba mencari alasan yang mampu meyakinkan Adara.
"E.. Itu, kemarin gue ditelfon sama papa, disuruh pulang," sahut Nadia asal.
Adara memicingkan matanya sembari menaikan sebelah Alisnya. "Disuruh bokap atau Alingga? "
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...