"Mau ngomong apa?" tanya Alingga yang berusaha bersikap biasa saja. Ana memandang Alingga tanpa bersuara lalu duduk di tepi ranjang.
"Lo serius udah gak ada perasaan sama gue, Ga?" tanya Ana. Alinggapun terdiam tak menjawab pertanyaan gadis itu.
"Gue tau gue udah mantan lo, Ga, tapi perlu lo tau, kalau perasaan gue gak pernah hilang," ujar Ana membuat Alingga mengerucutkan keningnya.
"Ana.. Kalau lo cuma mau bahas ini, lebih baik lo pulang aja," ucap Alingga.
"Gue tau mantan lo banyak, Ga, tapi gue tau, dulu gue pernah sepesial dihidup lo." Alingga langsung membuang muka sembari mendecih.
"Tepat! Dulu! Sekarang gue udah sama Ara, jadi lo gak perlu lukain perasaan lo sendiri cuma buat gue kembali."
"Apa lo masih marah karena gue ninggalin lo dulu?"
"Enggak, Na! Perasaan gue bener-bener udah berubah," sahut Alingga membuat Ana menundukan kepalanya. "Gue akui selama ini gue gak pernah serius sama cewek. Dan sekarang gue udah nemuin Adara yang buat gue Setia. Jadi cukup, Na. Gue harap lo ngerti."
"Kenapa, Ga? Apa dulu lo juga gak serius sama gue?"
"Waktu udah berlalu, gak mungkin buat kita putar kembali. Gue paham apa yang lo rasakan. Tapi gue gak bisa buat kembali sama lo, Na. "
"Apa yang buat Adara lebih spesial dari gue, Ga?" tanya Ana lirih membuat Alingga merasa tidak enak karena ia yakin, Ana terluka dan bagaimanapun perasaan seseorang tak bisa kita salahkan.
"Dan apa yang lo lakuin ke gue sampai gue sesulit ini buat ngelepas lo sama cewek lain," ucap Ana kembali.
"Kenapa lo gak bisa hilang dari pikiran gue. Kenapa , Ga?"
"Ana.. " panggil Alingga lembut. Anapun langsung terdiam dengan kepala yang masih merunduk. "Kita gak bisa ngarahin hati kita buat jatuh Cinta sama siapa. Tapi lo harus yakin, Na, kalau nanti bakalan ada yang lebih baik dari gue. Gue minta maaf karena gue gak pernah serius, tapi sekarang hati gue milik orang lain, Na. Lo gak bisa lagi maksa gue buat kembali."
"Kalau lo gak pernah serius sama gue? Kenapa lo selalu buat gue nyaman, lo selalu mau pakai barang couple yang gue beliin, kenapa dulu lo sering ngehabisin waktu sama gue?"
"Gue minta maaf, Na. Gue akui gue salah, tapi mulai sekarang gue harap lo ngerti kalau hati gue udah buat Adara."
Ana terdiam gadis itu masih tertunduk dengan mata yang kian mulai terasa panas. Ana berdiri dari duduknya lalu menatap Alingga beberapa detik. "Maaf, Ga." ucap Ana lalu langsung berjalan keluar ruangan. Gadis itu menghapus air matanya yang sempat terjatuh dan mencoba menormalkan sikapnya.
Adara, Aurel, Nadia dan juga teman-teman Alingga yang lainya masih menunggu di luar. Pandangan mereka semua langsung tertuju pada pintu ruangan yang terbuka dan menampilkan Ana yang baru saja keluar. Ana menatap mereka sekilas lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Njir, kenapa tuh cewek?" cicit Aurel.
Mereka semua tak memperdulikannya dan kembali memasuki ruangan. Adara menatap Ana yang kian mulai menjauh. Adara terdiam lalu bangkit dan kembali keruangan Alingga.
Ana berjalan cepat. Air mata gadis itu berkali-kali menetas dan Anapun menghapusnya dengan kasar. Ana melepas gelang yang ia kenakan lalu melemparnya ke sembarang arah. Ana berdiri di pinggir jalan berharap akan ada taxi yang datang tetapi pandangan Ana malah tertuju pada cowok yang kini menghampirinya.
Cowok itu berdiri tepat dihadapan Ana lalu mengangkat tanganya yang tengah menggenggam gelang yang tadi Ana lempar. "Gelang ini sama sama Alingga, kan? Kenapa di buang?"
"Madeva?" Madeva menganggat bibirnya sekilas lalu menyodorkan gelang itu kembali. "Ambil, gue rasa ini penting bagi lo."
Ana terdiam lalu segera menghapus sisa air matanya. Ana mengambil gelang itu lalu membuangnya kembali. "Udah gak penting!"
"Gue tau, rasanya sakit saat ngeliat orang yang masih kita cintai sekarang milih orang lain untuk ngisi hatinya."
Ana menoleh tanpa berkata apapun. Madeva berjalan mendahului Ana lalu cowok itu mengisyaratkan Ana agar mengikutinya. Anapun mengerucutkan keningnya lalu mengikuti langkah Madeva. "Jangan terlalu menaruh harapan kalau lo sendiri gak mampu melawan kekecewaan."
"Gue bodoh," gumam Ana membuat Madeva menyunggingkan bibirnya.
"Bener banget, lo bodoh dan gue juga. Karena gue sama kayak lo, suka sama orang yang udah jadi milik orang lain." Ana mengerutkan keningnya bingung. "Maksud lo?"
"Gue mantanya Adara. Awalnya gue ngira bakal baik-baik aja setelah putus. Tapi gue salah, gue terlalu suka sama dia. Gue juga ngira kalau gue bakalan gampang dapetin dia kembali, nyatanya semua enggak kayak apa yang gue bayangin. Dia ngubur perasaanya dalam-dalam dan sekarang, gue sakit sendiri kalau liat mereka bareng."
"Kenapa kita gak pisahin mereka aja? Lo bakalan dapet Adara kembali, sedangkan gue, gue bisa sama Alingga." Mendengar itu Madeva langsung memberhentikan langkahnya lalu menatap Ana sembari mendecih kearahnya.
"Cinta boleh, tapi jangan sampai akal sehat lo hilang," desis Madeva. "Gue bisa aja lakuin itu. Tapi semua gaka kan seindah yang lo pikir." Ana terdiam menatap Madeva yang kembali melangkahkan kakinya lalu Anapun menyusulnya.
🦅🦅
"Udah jam berapa?" tanya Alingga yang duduk di tepi ranjang.
"Udah jam delapan malam," sahut Adara lalu meletakan beberapa barang Alingga disebelahnya. "Tunggu infusnya habis, lo udah boleh pulang," ucap Adara membuat senyum Alingga terangkat.
Adara menatap Alingga miris lalu menghembuskan nafasnya dalam. Melihat Alingga seperti ini, ia menjadi merasa bersalah, ia terlalu egois. "Hey, kenapa mukanya gitu?" tanya Alingga sembari mengacak rambut Adara sekilas.
"Ga, apa lo sehancur ini saat gue gak ada?" tanya Adara membuat senyum Alingga memudar. Alingga terdiam sejenak lalu mendekatkan wajahnya kearah Adara. "Gue gak hancur, Ra. Karena lo udah ada di sini," ucap Alingga membuat senyum Adara terangkat.
"Perlu lo tau, Ra. Gue bakalan lebih hancur kalau lo coba buat hilang dari gue lagi," ucap Alingga dengan nada lembutnya membuat Adara hanya bisa menatap cowok itu.
"Gue serius sama lo, Ra. Gue mohon jangan lakuin ini lagi sama gue," ujar Alingga.
Adarapun tersenyum tipis lalu mengangguk kecil. Gadis itu menggenggam tangan Alingga lalu mengelusnya lembut. "Gue boleh minta sesuatu?" tanya Adara. Alinghapun mengernyit lalu menganggukan kepalanya. "Berhenti ngelakuin hal bodoh kayak gini."
Alingga terkekeh lalu kembali mengacak rambut Adara gemas. "Siap laksanakan.. " bisik Alingga lembut membuat senyum khas milik Adara kembali tampak dibibirnya.
"Jangan hilang lagi dari gue," bisik Alingga lagi. Adara merasakan hatinya kembali hangat ketika mendengar kata-kata lembut lang terlontar dari mulut Alingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA [ SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[PLEASE DON'T BE SILENT READERS] #2 in Baper #1 in emosi #2 in badboy #2 in modus #3 in sekolahan #4 in ceritabaru "Yakin? " tanya Brian sambil menatap Alingga tidak yakin. Alingga mengangguk. "Gue selalu yakin sama ucapan gue." "Jadi Adara yang ba...